KRITERIA KELUARGA SAMARA
KRITERIA
KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WARAHMAH
(KELUARGA
SAMARA)
Oleh
:Dr.H.Sukarmawan,MPd.
Ketika pasangan menikah, salah satu doa yang selalu diberikan
adalah semoga mereka menjadi keluarga Samawa. Tapi, apakah hal itu bisa dengan
mudah terwujud? Tentu tidak! Ada banyak hal perlu dilakukan oleh suami dan
istri untuk bisa memenuhi kriteria keluarga sakinah mawaddah warahmah
tersebut. Apakah Anda juga penasaran?
Jika merujuk pada ajaran Islam, ada beberapa aturan yang
perlu diterapkan jika pasangan suami istri bisa langgeng di dunia hingga
akhirat. Bukan sekedar bahagia atau mapan secara finansial saja. Berikut ini
penjelasannya.
Apa Itu Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah?
Sebelum mengetahui apa kriteria sebuah keluarga bisa disebut
Samawa, Anda perlu tahu terlebih dahulu apa sebenarnya makna dari istilah
tersebut. Jika merujuk pada Al Quran, tepatnya di dalam Surat Ar-Rum ayat 21,
dimana ketiga kata yaitu Sakinah, Mawaddah, dan Warrahmah ada di dalamnya. Jika
disatukan, artinya adalah tentram dan tenang, cinta kasih, dan rahmat. Jadi,
ketika disimpulkan dalam sebuah rumah tangga, tentu akan berhubungan dengan
bagaimana upaya untuk membangun rumah tangga yang tenang tentram, kemudian
dipenuhi dengan cinta kasih dan dirahmati oleh Allah SWT.
Kalau membacanya atau menyebutkannya memang mudah, tapi dalam
penerapannya butuh proses yang tidak sebentar. Apalagi, suami istri itu
penyatuan dua orang yang berbeda jenis kelamin kemudian karakter dan latar
belakang. Tentu, akan memiliki masa penyesuaian sampai akhirnya bisa klop
sesuai ajaran agama dan dapat mewujudkan Samawa yang didoakan banyak orang
tersebut.
Kriteria Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah
Jika Anda ingin memiliki keluarga Samara ini, tentu harus
memenuhi kriteria tertentu. 10 diantara kriteria tersebut adalah:
1.
Keimanan yang
Kokoh
Iman
yang kokoh tidak bisa didapat dengan sendirinya, harus datang dari diri sendiri
untuk benar-benar punya keyakinan kepada tuhan. Ketika iman sudah kuat, maka
semua hal yang dilakukan tentu berlandaskan kepada apa yang diperintahkan oleh
Allah SWT sesuai syariat Islam.
Dengan
sendirinya, ketika iman sudah kokoh, suami dan istri bisa sejalan membina rumah
tangga karena mereka memiliki acuan yaitu iman kepada sang Khalik. Jika salah
satu masih belum stabil imannya, maka yang satunya akan berusaha untuk mengajak
kepada keimanan yang lebih baik.
2.
Taat Ajaran
Agama
Siapapun
harus mentaati apa yang diajarkan oleh agama, termasuk suami istri. Semua hal
yang dilakukan di dunia ini, memiliki aturan yang jelas. Mana yang boleh
dilakukan dan mana yang harus dihindari.
Ketika ketaatan kepada ajaran agama bisa dilakukan oleh pasangan suami
istri, maka akan lebih mudah menjadi pasangan yang masuk kriteria keluarga
sakinah mawaddah warahmah tersebut. Contoh kecilnya saja, ajaran tentang
hak dan kewajiban suami dan istri. Jika paham dan merealisasikan ajaran
tersebut, tentu akan terhindar dari berbagai masalah dalam rumah tangga. Sebab,
baik suami maupun istri tahu kapasitasnya masing-masing.
3. Rumah Tangga Sebagai Ladang Ibadah
Jangan berpikir
kalau berumah tangga itu hanya dari sudut pandang nafsu dan memiliki keturunan
saja. Namun, cobalah lihat juga dari segi ibadah karena menikah itu merupakan
ibadah seumur hidup. Menjalani peran sebagai suami dan istri itu juga merupakan
ibadah.
Jika suami dan
istri mampu memposisikan diri untuk beribadah kepada Allah SWT dengan posisinya
masing-masing, maka pertengkaran hingga perceraian bisa dihindari. Setiap ada
masalah, akan ada pengingat untuk segera mencari solusi yaitu menikah itu
ibadah dan bukan ajang adu egois dan adu argumen setiap saat.
4. Berbagi Peran yang Adil
Sebenarnya
di dalam ajaran agama Islam maupun agama lainnya, peran suami dan istri itu
sudah dijelaskan secara detail. Tinggal diaplikasikan dalam kehidupan nyata
setiap pasangan. Namun demikian, dalam
realitanya tentu ada penyesuaian dengan situasi dan kondisi, sehingga ketika
memutuskan untuk berumah tangga harus ada pembagian peran yang dibuat adil dari
suami maupun istri. Tidak memaksakan kehendak salah satu atas yang lainnya.
Sebagai
contoh, berbagi peran dalam mencari nafkah. Dimana suami merupakan pencari
nafkah utama kemudian hasilnya diberikan kepada istri untuk dikelola, kemudian
dibuat kesepakatan bahwa istri boleh bekerja asalkan kewajiban sebagai istri
tidak ditinggalkan. Kemudian contoh
peran untuk mengasuh dan membesarkan anak. Suami memiliki peran untuk
memberikan ajaran agama dan disiplin sehingga membentuk karakter yang kuat.
Sedangkan istri, menjadi peran dalam membentuk sikap yang lemah lembut dan
penuh kasih serta memastikan anak tumbuh dan berkembang dengan baik.
5. Menyelesaikan Masalah Bersama
Tidak ada
masalah yang tidak bisa diselesaikan, begitu juga dalam rumah tangga. Ketika
masalah itu muncul, melakukan diskusi dengan kepala dingin akan memunculkan
solusi terbaik. Apalagi jika melibatkan tuhan sebagai tempat mengadu, bukan
mengumbar masalah kepada banyak orang yang akan berakibat masalah melebar
kemana-mana dan sulit dicari titik temunya. Contoh, ketika ada beda pendapat
soal cara mendidik anak. Kembalilah kepada ajaran agama, bagaimana nabi dan
rasul mendidik anak mereka lalu jadikan acuan untuk diterapkan pula. Sehingga,
tidak ada hal yang akan menjadi pemicu masalah mendidik anak karena acuannya
sudah jelas.
6. Saling Sayang Menyayangi
Salah satu
landasan rumah tangga adalah, rasa sayang dan cinta yang dimiliki pasangan.
Ketika rasa itu dipupuk dengan baik, maka tidak akan ada konflik yang membuat
pertengkaran dan emosi berlebihan. Semua hal menjadi lebih mudah dituntaskan
karena ada rasa sayang dan cinta saat menyelesaikannya. Lantas bagaimana cara
memupuk dan membuat rasa sayang itu subur? Tentunya dengan komunikasi yang
baik, dan menjadikan pasangan sebagai anugrah untuk dijaga.
7. Saling Menguatkan dan Menjaga Rasa Cinta/Kasih Sayang
Tidak jarang,
pasangan suami istri menjadi bermasalah ketika ada salah satunya yang terlibat
persoalan pelik. Misalnya, suami dipecat dari kerja dan tidak bisa menafkahi
keluarga sehingga istri merasa tidak tahan lalu minta cerai. Hal ini tidak akan
terjadi pada keluarga dengan kriteria keluarga sakinah mawaddah warahmah saling
menguatkan dan saling menjaga. Karena, mereka memiliki tanggung jawab satu sama
lain untuk menguatkan ketika salah satu sedang bermasalah, kemudian menjaga
mereka dari masalah yang lebih besar.
Percaya atau
tidak, proses penguatan pasangan dengan support terbaik dan penjagaan
yang maksimal akan menjadi langkah awal untuk keluar dari sebuah masalah besar.
Hal tersebut disebabkan, tumbuhnya rasa optimis untuk mencari solusi masalah
karena adanya pasangan yang selalu ada di samping.
8. Satu Visi Untuk Mendidik Anak
Mendidik anak
merupakan tanggung jawab suami dan istri, namun terkadang hal ini menjadi
pemicu pertengkaran karena ada salah satu yang ingin mendominasi cara mendidik
versi mereka. Akan tetapi, untuk keluarga yang Samara mereka sudah punya
komitmen yang jelas dalam mendidik anak. Mulai dari lahir hingga bisa dilepas
saat dewasa nanti, bagaimana ibadahnya, pergaulan sosialnya, pendidikan
akademisnya, hingga hal-hal penting lain yang akan menunjang perkembangan fisik
dan mental anak.
Apakah Anda dan pasangan sudah siap
untuk memenuhi semua kriteria keluarga sakinah mawaddah warahmah di
atas? Mulailah dari sekarang, untuk merubah paradigma tentang sebuah keluarga
harmonis. Cobalah untuk menerapkan kriteria di atas, sehingga rumah tangga bisa
awet dunia akhirat.
Komentar
Posting Komentar