Postingan

Jadilah Orang yang Paling Baik Terhadap Keluarga

Gambar
  Jadilah Orang yang Paling Baik Terhadap Keluarga (Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.) Sesungguhnya manusia yang terbaik adalah manusia yang sentiasa menghadirkan kebaikan kepada orang lain dan orang lain merasa aman dengan keberadaannya. Sebaliknya, manusia terburuk adalah manusia yang tidak mendatangkan kebaikan kepada orang lain, bahkan orang lain merasa tidak aman dari keberadaannya. Dengan demikian, jadilah kita sebagai orang yang senantiasa memberikan manfaat di tengah-tengah masyarakat dan kehadiran kita akan memberikan rasa aman pada diri orang lain. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: عَنِ ابْنِ عُمَرَ  قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : "أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَ

Figur Suami dan Ayah dalam Diri Rasulullah yang Patut Disuritauladani

Gambar
  Figur Suami dan Ayah dalam Diri Rasulullah yang Patut Disuritauladani (Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.) Figur seorang Suami dan Ayah dalam keluarga adalah sebagai imam dan pendidik bagi istri dan anak-anaknya. Sosok seorang suami dan ayah merupakan tulang punggung dalam keluarga yang bertanggung   jawab untuk memberi nafkah bagi semua anggota keluarganya. Di balik kesibukannya sebagai orang yang wajib mencari nafkah, sosok seorang Ayah pun harus mencurahkan rasa kasih sayang dan memberikan pembinaan dan Pendidikan kepada anak-anak. Begitu juga perannya sebagai seorang suami, ia harus mencurahkan kasih sayang kepada istrinya. Keberadaan seorang Suami yang juga berperan sebagai Ayah adalah sosok sosok yang sangat penting, bukan sekedar sebagai pemimpin dalam keluarga, tetapi harus bisa menjadi panutan dan suritauladan yang baik bagi seluruh anggota keluarganya. Sesunguhnya, tanggung jawab yang diemban oleh seorang kepala keluarga bukan hanya di dunia tetapi akan diminta juga pertangg

Ketika Zaman Sudah Diwarnai Fitnah, Kita Pilih ‘Uzlah ataukah Khulthah ?

Gambar
  Ketika Zaman Sudah Diwarnai Fitnah, Kita Pilih ‘ Uzlah   ataukah Khulthah ? (Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.) Fenomena yang ada di zaman ini tampaknya telah dipenuhi dengan pemandangan yang penuh fitnah. Tampak jelas terlihat adanya fitnah syubhat dan pelampiasan syahwat begitu kerap menerpa ,kesyirikan merajalela,   kemaksiatan   dianggap menjadi kewajaran dalam kehidupan, sekelompok orang yang   bersemangat menjalankan sunnah dianggap aneh dan mereka yang benci akan sunnah merasa resah, sementara bid’ah dianggap sunnah. Pada akhirnya orang yang ingin berpegang teguh pada agamanya dihadapkan oleh pada dua pilihan: apakah memilih bersikap ‘ uzlah   (mengasingkan diri ) ataukah  harus memilih bersikap khulthah  (tetap bergaul di tengah masyarakat ) ? Mari kita coba tela’ah lebih dahulu terkait dalil yang menganjurkan kita harus memilih untuk bersikap ‘Uzlah ketika zaman sudah diwarnai berbagai fitnah . Banyak dalil dan fatwa Ulama yang menganjurkan untuk  uzlah  (mengasingkan dir

KDRT dalam Keluarga tidak akan ada dalam Keluarga yang SaMaRa

Gambar
  KDRT dalam Keluarga tidak akan ada dalam Keluarga yang SaMaRa (Oleh:Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.) Setiap pasangan hidup dalam suatu keluarga tentunya mendambakan sebuah keluarga yang Sakinah, Mawaddah dan Rahmah (SaMaRa) dalam suasana yang tentram, penuh cinta dan kasih sayang. Hanya saja, perlu disadari bersama bahwa menikah itu langkah awal membangun sebuah keluarga, Sedangkan membangun keluarga yang baik diperlukan ilmu dan kesiapan mental yang matang. Hal ini karena keluarga adalah sebuah ikatan “ mitsaqan ghalidza” , atau sebuah  perjanjian yang agung, perjanjian yang kuat, perjanjian yang serius, bukan perjanjian main-main . Jadi pernikahan itu bukan hanya seumur jagung atau untuk 1 atau 2 tahun saja lalu cerai, kawin lagi cerai tetapi harus sampai ke akhir hayat.  Jalinan pernikahan sungguh sangat istimewa, sehingga di dalam jalinan pernikahan tidak akan pernah saling mencaci maki, menghakimi, menjatuhkan, menertawakan kelemahan masing-masing. Sebab keluarga adalah tempat bagi