RENUNGAN MALAM/ BA’DA TAHAJUD

 


RENUNGAN MALAM

MARI KITA RENUNGKAN

(RENUNGAN MALAM/ BA’DA TAHAJUD)

Oleh : Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.

Dunia Itu Manis dan Hijau

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan tentang keadaan dunia sekaligus memperingatkan ummatnya dari fitnahnya. Dari Abu Sa’id Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan kalian pemimpin padanya. Lalu Dia akan melihat bagaimana amalan kalian. Maka takutlah kalian dari fitnahnya dunia dan takutlah kalian dari fitnahnya wanita.” (HR. Muslim no.2742)

Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau.” Yakni manis rasanya dan hijau pemandangannya, memikat dan menggoda. Karena sesuatu itu apabila keadaannya manis dan sedap dipandang mata, maka dia akan menggoda manusia. Demikian juga dunia, dia manis dan hijau sehingga akan menggoda manusia.

Akan tetapi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan, “Dan sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan kalian pemimpin padanya.” Yakni Dia menjadikan kalian pemimpin-pemimpin padanya, sebagian kalian menggantikan sebagian yang lainnya dan sebagian kalian mewarisi sebagian yang lainnya.

Lalu Dia akan melihat bagaimana amalan kalian.” Apakah kalian mengutamakan dunia atau akhirat? Karena inilah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan, “Maka takutlah kalian dari fitnahnya dunia dan takutlah kalian dari fitnahnya wanita.

Harta dan Kekayaan yang Bermanfaat

Akan tetapi, apabila Allah memberikan kekayaan kepada seseorang, lalu kekayaannya tersebut membantunya untuk taat kepada Allah, dia infakkan hartanya di jalan kebenaran dan di jalan Allah, maka jadilah dunia itu sebagai kebaikan.

Kita semua tidak bisa lepas dari dunia secara keseluruhan. Kita butuh tempat tinggal/rumah, kendaraan, pakaian dan lain sebagainya. Bahkan kalau benda-benda tadi kita gunakan untuk membantu ketaatan kepada Allah niscaya kita mendapatkan pahala. Sebagai contohnya adalah kendaraan. Kita gunakan untuk menghadiri majelis ‘ilmu atau kegiatan lainnya yang bermanfaat. Bahkan kita pun bisa mengajak teman-teman ikut bersama kita. Dengan menggunakan kendaraan sendiri kita bisa menghindari kemaksiatan seperti ikhtilath (campur baur antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram) dan lainnya.

Akan tetapi jangan sampai kendaraan ataupun harta benda duniawi menjadikan kita bangga, sombong sehingga akhirnya merendahkan dan meremehkan orang lain. Jadikan harta tersebut sebagai alat bantu untuk taat kepada Allah yang dengannya kita bisa menjadi orang yang bersyukur. Bahkan sebagian ‘ulama mewajibkan untuk memiliki kendaraan pribadi. Dengan kendaraan tersebut seorang muslim akan terhindar dari ikhtilath dan kemaksiatan lainnya. Sedangkan menghindari maksiat adalah wajib. Sementara di dalam kaidah ushul fiqh disebutkan, “Suatu kewajiban tidak akan sempurna kecuali dengan sesuatu maka sesuatu itu adalah wajib.”

Akan tetapi, tentunya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Jangan sampai karena ingin mendapatkan kendaraan, dia mati-matian mencari harta siang dan malam. Yang terbenak dalam otaknya adalah uang, uang dan uang. Sehingga lupa berdzikir kepada Allah, mempelajari agamanya, menghadiri majelis ilmu, shalat berjama’ah dan ketaatan lainnya. Ingatlah selalu firman Allah subhanahu wa ta’ala,

فَاتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Maka bertakwalah kalian kepada Allah menurut kesanggupan kalian.” (At-Taghaabun:16)

لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Al-Baqarah: 286)

Oleh karena itulah, keadaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah dan pada keridhaan-Nya seperti kedudukan orang ‘alim yang telah Allah berikan hikmah dan ilmu kepadanya, yang mengajarkan ilmunya kepada manusia. Maka di sana ada perbedaan antara orang yang rakus/ambisi terhadap dunia dan berpaling dari akhirat dengan orang yang Allah berikan kekayaan yang digunakannya untuk mendapatkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat dan dia infakkan di jalan Allah.

رَبَّنَا ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (Al-Baqarah: 201)

 

Berbangga dengan Harta sampai ke Kuburan

Manusia banyak yang lalai karena kesibukannya saling berlomba meraih dunia. Ada yang rakus akan kedudukan atau kekuasaan. Ada juga yang saling menyombongkan diri dengan harta dan anaknya. Mereka barulah berhenti ketika sampai di liang lahat. Padahal semua nikmat kelak akan ditanya. Allah Ta’ala berfirman,

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (2) كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (3) ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (4) كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ (5) لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ (6) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ (7) ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ (8)

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (QS. At Takatsur: 1-8).

Surat ini menjelaskan tentang orang-orang yang lalai dari beribadah kepada Allah. Padahal ibadah itulah tujuan diciptakannya manusia. Yang dimaksud di sini adalah beribadah kepada Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selain Allah, mengenal-Nya dan mendahulukan cinta Allah dari lainnya.

 

Manusia Menjadi Lalai

Manusia menjadi lalai karena waktunya hanya dihabiskan untuk membanggakan diri dengan harta. Berbangga di sini bisa jadi pada anak, harta, dan kedudukan. Sedangkan berlomba-lomba atau saling mengejar untuk meraih ridho Allah tidak termasuk di sini.

 

Terus Berbangga Hingga Ke Liang Lahat

Manusia akan terus berbangga satu dan lainnya hingga mereka masuk ke dalam kubur. Artinya, ketika mereka merasakan kematian, barulah mereka berhenti dari berbangga-bangga dengan harta. Namun perlu diketahui bahwa alam kubur hanyalah tempat mampir sebelum sampai ke alam berikutnya. Alam kubur bukanlah tempat mukim selamanya. Dalam ayat ini pun dikatakan demikian, yaitu disebut alam kubur sebagai tempat ziarah, artinya berkunjung dan itu sifatnya sementara. Negeri yang kekal abadi adalah di akhirat kelak. Ayat ini sekaligus menunjukkan bahwa amalan itu akan dibalas di negeri yang kekal abadi (bukan negeri yang akan fana).

 

Jika Mereka Tahu …

Seandainya mereka tahu apa yang terjadi di depan mereka yaitu mengetahui dengan ilmu yang sampai ke hati, tentu mereka tidak lalai sehingga terus-terusan berbangga-bangga dengan harta. Jika mereka tahu, tentu mereka akan segera beramal sholeh. Namun sayangnya, mereka benar-benar tidak tahu sehingga mereka pun akan melihat neraka Jahim yang dijanjikan pada orang-orang kafir.

 

Mereka akan Melihat dengan ‘Ainul Yakin

Yang dimaksud dengan ayat, كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ

dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin”. Maksudnya mereka benar-benar akan melihat dengan penglihatan mereka. Sebagaimana Allah menyebutkan dalam ayat yang lain,

وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُمْ مُوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا

Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini, bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling dari padanya. ” (QS. Al Kahfi: 53).

Semoga materi Taujih singkat ini dapat menjadi bahan Muhasab Diri kita sebelum kita dipanggil ke kharibaan Illahi Robbi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSEP PERNIKAHAN DALAM PANDANGAN ISLAM

NASEHAT INDAH GUNA MENJAGA KEHARM0NISAN DALAM KELUARGA

5 RESEP DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA ISLAMI