MENGAMBIL HIKMAH DARI ALHIKAM (BAGIAN KEDUA/TERAKHIR)

 

                                                       MENGAMBIL HIKMAH DARI

AL-HIKAM

(Bagian Kedua)

                                                       Oleh : Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.

HIKMAH ALHIKAM 2


HIKMAH - 11 TIDAK ADA KESEMPURNAAN TANPA KEIKHLASAN

         Tanamlah keberadaanmu ke dalam bumi ketersembunyian ( yang tidak dikenal orang ), karena jika berbuah sesuatu yang tidak ditanam, hasilnya tidaklah sempurna

        Hikmah ke-11 ini mengajak kita menyelami sesuatu yang lebih lembut lagi yaitu hakekat keberadaan kita. Kita yang diciptakan Allah dari tanah maka jasad kita akan dikembalikan ke tanah lagi. Sedangkan roh kita berasal dari Allah dan roh adalah urusan Allah maka ia akan kembali kepada Allah. Pada permulaan perjalanan seorang pengembara kerohanian membawa bersamanya sifat sifat basyariah, seperti kehendak, pemikiran, cita cita,  angan angan dan lain lainya.

       Latihan kerohanian atau bermujahadah akan menghancurkan sifat sifat keji dan memutus rantai rantai daya tarik alam sekitar. Jadi dapat disimpulkan bahwa hijab nafsu dan akal akan menutup hati sehingga kebenaran tidak terlihat. Karena nafsu tidak pernah kenyang sementara akal akan selalu menemukan alasan alasan dan hujah, sehingga sulit untuk menerima kebenaran.

            Firman Allah dalam surah Al-Furqon: 43 yang artinya : 
"Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhanya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya ?"

        Menundukan nafsu bukanlah suatu pekerjaan yang enteng. Seseorang perlu kembali kepada hati, karena hati tidak akan pernah berbohong sekalipun akal menutupinya atas perintah nafsu. Kekuatan hati adalah ikhlas. Hakikat ikhlas yang sebenarnya terdapat dalam Firman Allah Surah Al-An'am: 162 yang artinya: ”Katakanlah sesungguhnya solatku, dan ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah semata Tuhan seru sekalian alam".

          Dalam ikhlas  tidak ada pamrih apapun. Semua karena Allah. Selagi kepentingan diri tidak dikuburkan, maka ikhlas pun tidak akan tumbuh dengan baik. Maka kuburkanlah kepentingan diri sedalam dalamnya.

HIKMAH - 13 HIJAB PENGHALANG

”Bagaimana  hati akan dapat disinari sedangkan gambaran alam sekitarnya masih melekat pada cerminya, atau bagaimana mungkin melakukan perjalanan menuju Allah sedangkan dia masih dibelenggu oleh syahwatnya, atau bagaimana akan masuk ke hadirat Allah SWT. sedangkan dia masih belum bersuci dari junub kelalaianya, atau bagaimana mengharap untuk mengerti rahasaia rahasia yang lembut sedangkan dia belum bertaubat dari dosa dosanya.”

    Diri manusia terdiri dari unsur tanah, air, api dan angin.Ia juga diserapi oleh unsur alam seperti tambang, tumbuh tumbuhan, binatang, setan dan malaikat.  Tiap tiap unsur menarik hati pada setiap diri. Tarik menarik itulah yang menimbulakn kekacauan di dalam hati. Sehingga menyebabkan hati menjadi keruh .Hati yang keruh tidak dapat menerima pancaran nur iman dan tauhid. Maka kekacauan hati itulah yang perlu diobati. Hati perlu distabilkan dengan menundukan semua unsur unsur penarik tersebut kepada syariat. Syariat dapat mengikat unsur unsur yang mencoba merusak hati. Maka bagi setiap murid atau salik dalam menjalani kehidupan kerohanianya haruslah berlandaskan syariat sebagai payung dalam perjalananya, agar cermin dalam hatinya terbebas dari gambar gambar alam maya yang menggoda. Bila cermin hati sudah bersih maka hati dapat dengan mudah menghadap Ilahi.

        Selain ketertarikan unsur unsur alam,  hati juga bisa tunduk pada hawa nafsu syahwat. Semua kehendak yang bertentangan dengan kehendak Allah itulah  syahwat. Syahwat membuat manusia tidak rela dengan keputusan Allah s.w.t. Seseorang yang menuju kepada Allah, maka dia harus melepaskan dirinya dari belenggu syahwat dan kehendak egonya. Kemudian masuk pada penyerahan diri secara total kepada Allah s.w.t.

        Begitu dahsyatnya ancaman Allah bagi orang orang yang lalai. Hati yang khusuk bagaikan orang yang menghadap Allah dengan wajahnya, duduk dengan tertib, berbicara dengan sopan, dan khusuk menghadap Sang Maha Agung. Hati yang lalai bagaikan orang yang menghadap Allah dengan membelakangi Nya, duduk dengan biadab, bertutur kata dengan tidak sopan. Perbuatan itulah yang membuat murka Allah. Hanya hamba yang khusuk  yang dapat mengagungkan Tuhanya, smentara hamba yang lalai tidak layak menghadap Tuhanya.

    Perkara berikutnya adalah dosa dosa yang belum ditebus dengan taubat. Ia akan menghalangi seseorang untuk memahami rahasia Allah yang Maha Lembut. Taubat itu sendiri adalah rahasia yang tersembunyi. Orang yang tidak memahami rahasia taubat tidak akan mengerti mengapa Rasulullah s.a.w yang tidak pernah melakukan dosa masih juga memohon ampun kepada Allah. Taubat berarti kembali kepada Allah. Orang yang berbuat dosa berarti mencampakan dirinya jauh dari Allah. Maka dengan taubat, orang akan kembali mendekat kepada Allah s.w.t.

HIKMAH - 8 JALAN MAKRIFAH

       Apabila Tuhan membukakan jalan bagimu untuk  makrifat, maka janganlah engkau hiraukan tentang amalmu yang masih sedikit,  karena Allah tidak membuka jalan tersebut melainkan Dia berjehendak untuk memperkenalkan diri Nya kepadamu. Apakah engkau tidak tahu bahwa pengenalan (makrifat) itu adalah pemberian Nya kepadamu, sedangkan segala amalmu itu hadiahmu kepada Nya? Di manakan nilai hadiahmu kepada Nya dibanding dengan pemberian Nya kepadamu? Orang yang hatinya suci akan menerima pancaran Nur Ilahi ke dalam mata hatinya yang akan melihat hakikat bahwa Allah lah yang Maha Mulia, Maha Suci, Maha Tinggi, dan tidak bisa dikenali melainkan apabila Dia mengenalkan Diri Nya (makrifat). Tidak ada ilmu dan amal apapun yang bisa menyampaikan ke derajat makrifat tersebut. Apabila hal tersebut benar benar disadari,  maka tidak ada jalan untuk bisa mencapai kepada Allah melainkan menyerahkan sepenuhnya hanya kepada Allah s.w.t. Dan tidak menggantungkan kepada amal ataupun ilmunya.

        Dalam perjalanan  makrifat seseorang seseorang tidak terlepas dari kemungkinan ragu ragu,patah semangat bahkan putus asa, jika dia masih bersandar kepada sesuatu selain Allah. Maka tidak ada pilihan lain kecuali dengan berserah diri secara total kepada Allah,  hanya Dia lah yang mempunyai Kuasa yang mutlak untuk memilih hamba hamba Nya yang layak mengenali Diri nya. Ilmu dan amal hanya digunakan untuk membentuk suasana hati yang berserah diri hanya kepada Allah. Hanya hamba hamba Allah yang mencapai derajat penyerahan diri secara total inilah yang kemungkinan mendapat karunia Allah untuk mengenali Diri Nya (makrifat). Maka jalan penyerahan diri secara total inilah yang merupakan gerbang menuju makrifat.

        Orang yang mencari jalan penyerahan diri kepada Allah, dia akan berusaha sekuat tenaga untuk bermujahadah, berjuang melawan godaan hawa nafsu, rajin melakukan amal ibadah, dan gemar menuntut ilmu. Dhahirnya sibuk menjalankan syariat, batinya sibuk memperkokoh iman Firman Allah dalam Surah Al Ankabut: 69,  yang artinya ;Dan orang orang yang berusaha dengan bersungguh sungguh karena memenuhi kehendak agama Kami, sesungguhnya kami akan memimpin mereka ke jalan jalan Kami, dan sesungguhnya  (pertolongan) Allah beserta orang orang yang memperbaiki amalnya.

        Orang yang bermujahadah pada jalan Allah dengan menuntut ilmu dan mengamalkanya, memperbanyak ibadah,berdzikir, mensucikan hati, maka Allah menunjukan jalan dengan memberikan taufik dan hidayah sehingga terbuka kepadanya suasana hati berserah diri kepada Allah, tanpa ragu ragu dan ridho terhadap apa yang dilakukan karena Allah s.w.t.
Maka terbawalah dia ke gerbang makrifat, yang hanya Allah sajalah yang menentukan kemakrifatanya.

HIKMAH - 14 ALLAH YANG MENZHAHIRKAN ALAM

Alam semuanya adalah kegelapan dan yang meneranginya adalah karena padanya kelihatan Yang Haq (tanda tanda Allah). Barang siapa melihat alam, tetapi dia tidak melihat Allah, baik di dalamnya, di sampingnya, sebelumnya, atau sesudahnya, maka dia benar benar memerlukan adanya cahaya cahaya itu. Dan tertutup baginya cahaya makrifat oleh tebalnya awan benda benda alam.

 

Alam pada hakekatnya adalah gelap, tidak wujud. Wujud Allah s.w.t yang memunculkan wujudnya alam. Tidak ada satu kewujudan yang terpisah dari kewujudan Allah. Agak sulit memahami konsep ada tetapi tidak ada, tidak bersama tetapi tidak terpisah, ini adalah konsep ketuhanan yang tidak mampu dipecahkan oleh akal tanpa diterangi oleh nur dari lubuk hati. Mata hati yang diterangi oleh nur Ilahi dapat melihat kaitan antara ada dengan tidak ada, tidak bersama tetapi tidak terpisah. Maka kekuatan mata hati bisa melihat keghaiban yang tidak terpisah dengan kejadian alam ini.

Ada empat tingkatan pandangan mata hati terhadap kaitan alam dengan Allah Sang Maha Pencipta.

Pertama: Mereka yang melihat Allah dan tidak melihat alam ini.

Walaupun mereka berada di tengah hiruk pikuknya makhluk ini, namun mata hati tetap tertumpu kepada Allah, dan tidak terganggu oleh hingar bingarnya makhluk di sekitarnya. Lintasan makhluk di sekitarnya adalah ibarat cermin yang diterangi cahaya, pandangan mereka tidak melekat pada cermin.

Kedua: Mereka yang melihat makhluk pada level dhahir, dan melihat Allah pada level batin. Mata hati mereka melihat alam sebagai perwijudan sifat sifat Allah. Segala yang ada merupakan tulisan yang menceritakan tentang Allah. Setiap perwujudan dari alam ini membawa makna yang menceritakan tentang Allah s.w.t.

Ketiga: Mereka yang melihat Allah secara dhahirnya sedangkan melihat mkahluk secara tersembunyi. Mata hati mereka lebih dahulu melihat Allah sebagai sumber dari segala sesuatu. Kemudian barulah mereka melihat makhluk yang menerima karunia dari Allah. Alam tidak lain tidak bukan melainkan perbuatan Nya, gubahan Nya, lukisan Nya, atau hasil kerja tangan Nya.

Keempat: Mereka yang melihat makhluk lebih dahulu barulah melihat Allah. Mereka memasuku jalan dengan hati hati dan waspada, memerlukan waktu untuk menghilangkan keraguan,berdalil dengan akal sehingga membuahkan satu kesimpulan ternyata Allah lah yang wujud menguasai wujudnya makhluk.

Firman Allah dalam surah Al-Hasyr: 24

Dialah Allah, yang menciptakan seluruh makhluk, yang mengadakan ( dari tidak ada menjadi ada), yang membentuk rupa (makhluk makhluknya menurut yag Dia kehendaki), bagi Nya jugalah nama nama yang baik dan mulia, bertasbih kepadanya apa yang ada di langit dan di bumi dan Dia lah yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana

Maka, cara pandang kepada Allah dan makhluk Nya dapat dikategorikan sebagai berikut:

'Asyikin: memandang kepada alam ciptaan dan merenunginya, semakin dia merenunginya semakin tampak keelokan dan kesempurnaan Sang Maha Pencipta.

Dia asyik dengan apa yang dipandanginya.

Mutakhalliq: dia menyaksikan sifat sifat Allah yang dikenal di dalam Asma al husna. Alam adalah isyarat untuk mengetahui  nama nama Allah dan sifat sifat kesempurnaan Nya. Setiap apa yang dipandang menceritakan sesuatu tentang Allah s.w.t.

Muwahhid: Fana dalam dzat-Nya.Kesadaran dirinya hilang, melalui lisannya terucaplah firman firman Allah yang ditirunkan dalam Al-Quran sebagai petunjuk menuju Allah.

Mutahaqqiq: Kembali kepada kesadaran kemanusiaanya, untuk memikul tugas membimbing umat manusia ke jalan Allah s.w.t. Hatinya senantiasa memandang kepada Allah, dan hanya bergantung kepada Nya. Kehidupan ini adalah medan dakwah baginya, segala unsur alam adalah alat untuk memakmurkan bumi.

HIKMAH KE-41

"Al-Haq, ialah Alloh subhanahu wata'ala, tiada terhijab [terbatas tirai] oleh sesuatu apapun, sebab tidak mungkin adanya sesuatu yang dapat menghijab Alloh. Sebaliknya manusialah yang terhijab sehingga tidak dapat melihat adanya Alloh. Sebab sekiranya ada sesuatu yang menghijab Alloh, berarti sesuatu itu dapat menutupi Alloh, dan andaikata ada tutup bagi Alloh, berarti wujud Alloh dapat terkurung/dibatasi, dan sesuatu yang mengurung/membatasi itu, dapat menguasai yang dikurung/dibatasi, padahal “Alloh yang berkuasa atas segala makhluk-Nya."

        Ibnu Athaillah menyatakan, al-'ajabu kullul-'ajab "Sangat aneh seseorang yang lari dari sesuatu yang tidak mungkin dia terhindar darinya dan seseorang yang mencari sesuatu yang tidak akan kekal bersamanya. Sesungguhnya sikap tersebut bukan berarti buta mata tapi buta nuraninya." Dr. Sa'id Al-Buthi menjelaskan, "Apa yang dimaksud sesuatu yang tidak dapat dihindari? Yaitu Allah sejak manusia muncul cikal bakal kehidupannya."

        Manusia cikal bakalnya yaitu nuthfah, alaqah, mudghah sampai berwujud manusia itu semua tidak bisa terhindar dari kebersamaan dengan Allah sampai akhir kehidupannya bahkan sampai ujung kehidupannya yaitu di Surga atau di Neraka. Seseorang dikatakan menghindar dari Allah adalah ketika dia tidak mau tunduk kepada Allah.

       Dr. Sa'id Al-Buthi menguraikan, "Dalam posisi apapun, mu'min atau fasiq, manusia semua tidak bisa lari dari Allah. Allah selalu bersama hamba-Nya. Wa huwa ma'akum aina ma kuntum."  Di tempat manapun siapapun tidak bisa terhindar dari Allah. Di dalam bumi atau pun di atas langit, Allah selalu bersama manusia. Sedang bergerak atau diam semuanya sedang bersama Allah. Hidup ini diatur dan digerakkan oleh Allah. Dr. Sa'id Al-Buthi menuturkan, "Sesuatu yang tidak bisa kekal bersama manusia adalah segala selain Allah."

        Banyak orang mencari sesuatu dan merasa bisa kekal bersamanya. Mulai dari muda berusaha lalu jerih payahnya menghasilkan rumah yang indah dipenuhi perabot kemudian merasakan kebahagiaan walaupun lisan mengatakan alhamdulillah pasti akan beranggapan hidup ini masih lama untuk menikmati. Apa yang dicintai manusia dirusak dulu oleh Allah sebelum manusia mati otomatis harus berpisah dan kehilangan. Rumah, mobil, keluarga, sangat cintai dan berharap umurnya masih panjang, tahu-tahu diambil oleh Allah. Atau apa yang dicintainya utuh tapi dia dulu diambil oleh Allah. Inilah dua sebab terpisahnya manusia dengan apa yang dia senangi. Yakini apa yang kita cari di dunia ini sekedar sebagai sarana saja. Dr. Sa'id Al-Buthi menegaskan bahwa tabiat sunnatullah memang demikian. "Manusia itu sebenarnya sudah ditunjukkan oleh Allah bahwa segala sesuatu awalnya lemah, berkembang menjadi kuat, lalu lemah lagi, dan kemudian hancur." Lihat QS. An-Nahl: 70.

        Banyak manusia minta umur panjang biar bisa menikmati hidup tapi tidak dibarengi permintaan agar umurnya diberkahi Allah. Itulah contoh proses kehidupan manusia yang pada akhirnya akan mati. Kebanyakan orang lupa bahwa yang dikejar itu sesuatu yang tidak kekal padahal ada Allah yang kekal. Karena itu jangan pernah lupa bahwa Allah tidak bisa kita hindari dan Allah akan membalas kebaikan dengan nikmat dan keburukan dengan siksa.

HIKMAH KE 116`

Barang siapa yang mengira terlepas kasih sayang Alloh sebab turunnya bala’ ujian yang ditakdirkan Alloh, maka yang demikian itu disebabkan karena piciknya (dangkalnya) pandangan imannya”.

        Rosululloh saw. bersabda: “Jangan menuduh tidak baik terhadap segala apa yang telah ditakdirkan Alloh untukmu”.  Rosululloh saw.pun bersabda:  ”Jika  Alloh belas kasih pada seorang hamba, maka diuji dengan bala’, jika sabar maka dipilihNya, jika telah ridho maka diistimewakan”.  Abu Hurairoh ra. berkata: Rosululloh saw. bersabda: ”Siapa yang dikehendaki Alloh untuknya kebaikan, maka diujinya dengan musibah bala”. 

    "Sholat itu adalah pembersih hati dari kotoran dosa dan pembuka kepada sesuatu yang ghaib (rahasia yang tidak bisa dirasakan panca indra, kebaikan sedekah dan melakukan kebaikan, tidak suka kemaksiatan dll)"

        Ada 2 makna dalam hikmah tersebut, yaitu:

1.    Antara sholat dengan sholat menjadikan penghapus dosa

-          Akan dihapus dosa kita kepada Allah. sholat yang dirasakan/dihadirkan bisa membersihkan hati.

-          Pembersih baik hubungan kita kepada Allah atau sesama manusia.

-          Pada Tasyahud akhir itu adalah munajat kepada Allah.
Salamnya Nabi Muhammad SAW kepada Allah (ATTAHIYYAATUL MUBAARAKAATUSH SHALAWATUTH THAYYIBAATU LILLAAH.
(Segala kehormatan, keberkahan, rahmat dan kebaikan adalah milik Allah) Allah yang akan menciptakan kesejahteraan.

-     Dijawab oleh Allah. (ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH. (Semoga keselamatan, rahmat Allah dan berkah-Nya ( tetap tercurahkan) atas Mu, wahai Nabi). Kita perhatikan bagaimana hubungan kita pada Allah dan hubungan kita pada Rasulullah.

-   Hubungan kita terhadap sesama manusia, semua itu selalu dihadirkan dalam sholat sebagai pembersih hati. Dengan itu semua maka akan bersih hati kita. Selalu menginginkan kebaikan untuk saudaranya, mendo'akan kebaikan, dan berprasangka baik selalu.

 

2.    Allah akan membuka segala sesuatu yang maknawiyah (kebaikan dalam diri kita, mudah melakukan kebaikan dan ketaatan)

-          Jika sholat sudah benar, maka akan menghalangi ia untuk berbuat keji dan mungkar. Ini pendidikan untuk membersihkan hati.

-          Ibadah yang paling lengkap adalah sholat. Karena menghadap langsung kepada Allah SWT. Penghapus dosa dan sholat yang benar-benar orang yang melakukan sholat itu rindu melakukan kebaikan, sebagai penyubur keimanan.

-          Jika ada rumah di dalamnya ada 1 orang yang tidak sholat, maka yang sholatpun ikut dosa dan ikut terjerumus ke neraka.

 

Hikmah yang dapat diambil:

Ø                   Orang yang sholatnya benar, Maka ia/orang itu akan melakukan sesuatu kebaikan tanpa susah payah/begitu mudahnya, ingin bermaksiat pun begitu susahnya, karena ditutup oleh Allah.Begitu mudah anda mendekatkan diri kepada Allah swt dan begitu mudahnya menjauhi  kemaksiatan.  Semoga Pilihan Penulis untuk mengulas beberapa Hikmah dalam Kitab Al-Hikam ini akan menambah Bersih/Jernih Qolbu Kita dan akan meningkatkan Taqorrub kita kepada Sang Kholiq, Allah 'adza wajalla....

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSEP PERNIKAHAN DALAM PANDANGAN ISLAM

NASEHAT INDAH GUNA MENJAGA KEHARM0NISAN DALAM KELUARGA

BERSAMA KELUARGA TERCINTA DI SURGA DUNIA DAN SURGA AKHIRAT