Hamba yang Ta’at Meraih Kebahagiaan Dunia dan Akhirat
Hamba yang Ta’at
Meraih Kebahagiaan Dunia dan Akhirat
(Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)
Dalam
kehidupan berkeluarga sudah pasti diwarnai dengan beragam harapan dan tujuan
dari setiap anggota keluarga tersebut. Meskipun beragam harapan dan tujuan di
antara anggota keluarga kita tetapi hanya satu yang menjadi harapan dan tujuan
bersama yaitu tercapainya Kebahagiaan. Inilah yang menjadi tujuan semua manusia
di muka bumi ini. Manusia berusaha keras untuk mengupayakan tercapainya
kebahagiaan dalam menjalani hidup. Jatuh bangunnya usaha yang dilakukan, tidak
lain merupakan langkah untuk mewujudkan kebahagiaan yang diimpikan..
Jika
kita telaah dengan seksama, tampaknya orientasi kebahagiaan hidup manusia
tampak begitu beragam. Keanekaragaman orientasi kebahagiaan setiap manusia
dapat kita lihat dari berbedanya pandangan mereka tentang kriteria kebahagiaan.
Ada orang-orang yang menganggap kebahagiaan adalah bisnis yang memberikan
keuntungan besar, memiliki rumah yang mewah dengan berbagai fasilitas di
dalamnya, karier yang tinggi, studi yang sukses, harta yang banyak, memiliki
keluarga yang harmonis, bahkan ada yang menyatakan sebagai suatu kebahagiaan
bila dapat melewati hari tanpa adanya masalah.
Tampaknya
Setiap orang memiliki konsep kebahagiaan yang ingin ia capai. Hal itu
dilatarbelakangi oleh kondisi seseorang yang menyangkut latar belakang sosial,
budaya, agama, suasana hati dan jiwa, bahkan latar belakang pendidikannya.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata bahagia diartikan dengan
keadaan atau perasaan senang tentram yakni bebas dari segala macam yang
menyusahkan. Sehingga kata kebahagiaan yang mendapat awalan ke dan akhiran an
diartikan dengan kesenangan dan ketentraman hidup lahir dan batin,
keberuntungan, serta kemujuran.
Apa
sebenarnya Hakikat Kebahagiaan dalam Pandangan Islam?
Islam
menganjurkan umatnya untuk mengejar kebahagiaan di akhirat, namun diingatkan
agar jangan melupakan kehidupannya selama di dunia. Hal ini mengandung makna bahwa
jika seorang hamba memperoleh kebahagiaan di akhirat belum dapat dipastikan
bahwa hamba tersebut juga merasakan kebahagiaan saat hidup di dunia.
Sebaliknya, orang yang mengalami kebahagiaan di dunia belum tentu akan
mendapatkan kebahagiaan kelak di akhirat. Maka Islam mendorong umatnya untuk
mengejar kedua bentuk kebahagiaan itu, serta berusaha untuk menghindar dari
penderitaan atau kesengsaraan di dunia dan di akhirat nanti.
Namun
demikian, Allah telah menjanjikan kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun
di akhirat kelak bagi mereka yang beriman dan beramal Sholeh. Boleh jadi
kehidupan yang bahagia di dunia menjadi semacam pendahuluan bagi kehidupan yang
lebih bahagia di akhirat. Sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an surah al-Nahl
ayat 97 yang berbunyi:
مَنْ عَمِلَ
صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً
ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Artinya:” Barangsiapa
yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. al-Nahl: 97)
Lalu,
bagaimana cara untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat dalam
pandangan Islam?
Pertama, beriman kepada Allah swt.
Kunci utama yang dapat mengantarkan seorang hamba memperoleh kebahagiaan yang
hakiki ialah dengan beriman kepada Allah swt dengan jalan melaksanakan segala
perbuatan yang diperintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Kedua, menjadi
hamba yang senantiasa bersyukur, ridha dan tawakal atas segala musibah. Jika
kita mengeluh dan meratapi musibah tentunya akan memunculkan persepsi negatif
yang dapat mempengaruhi pada sikap dan perbuatan negatif pula. Pada akhirnya dapat berpengaruh negatif pada
kondisi kesehatan tubuh kita. Sebaliknya, jika kita mampu manata hati dan
pikiran kita saat tertimpa musibah dengan syukur dan ridha atas ketetapan Allah
swt maka akan mendatangkan aura positif dalam tubuh, dan kebahagiaan pun dapat kita
rasakan.
Ketiga, bersikap
sabar. Sikap ini diperlukan jika menghadapi suatu musibah, atau bersabar untuk tidak membalas perbuatan buruk
orang lain terhadap diri kita. Dengan memaafkan orang lain jika ia melakukan
kesalahan terhadap diri kita, maka akan mendatangkan manfaat yang besar kepada
diri kita sendiri, yaitu dapat mengobati rasa sakit hati dalam diri.
Menurut Al-Quran, obat terbaik untuk menyembuhkan sakit hati adalah tak
membalas sakit hati, Sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S. Yunus [10]: 57
اَيُّهَا
النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ
وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang
kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada
dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman”.
(Q.S. Yunus [10]: 57)
Keempat, Bersikap
Ikhlas. Sifat ini merupakan wujud pengabdian manusia kepada Allah
yang mana setiap perbuatan hanya ditujukan untuk mendapatkan rida Allah semata,
tanpa mengharapkan pujian dari manusia. Hal ini tentunya dapat mengantarkan
manusia ke dalam kebahagiaan karena senantiasa ikhlas dalam melakukan segala perbuatan.
Demikian
uraian singkat terkait beberapa cara untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan
akhirat menurut pandangan Islam. Semoga
kita semua dapat melaksanakannya dengan penuh keta’atan agar senantiasa
merasakan kebahagiaan dan ketenangan selama menjalani kehidupan di dunia yang
fana ini dan semoga pula kita raih kebahagiaan
di akhirat kelak . In syaa Allah, “Hamba yang ta’at akan meraih kebahagiaan
di dunia dan di akhirat”.
Komentar
Posting Komentar