Wujudkan “Baiti Jannati” dengan Membentuk Keluarga Berkarakter Surgawi

 

rumahku surgaku

Wujudkan “Baiti Jannati” dengan Membentuk Keluarga Berkarakter Surgawi

(Oleh : Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)  

Setiap keluarga tentunya mendambakan terciptanya rumah tangga yang Sakinah, Mawaddah dan Rahmah. Inilah wujud dari “Rumahku adalah Surgaku“ atau “Baiti Jannati”.. Untuk memenuhi tujuan itu, berbagai daya dan upaya dikerahkan agar apa yang dicita-citakan bisa diwujudkan.

Namun demikian, fenomena yang sering kita saksikan, nilai kebahagiaan dalam keluarga lebih banyak dipersepsikan pada urusan materi atau kekayaan semata. Sehingga, yang diperjuangkan adalah bagaimana cara untuk memperoleh harta atau kekayaan sebanyak-banyaknya. Ini persis yang dideskripsikan Allah swt dalam QS. al-Humazah; bahwa manusia itu kebanyakan hobinya menumpuk-numpuk harta dan memamerkannya.Allah swt berfirman dalam QS.al-Humazah ayat 2 :

اۨلَّذِىۡ جَمَعَ مَالًا وَّعَدَّدَهٗ

“yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya”

Ayat ini menerangkan bahwa orang yang menimbun harta juga diancam neraka karena memperkaya diri sendiri serta selalu menghitung-hitung harta kekayaannya. Hal itu ia lakukan karena sangat cinta dan senangnya kepada harta seakan-akan tidak ada kebahagiaan dan kemuliaan dalam hidup kecuali dengan harta. Bila ia menoleh kepada hartanya yang banyak itu, ia merasakan bahwa kedudukannya sudah tinggi dari orang-orang sekelilingnya.

Dia tidak merasa khawatir akan ditimpa musibah karena mencerca dan merobek-robek kehormatan orang lain. Karena kecongkakannya, ia lupa dan tidak sadar bahwa maut selalu mengintainya, tidak memikirkan apa yang akan terjadi sesudah mati, dan tidak pula merenungkan apa-apa yang akan terjadi atas dirinya.

Anehnya, materi yang kadang sudah terkumpul belum juga memenuhi dahaga bahagia. Hal ini membuktikan, ada kebahagiaan yang sejati yang tak mampu diwujudkan oleh materi, sebanyak apapun itu dan semewah apa pun rumah yang ia tempati..

Guna membangun mahligai rumah tangga bahagia,yang hakiki agar terwujudnya “Baiti Jannati”, rumahku adalah Surgaku maka kita harus mampu membentuk anggota keluarga kita agar berkarakter Surgawi. Rumah tangga yang berkarakter Surgawi tentunya harus dibangun dengan nilai-nilai Surgawi. Sebagai referensi utama untuk menciptakan keluarga berkarakter Surgawi maka kita harus mencontoh profil keluarga Nabi Muhammad SAW.

Rumah tangga Nabi SAW adalah cerminan dari keluarga yang didesain dengan karakter Surgawi. Bila ada ungkapan “Rumahku adalah Surgaku,” maka profil keluarga Beliau itu sangat tepat untuk kita jadikan modelnya.

Beberapa hal yang patut kita perhatikan dalam mendesain keluarga Surgawi, adalah sebagai berikut :

Pertama, melandasi rumah tangga dengan landasan iman yang teguh.  Dalam surah al-Mu`minun [23] ayat 1-11 Allah swt telah berfirman :

 قَدْ أَفْلَحَ ٱلْمُؤْمِنُونَ 

ٱلَّذِينَ هُمْ فِى صَلَاتِهِمْ خَٰشِعُونَ

وَٱلَّذِينَ هُمْ عَنِ ٱللَّغْوِ مُعْرِضُونَ

وَٱلَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَوٰةِ فَٰعِلُونَ

وَٱلَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَٰفِظُونَ

وَٱلَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَٰفِظُو إِلَّا عَلَىٰٓ أَزْوَٰجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ

فَمَنِ ٱبْتَغَىٰ وَرَآءَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْعَادُونَ

وَٱلَّذِينَ هُمْ لِأَمَٰنَٰتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَٰعُونَ

وَٱلَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَوَٰتِهِمْ يُحَافِظُونَ

أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْوَٰرِثُونَ

ٱلَّذِينَ يَرِثُونَ ٱلْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ

Artinya :

1.    Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,

2.    (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya,

3.    dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,

4.    dan orang-orang yang menunaikan zakat,

5.    dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,

6.    kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.

7.    Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.

8.    Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.

9.    dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.

10. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,

11. (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.

Berdasarkan kandungan ayat 1 s.d 11 dalam QS. Al-Muminun, Allah swt telah menjelaskan tentang kriteria Rumah tangga dalam keluarga yang berkarakter Surgawi bahwa mereka khusyuk dalam shalat, berpaling dari hal-hal yang sia-sia, menunaikan zakat, menjaga kemaluan, amanah, memenuhi janji dan menjaga shalat-shalatnya.

Dengan demikian, rumah tangga berkarakter Surgawi ini adalah keluarga yang memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Allah dan makhluk, cerdas spiritual, peduli sosial dan bisa dipercaya.

Kedua, menjadikan akhirat sebagai orientasi dalam kehidupan keluarga. Di dalam al-Qur`an, seringkali kata iman kepada Allah diiringi secara langsung dengan keimanan kepada hari akhir.  Keimanan kepada Hari Akhir (akhirat) ini menunjukkan pentingnya orientasi akhirat.

Bila keluarga tidak dedesain dengan orientasi akhirat sejak awal, maka semua aktivitas yang dilakukan hanya akan berkisar pada urusan duniawi dan bertujuan duniawi pula.

Bercermin dari kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad SAW tentunya kita bisa belajar betapa segenap potensi, daya,upaya, tenaga, orientasi hidup dan pikiran Beliau persembahkan untuk kepentingan akhirat.

Rasulullah SAW sebenarnya mampu untuk menjadi orang yang kaya raya, karena disamping kepiawaiannya berdagang dan jujur, istrinya (Khadijah) adalah seorang wanita hartawan. Namun demikian, seluruh kekayaan didedikasikan untuk kegiatan dakwah yang semuanya mengarah kepada akhirat. Maka ketika suatu saat  ‘Aisyah cemburu dan mengatakannya sebagai wanita tua renta, Nabi tersinggung dan menyatakan bahwa dia tidak ada gantinya, karena selama hidupnya hartanya digunakan untuk kepentingan dakwah.

Ternyata, rumah tangga dengan desain Surgawi akan mengukur kebahagiaan, kesenangan dan suka citanya dengan timbangan akhirat.

Ketiga, mentrasfer nilai-nilai positif calon penghuni Surga ke dalam rumah tangga. Sebagaimana diketahui, misalnya dalam al-Qur`an, ada banyak hal yang menggambarkan sifat-sifat positif ahli  (penduduk) Surga. Seperti apa sifat-sifat positif Penduduk Surga telah digambarkan oleh Allah swt dalam al-Qur`an surah al-Waqi’ah ayat 25 dan 26.

لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا تَأْثِيمًا

إِلَّا قِيلًا سَلَٰمًا سَلَٰمًا

“Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa, Akan tetapi mereka mendengar ucapan salam”

Berdasarkan kandungan ayat 25 dan 26 dalam QS. Al-Waqiah tersebut di atas ternyata Penduduk Surga itu tidak pernah mengatakan sesuatu yang sia-sia dan dosa. Yang dikatakan para penghuni surge selalu mengandung keselamatan, kesejukan dan kedamaian.

Allah swt pun telah memberikan penjelasan tambahan terkait sifat Para Penghuni Surga sebgaimana Firman-Nya dalam QS. al-Hijr ayat 47,

وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَىٰ سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ

“Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan”.

Berdasarkan deskripsi dari ayat tersebut di atas, dengan jelas Allah swt telah menerangkan kita bahwa penduduk Surga itu bukanlah orang pendengki, karena sifat itu telah dicabut oleh Allah swt dari dada mereka. Merekapun rukun bersaudara.  Sungguh indahnya, jika ini deterapkan dalam rumah tangga kita, maka akan sangat dahsyat dampaknya.

Penduduk Surga juga memiliki ciri-ciri yang bisa diteladani bagi yang menginginkan rumah tangga yang berkarakter Surgawi. Misalnya, bertakwa kepada Allah, rajin berinfaq baik ketika kondisi susah maupun lapang, pandai menahan (mengontrol) amarah, mudah memaafkan, ketika berbuat zalim atau maksiat segera ingat dan bertaubat kepada Allah serta tidak mengulangi kesalahan yang sama  Sebagaimana Allah swt telah gambarkan dalam QS. Ali Imran [3]: 133-135:

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Jika nilai-nilai itu bisa diterapkan dalam rumah tangga kita, maka keluarga kita sedang merancang mahligai rumah tangga dengan rancang bangun Keluarga Berkarakter Surgawi.

Keempat, menjadikan rumah tangga dalam keluarga sebagai wujud pengabdian untuk Allah Subhanahu Wata’ala. Hal ini sebagai realisasi dari surah adz-Dzariyat ayat 56, bahwa misi penciptaan manusia di dunia adalah beribadah atau mengabdi kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Oleh karena itu, rumah tangga dengan desain Surgawi adalah yang menjadikan segenap aktivitas hidupnya dalam landasan pengabdian kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Pergaulan, interaksi, pekerjaan, kegiatan sosial, aktivitas kesehariannya diniatkan sebagai pengabdian kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Kelima, mendesaian rumah tangga dengan akhlak mulia. Dalam riwayat Ahmad disebutkan bahwa Nabi pernah bersabda, “Sesuatu yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam Surga adalah takwa kepada Allah dan akhalak yang mulia dan sesuatu yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam neraka adalah mulut dan kemaluan.” (HR. Ahmad, Baihaqi).

Oleh karena, itu tidak mungkin disebut rumah tangga Surgawi jika akhlaknya tercela. Tak bisa dikatakan sebagai keluarga Surgawi jika kehidupannya sangat jauh dari akhlak mulia.

Dengan demikian jelasl,ah bahwa, yang dimaksud dengan rumah tangga yang dirancang dengan desain Surgawi adalah yang menjadikan iman, orientasi akhirat, transfer nilai ahli Surga ke dalam keluarga, pengabdian kepada Allah dan akhlak mulia sebagai desain atau rancang banun untuk membina rumah tangga yang berkarakter Surgawi agar terwujud “Baiti Jannati”, Rumahku adalah Surgaku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSEP PERNIKAHAN DALAM PANDANGAN ISLAM

5 RESEP DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA ISLAMI

NASEHAT INDAH GUNA MENJAGA KEHARM0NISAN DALAM KELUARGA