Tingkatkan Interaksimu Dengan Alqur’an, Niscaya akan Kau Raih Kebahagiaan

 

tadabbur Qur'an

Tingkatkan Interaksimu Dengan Alqur’an, Niscaya akan Kau Raih Kebahagiaan

(Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)

Para Pembaca Artikel www.keluargasamara.com yang dirahmati Allah swt. Kajian Penulis tentang “Pandangan Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah Tentang Keutamaan dan Kemuliaan llmu (Urgensi dan Kebutuhan Manusia Kepada llmu)” sementara waktu Penulis tunda sampai pada Bagian Kesebelas. In syaa Allah pada kesempatan lain akan Penulis lanjutkan. Pada tayangan artikel kali ini Penulis akan ulas tentang upaya meraih kebahagiaan melalui interaksi dengan Al-Qur’an, yang merupakan Kalamullah yang seharusnya menjadi pedoman dalam hidup kita. Tadabur Al-Qur’an dan berinteraksi dengannya mesti kita luangkan. Bukan menunggu waktu luang baru mentadabburi dan berinteraksi dengan Al-Qur’an.

Kembali Penulis ingin memberikan penekanan (Stressing) bahwa “Mentadabburi Al-Quran merupakan kewajiban dan berinteraksi dengannya merupakan sesuatu keharusan”. Mari yakinkan dalam diri kita bahwa hidup di bawah naungan Al-Qur’an merupakan sebuah kenikmatan yang tidak dapat dimiliki kecuali oleh orang yang dapat merasakannya, suatu kenikmatan yang memberikan keberkahan dalam kehidupan, dan mengangkat derajat bagi orang yang mentadabburinya dan berinteraksi dengannya. Tentunya, hal ini tidak akan dirasakan kecuali bagi siapa yang benar-benar hidup di bawah naungannya, merasakan berbagai kenikmatan, mengambil dari apa yang dapat diraih; kelembutan, kebahagiaan, ketenangan, ketenteraman, kenyamanan dan kelapangan dalam kehudupannya.

Sesungguhnya Al-Qur’anul Karim adalah  kitab suci yang mulia. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah turunkan melalui hamba pilihan-Nya, Rasulullah SAW, sebagai petunjuk, rahmat, kabar gembira bagi bagi umat Rasulullah SAW, yang tentunya termasuk untuk kita di dalamnya. Sungguh di dalam Kitab Suci Al-Qur’an terdapat berbagai macam kemuliaan dan keutamaan yang telah Allah swt jadikan. Berikut ini, mari sejenak kita renungkan firman Allah swt:

فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى

Dan jika datang kepadamu (wahai manusia) petunjuk dari-Ku, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku dalam Al-Qur’an, maka dia tidak akan tersesat dan tidak akan sengsara/celaka di akhirat nanti.” (QS. Tha Ha[20]: 123)

Salah seorang Sahabat yang memperoleh kemuliaan dari Rasulullah SAW,  Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhuma berkata:

تكفل الله لمن قرأ القرآن وعمل بما فيه أن لا يَضِلَّ في الدنيا ولا يشقى في الآخرة

“Allah menjamin bagi orang yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan kandungannya, dia tidak akan tersesat di dunia ini dan tidak akan sengsara di akhirat nanti.”

Apakah masih ada keraguan dalam diri kita akan syafa’at yang kita peroleh dari Kitab Suci Al-Qur’an setelah kita menjadikannya sebagai petunjuk kita dalam menjalani kehidupan ?

Akan tetapi, sungguh disayangkan fenomena yang masih tampak nyata terlihat dalam kehidupan kaum muslimin masih banyak di antara kita yang membaca Al-Qur’an, rajin membolak-balikkan lembarannya, berkali-kali mengkhatamkannya, berupaya untuk menghafalkannya, dan menela’ah tafsirnya, tetapi  fungsi dan manfaat Al-Qur’an bagi kehidupannya kurang mereka dapati.Padahal Allah swt dengan jelas telah menginformasikan kita bahwa Al-Qur’an dapat menjadi wasilah untuk menenangkan hati kita, sebagaiman Firman Allah swt :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Ketahuilah dengan mengingat Allah hati manusia menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d[13]: 28)

Mari kita coba amati dan renungkan,, begitu banyak orang yang membaca Al-Qur’an tapi hatinya selalu diliputi dengan kegalauan, diliputi keresahan, bahkan stress menghinggapi batinnya. Fungsi Al-Qur’an pada diri orang seperti ini tidak terlihat nyata padahal dia rajin membaca Al-Qur’an.Bisa jadi kondisi ini pun terjadi dalam diri kita. Mari kita berintrospeksi diri.

Fenomena ini merupakan satu kenyataan yang harus kita renungkan tentang factor penyebabnya, mari kita pelajari apa yang menjadi permasalahan utamanya,. Sesungguhnya Kitab Suci Al-Qur’an diturunkan bukan cuma sekedar dibaca huruf per hurufnya, dibolak-balik lembaran-lembarannya, bukan cuma sekedar dikejar untuk bisa ditamatkan atau dikhatamkannya, dan berupaya dihafalkannya.. Sahabat yang mulia, Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu melarang terkait cara seperti ini, sebagaimana dalam sebuah atsar ucapan beliau:

 ولا يكن هم أحدكم آخر السورة

“Jangan yang menjadi perhatian salah seorang di antara kamu sekedar menghabiskan surat.”

Hanya sekedar menghabiskan surat untuk mempercepat dan memperbanyak bacaannya. Sungguh tujuan utama dari Allah swt menurunkan Al-Qur’an bukanlah untuk hal seperti itu, tetapi tujuannya adalah untuk bisa diamalkan kandungannya, harus dipahami isinya, dimengerti makna yang terkandung di dalamnya dan dijadikan pedoman/ petunjuk dalam kehidupan. Hal ini telah Allah Subhanahu wa Ta’ala nyatakan dengan jelas dalam firman-Nya:

كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

Kitab Al-Qur’an yang Kami turunkan kepadamu Ya Rasulallah, agar manusia merenungkan isinya, menghayati maknanya. Kitab Al-Qur’an yang kami turunkan kepadamu Ya Rasulallah yang penuh dengan keberkahan, penuh dengan kebaikan, agar manusia menghayati isinya, merenungkan maknanya, dan agar orang-orang yang berakal bisa mengambil pelajaran darinya.” (QS. Shad[38]: 29)

Tentunya, fungsi  dan manfaat Al-Qur’an akan didapatkan secara sempurna oleh manusia tergantung bagaimana mereka memahami isinya, meresapi kandungannya, menghayati keindahannya. Oleh karenanya,  Al-Qur’an merupakan petunjuk atau pedoman hidup, obat bagi penyakit hati, kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (Kaum Musimin), penjaga dari segala keburukan diri , pemicu untuk memotivasi dalam kemaslahatan dan kebaikan, hidayah untuk menuju ke jalan yang lurus, dan  banyak fungsi atau manfaat lainnya yang dapat diperoleh dari Al’Qur’an. Muncul pertanyaan retoris “Jika kita tidak paham isinya dan tidak mengerti kandungannya, apakah kita akan dapatkan fungsi dan manfaat dari Al-Qur’an dengan dengan sempurna? Tentu kita sepakat untuk menjwab “ Tidak mungkin!”

Oleh karena itulah, Imam Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala ketika menjelaskan hal ini memberikan pernyataan yang sangat dengan nasehat, Beliau berkata:

ولكن ذلك موقوف على فهمه ومعرفة المراد منه

“Akan tetapi fungsi dan manfaat dari Al-Qur’an ini tergantung sejauh mana kita memahaminya dan mengerti kandungan yang terdapat di dalamnya.”

Hal yang wajar jika ada orang yang membaca Al-Qur’an, bahkan menghafalnya, rajin menelaahnya, tapi dia tersesat dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Coba kita lihat sosok orang-orang khawarij, mereka adalah al-Qurra’  bukan cuma rajin membaca, mereka penghafal Al-Qur’an, tapi Al-Qur’an tidak mempengaruhi hati mereka, tidak mengubah perilaku mereka menjadi lebih baik. Mereka bahkan meyakini keyakinan yang menyimpang karena mereka tidak memahami Al-Qur’an dengan pemahaman yang benar, sesuai dengan arahan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melalui para sahabatnya.

Menyikapi kondisi kaum Khawarij tersebut maka dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda tentang mereka:

يَقرَؤون القُرآنَ، لا يُجاوِزُ حَناجِرَهم

“Mereka membaca Al-Qur’an, tapi Al-Qur’an tidak melampaui tenggorokan mereka.” (HR. Muslim)

Sungguh Al-Qur’an tidak merasuk ke dalam relung hati mereka. Oleh karena itu, Al-Qur’an tidak bermanfaat untuk membersihkan/memperbaiki akidah/keyakinan mereka, tidak bermanfaat untuk menyelamatkan mereka dari kesesatan, disebabkan oleh kesalahan mereka yang tidak memahami kandungan Al-Qur’an dengan benar.

Hal inilah yang menyebabkan  Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengeluarkan sabdanya :

وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

“Al-Qur’an itu adalah argumentasi untuk membelamu atau justru untuk membantahmu.” (HR. Muslim)

Pernyataan Rasulullah ini mengandung makna bahwa kalau mereka pahami dan amalkan, maka Alqur’an akan membela mereka di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tetapi kalau mereka tidak paham, bagaimana mereka bisa mengamalkannya? Justru sebaliknya, apa yang mereka baca itu akan menjadi argumentasi untuk menjatuhkan mereka di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dengan demikian, hal ini harus menjadi bahan renungan bagi kita akan pentingnya untuk  mengusahakan semaksimal mungkin dapat memahami kandungan Al-Qur’an. Sebagaimana para ulama mengatakan:

رب قارئ للقرآن والقرآن يلعنه

Berapa banyak orang yang membaca Al-Qur’an tapi Al-Qur’an justru melaknat dirinya.”

Sekarang barulah kita sadari bahwa terget ketika membaca Al-Qur’an jangan sekedar mengejar aspek kuantitasnya, tapi harus mengedepankan aspek manfaat yang kita ambil darinya. Para ulama Salaf yang terdahulu tidak menjadikan ukuran kebaikan dengan cepatnya dihafal Al-Qur’an, tapi ukuran kebaikan menurut mereka adalah meskipun sedikit yang dibaca, bisa dipahami artinya, berusaha direnungkan maknanya, itulah cara belajar mereka sehingga meraih keutamaan yang sempurna, meraih manfaat yang maksimal dari bacaan Al-Qur’an yang disertai perenungan yang mereka lakukan saat mentadabburi dan beriinteraksi dengan Kitab Suci Al-Qur’an.

Salah seorang tabi’in, Abu ‘Abdirrahman As-Sulami pernah bercerita tentang bagaimana saat Beliau belajar Al-Qur’an dari para sahabat Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhum, sebagaimana ini merupakan metode yang ditempuh oleh para sahabat ketika mereka belajar Al-Qur’an dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa ‘Alihi wa Sallam. Abu ‘Abdirrahman As-Sulami berkata:

أخذنا القرآن عن قوم أخبرونا أنهم كانوا إذا تعلموا عشر آيات لم يجاوزوهن إلى العشر الأخر حتى يعلموا ما فيهن

“Kami belajar Al-Qur’an dari satu kaum (para sahabat) yang mereka menceritakan kepada kami bahwa jika mereka mempelajari 10 ayat dari Al-Qur’an, mereka tidak akan melampaui ke 10 ayat berikutnya sampai mereka memahami, merenungkan dan mengamalkannya.”

Cara belajar  seperti inilah yang benar yang dengan cara ini mereka dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, bisa mengambil manfaat dan fungsi yang sempurna dari ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan Allah swt untuk kebaikan dan keberkahan serta kebahagiaan dalam kehidupan mereka..

Mari kita panjatkan doa, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjadikan setiap diri kita sebagai ahlul Qur’an yang sesungguhnya, yaitu yang senantiasa  rajin membacanya, (Tilawah Al-Qur’an) sambal berusaha memahami artinya, minimal membaca terjemahannya, dan berusaha mengambil faedah, menyembuhkan penyakit hati, meluruskan keimanan kita dari petunjuk Al-Qur’an yang sempurna.dan menggapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun kebahagiaan di akhirat nanti.

Semoga pula Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman yang senantiasa membimbing kita untuk menempuh jalan yang lurus sampai di akhir hayat kita nanti.. Aamiin ya Allah yaa Mujiibassaa’iliin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSEP PERNIKAHAN DALAM PANDANGAN ISLAM

5 RESEP DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA ISLAMI

NASEHAT INDAH GUNA MENJAGA KEHARM0NISAN DALAM KELUARGA