5 RESEP DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA ISLAMI
5 RESEP
DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA ISLAMI
(Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)
Aqad Nikah yang menjadi titik awal dari pembentukan
sebuah keluarga islami merupakan sunnah Rasulullah yang sangat suci, agung dan bernilai
sakral. Aqad Nikah diistilahkan dalam Al-Qur’an dengan istilah “Mitsaqan
Ghalizhan” atau “Perjanjian yang Sangat Kuat”. Sebagaimana
firman Allah SWT dalam QS.An-Nisa ayat 21:
وَ كَيْفَ تَأْخُذُوْنَهٗ وَقَدْ اَفْضٰى بَعْضُكُمْ
اِلٰى بَعْضٍ وَّاَخَذْنَ مِنْكُمْ مِّيْثَا قًا غَلِيْظًا
“Dan
bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal kamu telah bergaul satu sama
lain (sebagai suami-istri). Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil
perjanjian yang kuat (ikatan pernikahan) dari kamu.” (QS. An-Nisa’ [4]: 21)
Istilah ini pun digunakan untuk menyatakan
sebuah perjanjian yang kuat antara para Nabi dengan Allah SWT dalam mengemban
perjuangan dakwah mereka. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Ahzab ayat
7:
وَاِ ذْ اَخَذْنَا مِنَ النَّبِيّٖنَ مِيْثَا قَهُمْ
وَمِنْكَ وَمِنْ نُّوْحٍ وَّاِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى وَعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۖ وَاَ
خَذْنَا مِنْهُمْ مِّيْثَا قًا غَلِيْظًا
“Dan
(ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari para nabi dan dari engkau
(sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan ‘Isa putra Maryam, dan Kami telah
mengambil dari mereka perjanjian yang teguh,” (QS. Al-Ahzab [33]: 7)
Hal inilah yang menjadi argumentasi yang kuat
bahwa prosesi pernikahan harus
dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam guna terwujudnya sebuah keluarga yang
islami dan jangan sampai dinodai dengan perbuatan yang menjurus kepada kemaksiatan
yang akan menyesatkan.
Sesungguhnya terdapat 5 Resep Utama dalam
Membangun Keluarga Islami dalam naungan Ridho Illahi:
Resep Pertama
: Membangun Keluarga Islami harus
diawali dengan Memperkokoh Rasa Cinta
Haruslah disadari bahwa jika sudah hilangnya
rasa cinta dalam hati, maka badai rumah tangga yang berujung pada kehancuran
rumah tangga sangat sulit dihindari. Oleh karena itu, suasana hati yang saling mencintai
harus ditumbuhkan dalam hati dan diperkokoh agar tidak mudah roboh.
Rasa cinta dalam hati pada kedua pasangan
tentunya tidak hanya tumbuh pada masa-masa awal kehidupan rumah tangga, tetapi
juga pada masa-masa selanjutnya hingga suami istri mencapai masa usia lanjut sampai
maut yang memisahkan mereka.
Resep
Kedua: Membangun Keluarga Islami harus ditumbuhkan rasa Saling Menghormati
Sikap saling menghormati dapat diwujudkan
melalui sikap hormat dari Suami kepada istri tercinta dengan memberikan
penghargaan atau apresiasi yang wajar terhadap hal-hal positif yang dilakukan
istri tercinta, begitu juga dengan sikap hormat istri terhadap suaminya dengan
menerima sesuatu yang diberikan suami tercinta meskipun jumlahnya tidak sesuai
dengan yang diharapkan sang istri.
Fenomena yang biasanya terjadi, pada masa
awal kehidupan berumah tangga selalu diawali dengan masa romantis yang
segalanya dirasakan sangat indah, bahkan adanya kelemahan dan kekurangan tidak
tidaklah tampak dalam pandangan dan tidak terlalu dipersoalkan.
Suasana Romantisme yang tercipta akan membuat
penilaian suami terhadap istri dan sebaliknya penilaian istri terhadap suaminya
tidak lagi bersifat objektif tetapi sebaliknya akan menjadi sangat subjektif .
Hanya saja yang sangat disayangkan, ketika kehidupan
rumah tangga telah berlangsung lama maka mulailah muncul penilaian yang
objektif dalam setiap diri pasangan hidup. Suami menilai istrinya atau sebaliknya
istri menilai suaminya tampak apa adanya sehingga seakan melupakan hal-hal
indah yang pernah mewarnai kehidupan mereka sebelumnya.
Dalam upaya membangun keluarga islami, sesungguhnya
Rasulullah SAW telah mencontohkan kepada kita betapa beliau berlaku baik kepada
keluarganya. Dalam satu hadits beliau bersabda, yang artinya:
‘’Orang yang paing baik diantaa kamu adalah
yang paling baik dengan keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap
keluargaku.’’ (HR Thabrani)
Resep
Ketiga: Membangun Keluarga Islami harus Saling Menutupi Kekurangan dari Pasangan
Tidak hanya kekurangan dari segi fisik, tetai
juga dari sifat-sifat. Oleh karena itu, suami istri yang baik tentu saja harus
saling menutupi segala kekurangan yang terdapat dalam diri pasangannya. Hal ini
bermakna bahwa kekurangan diri pasangannya tidak akan diceritakan kepada orang
lain, termasuk kepada orang tua sendiri.
Atas dasar inilah Al-qur’an menganalogikan sepasang
suami istri layaknya pakaian yang salah satu fungsinya adalah untuk menutup
aurat. Bila aurat terbuka, membuat seseorang akan merasa malu. Allah SWT
berfirman:
اُحِلَّ لَـکُمْ لَيْلَةَ الصِّيَا مِ الرَّفَثُ
اِلٰى نِسَآئِكُمْ ۗ هُنَّ لِبَا سٌ لَّـكُمْ وَاَ نْـتُمْ لِبَا سٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ
اللّٰهُ اَنَّکُمْ كُنْتُمْ تَخْتَا نُوْنَ اَنْفُسَکُمْ فَتَا بَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا
عَنْكُمْ ۚ فَا لْــئٰنَ بَا شِرُوْهُنَّ وَا بْتَغُوْا مَا کَتَبَ اللّٰهُ لَـكُمْ
ۗ وَكُلُوْا وَا شْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَـكُمُ الْخَـيْطُ الْاَ بْيَضُ مِنَ
الْخَـيْطِ الْاَ سْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَا مَ اِلَى الَّيْلِ
ۚ وَلَا تُبَا شِرُوْهُنَّ وَاَ نْـتُمْ عٰكِفُوْنَ ۙ فِى الْمَسٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ
اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَا ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّا سِ لَعَلَّهُمْ
يَتَّقُوْنَ
“Dihalalkan
bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian
bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak
dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu.
Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah
bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih
dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang)
malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka ketika kamu beritikaf dalam masjid.
Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka bertakwa.” (QS.
Al-Baqarah [2]: 187)
Namun demikian, jika memiliki niat untuk berkonsultasi
dan upaya perbaikan atas persoalan keluarga yang tidak bisa diatasi atau
dipecahkan kepada orang yang sangat dipercaya, seseorang boleh saja
mengungkapkan kekurangan sifat-sifat
suami atau istri selama orang itu pun dapat dijamin tidak akan menceritakan aib
itu kepada orang lain.
Resep
Keempat: Membangun Keluarga Islami harus saling Bekerja Sama Dalam Kebaikan
Paling tidak terdapat tiga bentuk kerja sama
suami istri yang harus diciptakan dalam keluarga, yakni kerja sama dalam
mengatur ekonomi keluarga sehingga nafkah yang diperoleh cukup untuk menghidupi
kebutuhan minimal dalam satu bulan, kerja sama dalam mendidik anak agar mereka
menjadi shaleh/sholehah sehingga tidak ada sikap dan perilaku yang kontradiktif
antara suami dan istri ataupun sebaliknya, yang terakhir adalah kerja sama dalam mengatur urusan sehari-hari
di rumah.
Resep
Kelima: Membangun Keluarga Islami harus Memfungsikan Rumah sebagaimana mestinya
Dalam membangun kehidupan rumah tangga tidak
sekedar dijadikan seperti terminal dalam arti anggota keluarga menjadikan rumah
sekedar untuk singgah sebagaimana terminal, tetapi semestinya rumah tangga itu
difungsikan sebagai tempat kembali guna menghilankan rasa penat dan memperbaiki
diri dari pengaruh yang tidak baik serta memperkokoh hubungan baik dengan
sesama anggota keluarga.
Haruslah kita sadari bahwa dalam upaya mewujudkan
kehidupan rumah tangga islami memang bukanlah perkara yang mudah, sungguh diperlukan
kesungguhan, keikhlasan dan kesadaran serta kesabaran kita masing-masing
sebagaimana juga kita dituntut untuk bersungguh-sungguh dalam melaksanakan
berbagai kewajiban sebagai seorang muslim.
Komentar
Posting Komentar