Kenikmatan yang Telah Allah Berikan, Janganlah Sampai Kita Sia-Siakan

 

SYKUR NIKMAT

Kenikmatan yang Telah Allah Berikan, Janganlah Sampai Kita Sia-Siakan

(Oleh: DR.H.Sukarmawan,M.Pd.)

Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menciptakan kita dan memberikan kenikmatan yang tidak berbilang. Manusia tidak akan mampu menghitungnya. Sebagaimana firman Allah swt dalam QS.Ibrahim ayat 24:

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

 “…Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan ‎mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan ‎sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Q.S. Ibrahim: 34)

Sungguh begitu banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menyinggung tentang kelalaian diri kita dalam mensyukuri berbagai kenikmatan yang telah Allah swt berikan. Bahkan dengan nada tegas Allah memberikan ancaman bagi seseorang yang kufur nikmat dan akan melipatgandakan kenikmatan bagi yang bersyukur atas nikmat yang telah Allah swt berikan.Sebagaimana firman-Nya dalam QS.Ibrahim ayat 7:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

 "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”

Dan Allah swt pun dengan jelas dan tegas telah mengingatkan kita bahwa semua kenikmatan yang telah Allah swt berikan akan ditanya kelak di Hari Perhitungan nanti, sebagaimana firman Allah swt dalam QS.At-Takatsur ayat 8 :
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)” (QS. At Takatsur: 8).

Perhatikanlah juga peringatan Allah yang diungkapkan dengan indah dalam bentuk Pertanyaan Retoris (Pertanyaan yang tidak butuh jawaban tetapi butuh Perenungan diri / Pemikiran dengan Akal Sehat). Allah swt berfirman dalam QS. Ar-Rahman yang Allah swt ungkapkan hingga 31 kali (dalam 31 ayat):

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

“Maka Ni'mat Tuhan Kamu Yang Manakah Yang Kamu Dustakan?”

Kalimat pertanyaan Retoris tersebut Allah swt ungkapkan di dalam surat Ar-Rahman sebanyak 31 kali, yaitu pada ayat ke 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61, 63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, dan 77.

Apakah ada manusia diantara kita yang dapat mengitung nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita?  Sungguh nikmat Allah yang diberikan kepada kita sangatlah banyak, hingga kita tidak mampu menghitungnya. Kita dapat hidup, bernafas dengan bebas dan gratis menghirup oksigen, makan dengan nikmat, tidur dengan nyenyak, berbicara dengan lancar, berjalan kea rah mana yang ingin kita tuju, berolah raga menyalurkan hobi kita, mendengarkan suara yang indah baik nyanyian maupun tilawah Al-Qur’an, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Semua itu adalah nikmat Allah yang diberikan kepada kita semua, sudah sepatutnya kita mensyukuri apa yang sudah Allah berikan kepada kita semua. Jangan sampai kita termasuk dalam golongan orang-orang yang kufur terhadap nikmat Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus senantiasa bersyukur kepada Allah SWT.

Dalam surat An-Nahl ayat 18, Allah berfirman:

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. An-Nahl ayat 18]

Apa saja nikmat Allah yang hingga kini dapat kita rasakan? Kita pasti telah mengetahui bahwa nikmat Allah itu sangat tidak terhitung jumlahnya, berikut ini Penulis ingin uraikan beberapa saja, diantaranya:

Pertama : Nikmat Diberikan Anggota Tubuh yang Lengkap dan Sempurna

Harus kita sadari dan akui bahwa kita sangat jarang sekali mengucap syukur kepada Allah swt akan nikmat Allah swt yang satu ini. Sebagian besar orang baru menyadari kenikmatan ini apabila kenikmatan ini dikurangi oleh Allah swt, berupa sakit pada anggota tubuh hingga tidak berfungsinya lagi anggota tubuh tersebut seperti harus diamputasi karena mengancam anggota tubuh lainnya.

Sesungguhnya nikmat anggota badan ini, akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah di hari pembalasan nanti. Dan Allah swt telah mengingatkan kita bahwa anggota tubuh kita akan menjadi saksi di akhirat nanti. Sebagaimana firman Allah swt dalam Surat Yasin Ayat 65 :

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka. Dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan” (QS. Yasin: 65)

Untuk itulah, sepanjang masih Allah swt berikan umur Panjang dan dapat menikmati hidup ini maka pergunakanlah kenikmatan ini untuk melakukan hal-hal yang bermaslahat bagi diri kita dan orang lain.

Kedua: Nikmat Berupa Kesehatan

Nikmat sehat ini sungguh tidak bisa dinilai dengan uang. Jika kita sakit, berlembar-lembar uang kita keluarkan. Ada orang yang bekerja siang dan malam untuk mengumpulkan uang tanpa memperdulikan waktu ibadah dan waktu istirahatnya. Akan tetapi, ketika ia mengalami sakit yang cukup parah, ia keluarkan semua uang yang telah dikumpulkannya untuk mengupayakan kesembuhan dan kesehatan dirinya

Sungguh ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia lupa adalah nikmat sehat dan waktu luang. sabda Nabi yang diketengahkan oleh Imam Al-Bukhari. Dari Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhuma, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

"Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang". (HR Al-Bukhari No. 6412)


Ketiga : Nikmat Berupa Harta Benda atau Kekayaan

Renungkanlah bahwa nikmat harta kekayaan juga merupakan salah satu nikmat yang dapat melalaikan kita. Saat Allah memberikan harta yang begitu melimpah, mungkin sebagian orang akan lupa untuk bersyukur kepada Allah. Orang yang bersyukur kepada Allah akan menggunakan harta sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah. Jadikanlah kisah Tsalabah menjadi hikmah dalam hidup kita. Tsalabah Ibn Hathib al-Anshari adalah contoh orang yang gagal menjaga sikap istiqamah.

Suatu hari Tsa'labah dikisahkan datang menghadap Rasulullah. Tanpa ragu dia meminta Rasulullah untuk memohon kepada Allah supaya dia dianugerahi rezeki berupa harta kekayaan. Namun, Rasulullah menolak permintaan tersebut.

Akan tetapi, Tsa'labah tidak patah semangat mendesak Rasulullah untuk memenuhi maunya. Doakanlah kepada Allah agar Dia memberiku harta kekayaan, pinta Tsa'labah.

Meskipun permintaannya seringkali ditolak oleh Rasulullah SAW, tetapi Tsa'labah tetap memohon sekali lagi. Namun, kali ini pun Rasulullah menolak kembali. Apakah kamu tidak senang menjadi manusia seperti Nabi Allah? Demi Zat yang men-guasai diriku, andaikan aku ingin agar gunung itu berjalan di sampingku sebagai emas dan perak, niscaya ia melakukannya," tutur Rasulullah.

Untuk meluluhkan hati Rasulullah, Tsa'labah kemudian mengucapkan sumpahnya. "Demi Zat yang telah mengutusmu dengan hak. Jika engkau memohon kepada Allah, lalu Dia memberiku harta kekayaan, niscaya aku akan memberikan hak kepada setiap orang yang berhak menerimanya,"ujarnya.

Rasullulah memegang janji Tsa'labah. Dia akhirnya mengamini keinginan Tsa'labah dan berdoa untuk Tsa'labah agar Allah memberikannya rezeki dan memberkahinya. "Ya Allah, anugerahkanlah harta kekayaan kepada Tsa'labah, ujar Nabi.

Allah swt pun memenuhi doa Rasulullah SAW hamba pilihan yang sangat dicintai-Nya karena keluhuran akhlaknya, sehingga akhirnya Tsa'labah mendapatkan seekor unta dan domba.Tsa'labah sangat senang. Setiap hari dia berusaha menggemukkan ternaknya, membuat ternaknya bisa menghasilkan susu yang banyak untuk bisa dijual. Tsa'labah masih teguh bersikap istiqamah saat memenuhi panggilan jihad pada Perang Badar.

Seusai perang, dia kembali pada ternaknya. Dia menggembalakannya, menggemukkan yang kurus, dan membesarkan yang kecil. Harinya semakin sibuk seiring bertambahnya jumlah ternak yang dimilikinya. Mereka beranak pinak bak belatung hingga Madinah menjadi penuh sesak.

Akibatnya, dia dan ternaknya menyingkir dan tinggal di sebuah lembah dekat Madinah sehingga dia masih bisa shalat Zhuhur dan Ashar dengan berjamaah. Sedangkan, shalat lainnya dilakukannya sendirian.

Ternaknya terus bertambah dan dia menjadi sangat sibuk. Akhirnya, Tsa'labah mulai meninggalkan shalat Jumat. Dia hanya menemui orang-orang yang lewat padang gembalaannya untuk menuju shalat Jumat di Masjid Madinah dan hanya untuk menanyakan kabar.

Saat itu, Rasulullah menangkap ada hal yang aneh dari Tsa'la bah. Dia pun bertanya kepada dua pengendara unta yang ditemuinya. Apa yang dilakukan oleh Tsa'labah? Mereka menceritakan soal ternak Tsa'labah kepada Nabi. Rasul terkejut dan bersabda.

"Aduh celaka Tsa'labah, aduh celaka Tsa'labah, celaka Tsa'labah,"tuturnya.

Tsa'labah juga bersikap kikir. Dia menghindari kewajiban berzakat. "Ini hanyalah pajak, ini adalah semacam pajak. Aku tidak tahu, apa ini? Pergilah sehingga selesai tugasmu, nanti kembali lagi kepadaku," elak Tsa'labah kepada utusan Rasulullah.

Kabar ini sampai ke telinga Nabi dan membuatnya gusar. Maka, Allah kembali menurunkan firmannya dalam surah at-Taubah ayat 75-77 yang berisi sindiran kepada orang-orang yang sebelumnya berikrar akan menyedekahkan sebagian hartanya jika dikaruniai oleh Allah berupa kekayaan, tetapi setelah diberi kekayaan mereka justru menjadi kikir dan berpaling. Allah swt berfirman :

وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ

فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ

فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِي قُلُوبِهِمْ إِلَىٰ يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

“Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta.” (QS.at-Taubah ayat 75-77)

Karena sikap seperti itu, Allah kemudian menanamkan kemunafikan pada hati mereka sampai tiba ajal sebab mereka telah memungkiri ikrar dan berdusta.

Ketika ayat itu disampaikan Rasulullah kepada para sahabatnya, ada salah seorang kerabat Tsa'labah yang ikut mendengar dan kemudian menyampaikan hal itu kepada Tsa'labah yang menjadi kalang kabut. Akhirnya, Tsalabah pun pergi menemui Nabi dan memohon agar beliau mau menerima zakat darinya.

Namun, Nabi tak mau menerimanya. Sesungguhnya Allah melarangku untuk menerima zakatmu. Kemudian, Tsa'labah yang sangat menyesal melaburi kepalanya dengan tanah. Lalu, Rasulullah berkata kepadanya, Inilah amalanmu. Aku telah memerintahkan sesuatu kepadamu, tetapi engkau tidak mau mematuhiku.Hingga Rasulullah dan para khalifah tidak menerima sedikit pun zakatnya. Dalam akhir kisah Tsalabah tersebut, Allah swt memberikan adzab kepadanya berupa kematian secara mendadak semua hewan ternak miliknya dan Tsalabah pun akhirnya kembali mengalami kondisi kemiskinan seperti kondisi semula sebelum Allah swt karunikan harta benda dengan wasilah Doa dari Rasulullah SAW.

Keempat : Nikmat Diberikan Hidayah

Inilah nikmat terbesar yang Allah berikan. Mengapa demikian? Karena dengan nikmat ini kita mampu membedakan kejahatan dan kebaikan, antara yang Haq dan yang Bathil, mana yang diperbolehkan oleh agama atau manakah yang tidak diperbolehkkan.

Hanya saja, kebanyakan manusia itu dzholim. Sedikit sekali manusia yang bersyukur, mereka mengkufuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah SWT berfirman:

قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۖ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ

“Katakanlah: “Dialah Yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati”. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.” [QS. Al-Mulk ayat 23]

Karena sifat manusia yang seperti ini, sehingga Allah selalu mengingatkan kita tentang nikmat Allah yang Dia berikan kepada kita. Dalam surat Ar-Rahman, kita akan menjumpai kalimat yang berbunyi ‘Fa-biayyi alaa’i Rabbi kuma tukadzdzi ban‘. Yang artinya adalah: “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Sebagai kalimat penutup pada artikel ini, Penulis ingin mengingatkan diri Penulis dan juga para pembaca artikel www.keluargasamara.com agar senantiaasa memanfaatkan berbagai Kenikmatan yang Telah Allah Berikan, dan Janganlah Sampai Kita Sia-Siakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSEP PERNIKAHAN DALAM PANDANGAN ISLAM

NASEHAT INDAH GUNA MENJAGA KEHARM0NISAN DALAM KELUARGA

5 RESEP DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA ISLAMI