MENGAMBIL HIKMAH DARI KITAB AL-HIKAM

 

MENGAMBIL HIKMAH DARI

AL-HIKAM

(Bagian Pertama)

Oleh : Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.

HIKMAH DARI ALHIKAM 1

            Mengingat begitu luasnya Hikmah dalam Kajian Kitab Al-Hikam maka Penulis membagi 2 bagian dalam artikel Penulis yang membahas tentang "Mengambil Hikmah dari Al-Hikam". Telaah tentang Hikmah yang bisa kita petik dalam Kitab Al-Hikam yang akan Penulis uraikan ini harus dimulai dari "Tujuan dari mempelajari Kitab Al-Hikam".

Tujuan mempelajari kitab Al-Hikam

Tujuan mempelajari kitab Al-Hikam tentunya bukan ingin disebut kyai hebat tapi INGIN BELAJAR IBADAH, karena ternyata ibadah itu sulit. Kita ambil contoh, salah satunya sholat. Kalau sekedar bacaaan dan gerakan dalam sholat tidak terlalu sulit, yang sulit itu awal waktunya, berjamahnya, khusyunya, istiqomah awal waktu dan berjamaah di masjid, apakah semua itu merupakan hal yang  mudah? Selama kurang lebih 700 tahun Islam berkembang di Indonesia, apabila kita mencari mesjid yang berjamaah subuhnya seperti sholat jum’at, tampaknya sulit sekali, jika ada pun jumlahnya sangat sedikit. Melihat kondisi ini siapa yang berani tepuk dada, akulah seorang ulama yang hebat, akulah seorang Kyai yang hebat. Kalau dalam ranah pengetahuan keislaman mungkin iya,  dalam hal orasi, ceramah mungkin oke, tapi dalam pengamalannya lemah, buktinya indonesia subur tapi belum makmur, kaya tapi rakyatnya masih sengsara, penyebab utamanya lemah taqwa. Kenapa lemah taqwa?, karena kalah oleh nafsu duniawi. Nah, mempelajari kitab Al-Hikam itu mengkaji kunci-kunci, teknis melawan nafsu duniawi. Jadi, janganlah kita menganggap kitab Al- Hikam hanya untuk para wali atau ulama tertentu saja.

Al Hikam itu kitab kumpulan hikmah-hikmah (hikmah adalah pengetahuan yang mendalam tentang sesuatu) yang disusun oleh Syekh Ibn ‘Athoillah Assakandari, yang merupakan pengalaman beliau di dalam mengolah diri dan menata hati. Kemudian dibaca, difahami dan diamalkan oleh jutaan umat islam didunia dari dulu sampai sekarang, ternyata berhasil. Persepsi “Al-Hikam kitab anti dunia”, mengajak manusia hidup miskin, menyebabkan islam mundur, harus kita perbaiki.  
Katanya Al-Hikam itu kitab yang sangat sulit difahami?
Penyebab munculnya anggapan kitab Al-Hikam sulit adalah BOMAS (Bodoh, Malas, Sombong). Pertama, BODOH bukan tak punya ilmu sama sekali, tapi kurang ilmu. Jika begitu, siapa yang mengaku pintar? Toh kita serba kekurangan ilmu. Kedua, MALAS; malas mempelajari, memahami dan mengamalkan. Ketika mendapatkan kesulitan, langsung menyerah. KetigaSOMBONG, tidak mau belajar, tidak mau mencari guru, tidak mau mengakui kelebihan orang lain. Maunya kita diatas orang lain terus. Buang sifat-sifat seperti itu. Islam tidak akan maju kalau umatnya digerogoti sifat Sombong, ibarat pepatah “Tong kosong nyaring bunyinya”.  

Hikmah-hikmah dalam kitab al hikam ini ibarat kunci satu peti, seseorang yang mau membengkel mobilnya/ motornya, punya satu peti kunci, mau buka baut 12, ambil kunci 12, membuka baut 10, ambil kunci 10 dst. seperti itu pula jika kita akan menerapkan Al-Hikam dalam kehidupan, ketika menghadapi masalah begini, pakai hikmah nomor sekian, masalah yang ini, hadapi dengan hikmah ke sekian. Karena itu kajian kitab al hikam ini bukan hanya untuk ulama, tapi untuk semua; kyai, santri, petani, Pegawai Negeri/ASN, pedagang, seniman, dosen, pelajar, pekerja pabrik, semuanya yang merasa sebagai manusia, silahkan mempelajari kitab Al-Hikam. Setiap manusia pasti akan menghadapi masalah dalam kehidupannya, dan Al-Hikam ini itu banyaknya kajian hikmah dalam kitab Al-Hikam dan adanya keterbatasan waktu/kesempatan serta kemampuan pada diri Penulis maka Penulis hanya memuat beberapa hikmah pilihan yang penulis rasakan cukup menarik jika diangkat dalam Blog Pribadi Penulis, sehingga Hikmah dari Al-hikam yang Penulis uraian berikut ini tidaklah berurutan,  diantaranya :

HIKMAH - 1: AMALAN DZAHIR DAN BATIN

”Sebagian tanda dari bergantung kepada amal, adalah kurangnya harapan kepada Allah ketika terjadi kesalahan/ dosa”

Penjelasan:

Imam Ibnu Athoillah memulai hikmah pertamanya seraya mengajak kita untuk merenungia akan hakikat amal. Amal terbagi menjadi dua jenis yaitu amal dhahir dan amal batin. Setiap orang bisa saja melakukan amal dhohir yang sama,  namun suasana hati yang berhubungan dengan amal tersebut tidak akan sama. Jika amala dhahir mempengaruhi suasana batin/hati, maka hati tersebut bergantung kepada amal dhahir.Jika hati dipengaruhi amalan hati, maka hati tersebut  bersandar kepada amal walaupun hanya dalam hati.

Hati yang terbebas dari sandaran amal manapun baik amal dhahir maupun batin,adalah hati yang bergantung dan bersandar kepada Allah SWT dan menyerahkan sepenuhnya kepada-Nya. Hati yang demikian tidak akan menjadikan amal sebagai alat tukar untuk mendapatkan sesuatu. Orang seperti ini tidak akan membatasi kekuasaan dan kemurahan Allah supaya tunduk pada kemauan manusia.  Allah yang maha berdiri sendiri berbuat sesuatu sesuai dengan kehendakNya sendiri tanpa dipengaruhi oleh fihak fihak lain. Oleh karena itu, orang yang arif tidak akan menjadikan amal sebagai posisi tawar dengan tuhanNya atau memaksa allah untuk tunduk dengan kemauan manusia.

Manusia yang bersandar kepada amalan dhohir maka orientasinya adalah keuntungan duniawi, sedangkan manusia yang bersandar kepada amalan batin maka orientasinya adalah keuntungan ukhrowi. Kedua duanya meyakini bahwa amalnya menentukan apa yang akan diperolehnya baik di dunia maupun di akhirat. Keyakinan seperti itu yang membuat kurangnya bergantung semata mata hanya kepada Allah SWT. Maka setiap orang bisa menilai sejauh mana kebergantunganya kepada Allah ataukah kepada amal perbuatan baik dhohir maupun batin.

Maka kita bisa melihat hati kita ketika terperosok ke dalam kesalahan / dosa . Jika dosa tersebut membuat kiat berputus asa berarti kita masih bergantung kepada amal dan putus asa akan rahmat dan pertolongan Nya.Itulah tanda lemahnya bergantung hanya kepada Allah. Firman Allah dalam surah Yusuf: 87

Wahai anak anaku pergilah dan cari berita tentang Yusuf dan saudaranya (Bunyamin) dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah . Sesungguhnya tidak berputus asa dari pertolongan Allah melainkan golongan orang orang kafir .

Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang beriman semata mata bergantung hanya kepada Allah dalam keadaan apapun. Bergantung kepada Allah tidak membuat hati putus asa dalam menghadapi tantangan hidup.Terkadang apa yang diharapkan dan diinginkan tidak membuahkan hasil apapun bukan berarti tidak menerima pemberian dari Allah. Sesuatu yang kita sukai belum tentu baik buat kita begitu pula sesuatu yang kita benci belum tentu jelek buat kita. Karena kita tidak tahu sedangkan Allah Maha Tahu atas segala sesuatu. Keyakinan yang demikian membuat orang beriman tabah menghadapi tantangan dan cobaan serta ujian hidup dan tidak pernah putus asa.Dan mereka yakin jika segalanya disandarkan kepada Allah maka segala amalnya tidak akan sia sia karena amal adalah bagian dari perintah Allah.

HIKMAH KE-3: HIJAB HATI

 “Bagaimana hati berharap untuk masuk ke dalam ruang kemuliaan Allah Swt. sedangkan ia belum suci dari kotoran kelalaiannya.”

Ungkapan ini adalah renungan ketiga Ibnu Athaillah mengenai hijab-hijab hati yang kerap kali ada pada diri seorang salik. Dalam hikmah ini beliau menganalogikan proses menuju Tuhan itu dengan ibadah shalat yang membutuhkan kesucian jasad dari hal-hal yang dianggap hadas (sesuatu yang denganya seseorang dilarang untuk melakukan ibadah); baik hadas kecil apalagi hadas besar.

Dalam fikih Islam, jika seseorang mau melakukan ibadah salat, ia harus menyucikan diri secara jasmani dan kejiwaan. Laku penyucian itu disimbolisasikan lewat kegiatan bersuci yang disebut wudu (untuk hadas kecil) atau mandi (untuk hadas besar).

Kelalaian seorang salik dalam memusatkan tujuannya semata karena Allah Swt diibaratkan orang yang berhadas besar (janabah). Dia harus mandi besar untuk menghilangkan kotoran yang ada pada dirinya sehingga ia bisa kembali pada ‘real track’ dalam perjalanannya menuju Tuhan

HIKMAH - 5  MATA HATI YANG BUTA

”Kegigihan usahamu untuk memperoleh apa apa yang telah dijaminkan untukmu, di samping kelalaianmu pada hal hal yang dituntut atasmu, adalah suatu bukti terhapusnya penglihatan mata hati darimu

Penjelasan:

    Mata hati yaitu penglihatan hati atau kemampuan hati untuk mengenal apa yang dimiliki oleh hati. Sisi batin yang dimiliki oleh setiap manusia mempunyai bentuk yaitu Qalbu atau hati. Hati yang dimaksud di sini bukanlah seonggok daging atau gumpalan darah yang terdapat dalam tubuh manusia. Dia adalah hati rohani,  bukan perkara materi namun merupakan perkara gaib yang dinamakan Latifah Rabbaniyah atau Rahasia Tuhan. Jika hati bersih dan suci maka dia bisa mengenal Tuhan, karena hati merupakan sentral dari pada Ruh, sedangkan Ruh adalah urusan Allah.

    Mata dhahir berfungsi untuk melihat,  mengenal dan membedakan hal hal yang bersifat nyata dan kongrit sedangkan mata Hati berfungsi untuk mengenal hakikat segala sesuatu yang dilihat mata dhahir. Mata hati yang hanya mampu melihat perkara perkara yang bersifat materi saja, maka dia masih terhijab. Sedangkan mata hati yang bisa mengungkap makna dan hakikat segala sesuatu dan terkembali kepada Allah di situlah mata hati bisa melihat. Firman Allah dalam surat; Al-Mukmin: 13 yang artinya,
”Dia lah yang memperlihatkan kepadamu tanda tanda (kekuasana Nya ) dan menurunkan untukmu rezeki dari langit .Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang orang yang kembali (kepada Allah)”

Hikmah - 6 : Makna Doa

”Janganlah karena kelambatan pemberian karunia dari Allah sedangkan engkau telah bersungguh sungguh berdoa, membuat kamu berputus asa. Sebab Allah telah menjamin untuk mengabulkan semua doa, menurut apa yang dipilih-Nya untuk kamu,  bukan menurut kehendakmu, pada waktu yang ditentukan oleh Nya bukan waktu yang kamu tentukan. Doa merupakan permohonan dan permintaan yang kita harapkan kepada Allah, sekaligus merupakan perintah Allah karena doa adalah ibadah. Sebagaimana sabda Nabi s.a.w "Doa adalah otaknya ibadah ".

    Tidaklah sulit bagi Allah untuk mengabulkan apa yang kita mohonkan.Sekiranya Allah memberi semua apa yang ada di langit dan bumi, hal itu tidaklah akan mengurangi kekayaan Allah s.w.t. Begitu pula andaikan Allah menahan pemberian Nya, hal itu pun tidak akan menambah kekayaan dan kemuliaan Nya. Jadi, masalah memberi atau menahan tidak akan mempengaruhi ketuhanan Allah s.w.t. Ketuhanan Allah adalah mutlak, tidak terpengaruh oleh kehendak, keinginan, doa dan amalan hamba hamba Nya.

    Firman Allah SWT dalam Surah Ibrahim: 27 yang artinya: "Dan Allah berkuasa melakukan apa yang Dia kehendaki "  dan Firman Allah swt dalam  Surat Al Anbiya: 23 yang artinya, 'Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat -Nya,  dan merekalah yang akan ditanyai.' 

    Doa adalah  penyerahan seorang hamba kepada Allah, bukan suatu tuntutan. Maka dengan doa kita menyerahkan segala sesuatu kepada urusan Allah, yang di tangan Nya terletak segala perkara .Maka kita harus menyadari bahwa apa yang kita suka belum tentu baik buat kita,  begitu pula apa yang kita tidak suka belum tentu buruk buat kita. Karena Dialah Allah yang Maha Pemurah, Maha Penyayang, lagi Maha Mengetahui.

HIKMAH - 9 KEADAAN MENENTUKAN PERBUATAN

"Bermacam macamnya jenis perbuatan adalah karena terjadinya berbagai keadaan".

    Ahwal adalah bentuk jamak dari lafal Haal, yaitu keadaan dan suasana hati. Artinya suasana hati inilah yang akan membentuk keadaan suatu amal. Amal adalah perbuatan yang dilakukan secara lahiriyah, sedangkan haal adalah  suasana dan perbuatan hati. Jadi amal berkaitan dengan lahiriyah, sedangkan haal berkaitan dengan batiniyah. Jika hati menguasai seluruh anggota badan, maka perbuatan hati itulah yang akan membentuk perbuatan lahiriyah. Haal atau suasana hati inilah yang dianggap sebagai pengalaman rohani dalam proses mencapai hakikat dan makrifat. Haal bisa menumbuhkan Dzauq atau rasa yang berkaitan dengan hakikat ketuhanan sehingga akan melahirkan makrifatullah .

     Oleh karena itu,  tanpa haal tidak akan memperoleh hakikat guna menuju gerbang makrifat. Ahwal atau suasana hati yang menguasai hati nurani berbeda beda, maka dengan perbedaan itulah akan timbul perbuatan yang berbeda beda pula.
Suasana hati harus difahami secara sungguh sungguh oleh orang yang memasuki perjalanan thoriqoh, supaya dapat menumbuhkan kebahagiaan dan ketentraman pada setiap amal perbuatan dan dapat mencapai tujuan dengan benar. Baik dengan shalat, dzikir, puasa, mujahadah, maupun latihan menahan hawa nafsu.

HIKMAH - 10 IKHLAS ADALAH RUH DARIPADA IBADAH

"Amalan dhahir adalah badan, sedangkan ruhnya adalah keikhlasan yang tersembunyi di dalam amalan dhahir tersebut."

        Perbuatan lahiriyah digambarkan sebagai tubuh, sedangkan Ikhlas digambarkan sebagai nyawa yang menghidupkan tubuh tersebut. Maka kita bisa merenungkan, apakah tubuh perbuatan ini ada nyawanya apa tidak ? Maka disitulah ikhlas ditntukan. Perbuatan tergantung pada suasana hati, ikhlas pun bersumber dari hati. Jadi dua duanya bersumber dari hati. Bersambung ke bagian kedua.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSEP PERNIKAHAN DALAM PANDANGAN ISLAM

NASEHAT INDAH GUNA MENJAGA KEHARM0NISAN DALAM KELUARGA

5 RESEP DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA ISLAMI