YANG HARUS DIPERHATIKAN CALON PENGANTIN BARU DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA SAMARA
YANG HARUS DIPERHATIKAN CALON
PENGANTIN BARU
DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA SAMARA
Oleh : Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.
Menjadi pengantin baru di awal pernikahan memang terkesan
membahagiakan. Tentunya, menjalani kehidupan pernikahan harus diawali dengan
niat saling membahagiakan satu sama lain. Tetapi, hal ini tidak semudah
mengedipkan mata. Kesan indah di awal
pernikahan bisa hilang saat pernikahan mulai berjalan di tahun pertama hingga
tahun kelima.
Memadukan dua individu dengan karakter berbeda memang tidak
mudah. Hal inilah yang mungkin tidak disadari oleh pengantin baru. Mereka hanya menganggap bahwa pernikahan
adalah akhir dari cerita indah, seperti layaknya dongeng. Padahal, justru
pernikahan adalah awal dari kehidupan pasangan pengantin baru.
Bagaimana Pengantin Baru dapat Mewujudkan Keluarga Sakinah
Mawaddah Warahmah ?
Setiap pengantin baru sebenarnya sudah membawa masalah ke
dalam pernikahan mereka. Status mereka
sebelumnya adalah masalah pertama.
Apapun status tersebut, apakah
belum menikah sebelumnya, atau pernah menikah, dan sekarang berpisah
atau bercerai, dan banyak lagi.
Keadaan yang berbeda dari status sebelumnya ke status baru
adalah awal dari konflik yang tentunya dapat dihindari. Keadaan ini bisa berupa karakter khusus, masalah
keuangan, dan juga latar belakang keluarga. Tetapi, tentu setiap pasangan
pengantin baru tidak ingin cemas sebelum menjalani pernikahan.
Lalu, apa saja hal-hal yang harus diperhatikan bagi calon
pengantin yang ingin mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah?
1.
Keterbukaan Tentang Masa Lalu
Saat masa berpacaran, tentu semuanya terkesan indah. Banyak
pasangan yang mengabaikan hal ini karena sedang kasmaran. Padahal, masa lalu
yang baru terungkap setelah menikah, terutama setelah satu atau dua tahun bisa
memicu pertengkaran.
Mudah saja mengabaikan masa lalu saat calon pengantin baru
belum menginjak masa pernikahan. Tantangan akan muncul di tahun pertama hingga
kelima. Saat masa lalu salah satu pihak terkuak secara tidak sengaja, bisa jadi
pasangan tidak dapat menerimanya. Masa lalu tersebut bukan hanya terkait dengan
masalah hubungan dengan mantan. Tetapi, ada juga masalah keluarga, kesehatan dan
juga finansial. Semua orang pasti
memiliki masa lalu yang terkait dengan hal-hal tersebut diatas. Semuanya akan
dibahas pada poin-poin berikutnya.
2.
Hubungan dengan Keluarga Besar
Saat berpacaran, pastinya masing-masing pasangan sudah
berkenalan dengan anggota keluarga dari kedua belah pihak. Apakah hal ini cukup
menjadi bekal untuk merajut pernikahan yang langgeng? Tunggu dulu. Hanya dengan
berkenalan, meskipun telah berpacaran selama bertahun-tahun, tidak cukup untuk
membuat pasutri dapat menghindari konflik saat sudah berada dalam pernikahan. Mereka harus berinteraksi dengan anggota keluarga
dari pasangan. Tidak sedikit dari mereka
yang mungkin menyukai beberapa anggota keluarga dan tidak menyukai yang lainnya
Siapapun tahu bahwa konflik yang paling sering terjadi
adalah mertua dan menantu. Hal ini sangat wajar mengingat mertua menganggap
bahwa menantu harus dapat mengerti anak mereka, seperti dirinya. Tentu hal ini tidak mungkin terjadi 100%
dimana dalam hal ini mertua pun harus ingat bahwa sang anak sudah menentukan
pilihannya sendiri. Sebaliknya, menantu pun tidak boleh memperlakukan pasangan
semena-mena karena hal ini akan membuat mertua menyesal atas pilihan anaknya.
3.
Masalah Kesehatan dan Gaya Hidup
Masalah ini terkesan sepele untuk anak-anak muda yang
mungkin masih sehat saat hendak menikah. Tidak semua calon pengantin baru memahami
bahwa gaya hidup dapat mempengaruhi kelangsungan pernikahan sakinah mawaddah
warahmah. Gaya hidup berpengaruh pada
kesehatan kedua belah pihak secara keseluruhan. Contoh paling umum adalah pasangan yang
merokok. Memang, di awal pacaran mungkin pihak wanita menganggap hal ini biasa.
Mereka berpikir bahwa ia dapat mengubah kebiasaan sang pria. Padahal, hal ini
sama sekali tidak mudah. Justru saat
menikah, masing-masing individu akan mempertahankan ego masing-masing, terutama
di tahun pertama hingga kelima.
Hal tersebut diatas hanya contoh kecil. Namun demikian, masalah ini akan membesar
apabila tidak diselesaikan sejak awal.
Sebelum menikah, tentu masing-masing pihak harus menerima kelebihan dan
kekurangan yang terkait dengan masalah kesehatan serta gaya hidup mereka.
4.
Penyelesaian Masalah Finansial
Masalah finansial bisa membuat hubungan pasutri merenggang.
Hal ini mungkin tidak terpikirkan oleh pasangan pengantin baru. Padahal, masalah finansial yang dibawa oleh
masing-masing calon pengantin baru bisa memicu masalah yang lebih besar.
Hal terbaik adalah dengan menceritakan masalah hutang ataupun
masalah yang berhubungan dengan uang. Apabila masing-masing pihak tertutup akan
hal ini sejak mereka berpacaran, tentunya akan muncul masalah di kemudian hari.
Hal ini dapat memberi efek negatif dalam pernikahan.
Masalah finansial ini juga terkait dengan pekerjaan dari
masing-masing calon pengantin baru. Saat ini, wanita dan pria memiliki
kesetaraan dalam berkarir. Tak jarang, justru wanita yang memiliki karir lebih
moncer. Di masa pacaran hingga awal
pernikahan, hal ini tidak menjadi masalah. Namun masalah akan muncul di tahun pertama, terlebih saat pasangan sudah
memiliki momongan. Sang wanita yang
merasa memiliki lebih banyak pendapatan akan menganggap bahwa dirinya berhak
untuk mengatur pasangan yang mungkin memiliki pendapatan lebih sedikit.
5.
Latar Belakang Keluarga
Tidak sedikit pasutri yang bercerai karena ketidaksesuaian
latar belakang. Masa berpacaran memang
hanya menunjukkan hal-hal yang indah saja. Latar belakang keluarga yang tidak
seimbang terkesan tidak berpengaruh. Latar belakang tersebut terkait erat
dengan pendidikan dan kultur masing-masing. Tentu, bukan berarti mereka yang
memiliki latar belakang pendidikan serta kultur tidak dapat hidup bahagia.
Tetapi butuh penyesuaian yang sangat lama. Selain itu, butuh pula kesabaran
untuk dapat saling menyesuaikan diri.
Banyak calon pengantin baru yang terbuai dengan kisah indah
di sinetron atau telenovela. Si kaya hidup bahagia dengan si miskin. Bukan
berarti hal ini tidak memungkinkan. Tetapi, perlu kemampuan kedua belah pihak
untuk dapat saling memahami dan menyesuaikan gaya hidup.
Kemampuan untuk berpikir secara jernih dengan
mengesampingkan emosi sangat penting.
Tanpa merendahkan tingkat pendidikan siapapun, butuh kemampuan untuk
dapat mengendalikan emosi bagi kedua belah pihak. Tentu, latar belakang
keluarga sangat mempengaruhi kemampuan ini. Kebiasaan keluarga dalam menyelesaikan masalah
akan berpengaruh dalam kehidupan anak mereka hingga dewasa.
6.
Kesiapan Memiliki Anak
Memiliki anak bukan sekedar
membesarkannya dengan memberikan makanan serta minuman bergizi. Bekal
pendidikan serta akhlak tak kalah penting.
Calon pengantin harus mempersiapkan hal ini karena tidak sedikit pasutri
yang justru bertengkar karena masalah pendidikan anak.
Kesiapan memiliki anak pun
harus disepakati kedua belah pihak. Hal ini terutama jika sang ibu juga bekerja
di luar rumah. Jangan sampai pasutri akhirnya berselisih hanya karena saling
melempar tanggung jawab saat pasangan sudah dikaruniai momongan.
7.
Pentingnya Komunikasi Intens
Komunikasi menjadi kunci dari
calon pengantin baru untuk dapat mewujudkan keluarga sakinah mawaddah
warahmah. Memang hal ini tidak mudah
karena komunikasi yang salah dalam penggunaan/ pemilihan kata (Diksi) tidak
akan memecahkan masalah. Kedua belah pihak harus mengedepankan logika sehat dan
diksi yang tepat saat berkomunikasi. Dengan demikian, masalah apapun yang
dihadapi akan segera dapat teratasi.
Komentar
Posting Komentar