GEMPA BUMI CIANJUR DALAM PERSPEKTIF ILMIAH DAN ILLAHIAH
GEMPA BUMI CIANJUR DALAM
PERSPEKTIF
ILMIAH DAN ILLAHIAH
(Oleh:
Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)
Dalam perspektif
keilmuan (Ilmiah) , sebagaimana yang dikemukan oleh Ahli geologi, Ma’rifun
Sudibyo, bahwa kawasan yang terdampak di sekitar sumber gempa tersusun oleh
endapan yang sangat muda (secara geologis), produk aktivitas
vulkanik Gunung Gede - Pangrango. Dari tinjauan sins, jenis tanah ini ternyata mampu
melipatgandakan gelombang saat gempa bumi terjadi.
Faktor
saintifik lainnya, ternyata pada kawasan sekitar sumber gempa berada di kaki
gunung/perbukitan, sehingga mempertinggi peluang terjadinya gerakan tanah
(longsor) sebagai dampak ikutan getaran gempa bumi.
Selanjuta
bagaiman peristiwa Gempa Bumi dalam Perspektif Illahiah ?
Sebagai
agama yang paling sempurna, Islam menyetujui konsep ilmiah terkait peristiwa gempa
bumi. Namun demikian, Islam memandang
bahwa gempa bumi tidak akan berhenti hanya pada titik persoalan atau kajian
tentang bagaimana peristiwa Gempa Bumi itu bisa terjadi (Hanya Kajian Epistimologi)
semata.
Aspek Aqidah
atau Nilai Tauhid dalam Islam adalah satu hal yang
sangat mendasar, lebih khsusus konsep tauhid rububiyah Allah subhanahu wata’ala
bahwa Allah subhanahu wata’ala Maha Berkehendak, Maha Pencipta, Maha Mengatur,
dan Allah swt pula Yang Maha Menakdirkan atas segalanya. Oleh karena itu, pandangan
dunia Islam dengan konsep ketauhidannya memandag bahwa Gempa Bumi Cianjur
terjadi bukan semata-mata akibat aktivitas sesar Cimandiri (Secara Saintifik)
tapi menekankan pula bahwa itu terjadi atas kehendak Allah subhanahu wata’ala,
bukan peristiwa alam yang biasa/ alamiah atau factor kebetulan saja.
Sesungguhnya
Allah swt yang telah menakdirkan bahwa
hari Senin tangal 21 November 2022 tepatnya pukul 13.21 WIB, Allah datangkan gempa
bumi bermagnitudo (M) 5,6 di sekitar wilayah Kabupaten Cianjur dan Sukabumi.
Allah Subhana
wata’ala telah berfirman, sebagaiman termaktub dalam surah Asy Syuraa ayat 30 :
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ
أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu
maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan
sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”
Ibnu
Qoyyim Al Jauziyah dalam Al Jawabul Kaafi Liman Sa-ala ‘anid Dawaa’ Asy Syafi
menuliskan bahwa Ali bin Abi Tholib Radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Tidaklah musibah tersebut turun melainkan
karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan
dengan taubat.”
Kemudian,
Ibnu Qoyyimpun melanjutkan dalam karya tulisannya bahwa suatu hari di Madinah
terjadi gempa bumi, Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam kemudian meletakkan
kedua tangannya di atas tanah dan berkata: “Tenanglah… belum datang saatnya bagimu.”
Beliau
kemudian menoleh ke arah para sahabat dan berkata: “Sesungguhnya Rabb kalian menegur
kalian…maka jawablah (buatlah Allah subhanahu wata’ala ridho kepada
kalian)”.
Sesungguhnya
Sahabat Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu pun telah mengingat terkait kejadian
tersebut. Maka ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahannya, ia berkata
kepada penduduk Madinah: “Wahai manusia,
apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah
subhanahu wata’ala)? Andaikata gempa ini kembali terjadi, aku tidak akan
bersama kalian lagi”.
Sahabat
Umar bin Abdul Aziz Rahimahullah pun tidak tinggal diam saat terjadi gempa bumi
pada masa kepemimpinannya. Ia segera mengirim surat kepada seluruh gubernurnya:
“Amma ba’du, sesungguhnya gempa ini adalah
teguran Allah Subhanahu wata`ala kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah
memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu. Maka
barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya, karena Allah
Subhanahu wata`ala telah berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّىٰ
وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ
“Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan
diri (tazakka: membersihkan diri dengan taubat ataupun zakat). Lalu dia
mengingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang.” (QS. Al A'laa ayat 14-15).
Mari
kita perhatikan pula apa yang dikatakan oleh Nabi Adam alaihissalam (saat terusir
dari surga):
“Ya Rabb kami, sesungguhnya kami
mendzalimi diri kami dan jika Engkau tak jua ampuni kami dan menyayangi kami,
niscaya kami menjadi orang-orang yang merugi.”
Simaklah
juga apa yang dikatakan oleh Nabi Nuh alaihissalam:
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ
لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Jika Engkau tak mengampuniku dan
merahmatiku, aku sungguh orang yang merugi”.
Ucapkanlah
pula doa Yunus alaihissalam: “La ilaha
illa anta, Subhanaka, inni kuntu minadzalimin. (“Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang dzalim”).
Dalam Perspektif
Illahiah, sesungguhnya peristiwa gempa bumi Cianjur terjadi
atas takdir Allah, baik untuk menguji keimanan atau untuk boleh jadi menegur
kekhilafan bahkan hukuman atas segala kedzholiman, kemurthadan, serta
kemaksiatan yang ada. Mohon maaf, ini hanyalah sebatas asumsi atau perspesi. Sesungguhnya
hanyalah Allah swt Yang Maha Mengetahui apa yang menyebabkan musibah itu
terjadi.
Gempa
bumi yang terjadi di Cianjur dan di beberapa wilayah lainnya dimuka bumi ini,
ternyata telah dijelaskan dalam Al-Quran secara jelas dan lugas.
Minimal
ada enam ayat yang membahas tentang gempa bumi dan bencana
lainnya di dunia ini.
Pertama , dalam
surat QS. Al- An’aam ayat 65.
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَىٰ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ
عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا
وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ ۗ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ
يَفْقَهُونَ
“Katakanlah: "Dialah yang berkuasa
untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia
mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan
merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah,
betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka
memahami(nya)".
Kedua, tertulis
dalam ayat QS. Al’Ankabuut : 37
فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا
فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ
“Maka mereka mendustakan Syu'aib, lalu
mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang
bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka.”
Ketiga, dalam
QS. Al-Israa : 59, Allah swt berfirman:
وَمَا مَنَعَنَا
أَنْ نُرْسِلَ بِالْآيَاتِ إِلَّا أَنْ كَذَّبَ بِهَا الْأَوَّلُونَ ۚ وَآتَيْنَا ثَمُودَ
النَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا بِهَا ۚ وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا
“Dan sekali-kali tidak ada yang
menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan Kami),
melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan
telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat
dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi
tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti.”
Keempat,
dalam QS. Asy-Syuura : 30
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ
أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan
musibah apapun yang kalian terima adalah karena perbuatan tangan kalian
sendiri, Allah memaafkan sebagian dari kesalahan-kesalahanmu”.
Kelima.
Dalam QS. Fushilah : 53.
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ
حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ
عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
“Kami menunjukkan tanda-tanda (kekuasaan)
kepada mereka, sehingga jelaslah bahwa Al Quran adalah benar. Dan Rabb mu
adalah cukup bagimu sebab Dia menyaksikan segala sesuatu”.
Keenam. Dalam QS. An-Nisaa :
79
مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
ۖ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَاكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا
ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ شَهِيدًا
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah
dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu
sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah
Allah menjadi saksi”.
Pada
ayat itu dijelaskan, nikmat apapun itu adalah berasal dari Allah swt, dan
bencana apa saja yang dating menimpah adalah karena kesalahan manusia itu
sendiri. Wallahua’lam Bisshowaab..
Komentar
Posting Komentar