7 Mutiara untuk Meraih Keluarga SAMARA

 

7 MUTIARA AGAR SAMARA

7 Mutiara untuk Meraih Keluarga SAMARA

(Oleh : Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.) 

Pernikahan secara syari’ah merupakan wasilah bagi Muslim dan Muslimah untuk menjalankan perintah Allah swt dan Sunnah Rasulullah SAW guna  membentuk keluarga Sakinah, mawaddah, warohmah. Pernikahan juga menjadi bukti akan kebesaran Allah swt, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Ar-Rum ayat 21 :

ومن أياته أن خلق لكم من أنفسكم أزواجا لتسكونوا إليها وجعل بينكم مودة ورحمة إن في ذالك لأيات لقوم يتفكرون ( الروم /21

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” [QS. Ar-Rum ayat 21]

 Pernikahan juga menjadi bukti akan kesungguhan umat Rasulullah SAW untuk mengikuti salah satu sunnah Rasulullah dan berharap agar mereka digolongkan sebagai umat Nabi Muhammad SAW, sebgaimna Nabi saw bersabda “

فال رسول الله صلى عليه وسلم : النكاح سنتى فمن رغب عن سنتي فليس منى 

“Pernikahan itu adalah sunnahku maka barang siapa yang tidak melaksanakan nikah, dia bukan golonganku”

Sebuah pernikahan sudah seharusnya didasari atas suka sama suka, saling mencintai, bukan dasar paksaan, dan pernikahan harus bersandar pada tujuan ibadah kepada Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah saw. Jalinan pernikahan harus pula didukung dengan kesiapan fisik dan mental dari Calon suami dan Calon Istri untuk mengarungi Bahtera Rumah Tangga yang sudah pasti akan berhadapan dengan beragam ujian gelombang kehidupan.

Kehidupan rumah tangga layaknya sebuah kapal di tengah lautan yang tidak lepas dari goncangan gelombang, hujan, dan badai. Mungkin saja, cuaca tidak bersahabat yang tidak pernah kita prediksi yang dapat saja datang secara tiba-tiba.Kita harus selalu siap untuk menghadapi dan selalu mengantisipasi setiap perubahan. Maka, apabila seseorang dalan menjalankan rumah tangga tidak memiliki dasar, pedoman, mesti akan terombang-ambing dalam perjalanan bahtera rumah tangganya

Dalam berumah tangga, kita akan melalui perjalanan panjang dan sangat melelahkan dengan tujuan untuk mecapai tempat yang indah dan menjadi dambaan atau harapan setiap pasangan suami-istri yaitu  “Pulau Kebahagiaan” yang sakinah mawaddah, warohmah (SAMARA) dalam  ridho Allah swt. Untuk mencapai “Pulau Kebahagian” tersebut, tentu saja kita harus: mempersiapkan diri, dengan mempersiapkan berbagai kebutuhan atau keperluan dan bekal agar perjalanan kita terasa aman, nyaman, dan . lancar tanpa kendala yang berarti. Jika sekiranya datang badai dan gelombang, kita akan siap menghadapinya dengan sikap tenang, tidak khawatir atau takut yang berlebihan meskipun badai dan gelombang datang menerjang.

Agar Kapal atau Bahtera (Rumah Tangga/Keluarga) dapat mengarungi samudra (kehidupan rumah tangga] itu dengan baik dan lancar, maka harus mempersiapkan beberapa hal penting, seperti berikut ini : Pertama, Kapal (Rumah Tangga) yang kokoh agar tidak mudah rusak saat diterjang ombak. Kedua, kondisi mesin kapal yang betul-betul handal/ prima.. Ketiga, cadangan bahan bakar yang cukup selama perjalanan. 
Keempat, Nahkoda Kapal harus membawa peta dan kompas sebagai pedoman perjalanan agar tidak tersesat dalam perjalanan dan mempermudah sampai ke tempat tujuan. Kelima, harus membawa peralatan yang memadai untuk mengantipasi kerusakan. Keenam, diperlukan sosok Nahkoda yang pandai, terampil, dan memiliki kompetensi yang memadai untuk mengemudi kapal menuju Tujuan. Ketujuh, membawa bekal yang cukup selama dalam perjalanan hinga sampai ke “Pulau Kebahagian” yang SAMARA.  Ketujuh Mutiara untuk menuju Keluarga SAMARA itu akan penulis uraikan sebagai berikut :

1.    1.     Rumah Tangga bagaikan Kapal atau Bahtera yang Kokoh.

Rumah tangga, haruslah dibangun atas dasar Iman dan Taqwa yang kuat, saling mencintai, suka sama suka dan didukung dengan doa restu dari kedua belah pihak (Dua Keluarga Besar). Membangun rumah tangga harus didasari niat karena Allah swt dan mengikuti Sunnah Rasulullah SAW. Oleh karena itu, Rumah tangga yang kokoh harus ada kebulatan tekad bersama untuk senantiasa menjalankan perintah Allah swt dan Sunnah Rasulullah SAW serta menjauhi segala apa yang dilarang dan dibenci Allah swt dan Rasul-Nya.

2.   2,      Hati [Qolbu) sebagai Mesin yang Handal/Prima.

Maknanya, bahwa suami istri harus memiliki Hati yang Bersih, Bening atau Suci (Qolbun Salim) Niat berumah tangga bukan hanya sekedar melampiaskan nafsu birahi, melainkan harus memiliki tujuan untuk mencetak generasi-generasi bangsa yang baik, kuat dan tanggung serta bertaqwa kepada Allah swt. Tanpa Kebeningan Hati (Qolbun Salim) suami-istri niscaya sulit untuk menghasilkan generasi yang Sholeh-Sholehah. Tanpa Qolbun Salim niscaya akan dirasakan berbagai konflik dalam Rumah Tangga yang akan mengancam kelanggengan dalam berumah tangga. Tanpa dukunganhati yang bersih dan perasaan sehati dari suami dan istri, mungkin saja tujuanhidup berumah tangga  akan sulit tercapai. Maka dengan dasar ini, suami istri harus pula saling mengenal kepribadian masing-masing dan inilah yang dinamakan Ta’aruf.

3.   3.      Akhlak sebaga bahan bakar

Dalam berumah tangga, apabila hanya berbekal atau memiliki cinta dan perasaan saja, tanpa dibekali dan dihiasi dengan akhlak mulia,niscaya sulit untuk menggapai keluarga SAMARA. Akhlak adalah pondasi utama dalam beragama, kata Abul Atahiyah : ”tidaklah dikatakan dunia kecuali dengan agama dan tidaklah dikatakan agama kecuali dengan akhlak mulia”. Maka, kita harus membangun rumah tangga dengan akhlak yang mulia. Akhlak sebagi pondasi utama untuk membangun rumah tangga. Prinsip akhlak disini adalah saling menghargai, menghormati, menyayangi, penuh dengan senyum. Prinsip akhlak disini adalah saling menghargai, menghormati, menyayangi, penuh dengan senyum. Sifat inilah yang dinamakan Tabassum  dan sifat ini sangat disenangi oleh Rasulullah saw.

4.    4.      Alqur’an dan Al-Hadits Sebagai peta dan kompas.

Sebagai pedoman agar tidak tersesat dalam perjalanan dan ketika menemukan kesulitan, keresahaan, bacalah al-Qur’an dan telaah/pelajari Hadits-Hadits Nabi Muhammad SAW kemudian maksimalkan ikhtiar kemudian tawakal  kepada Allah swt. Suami dan istri harus saling mengingatkan dan saling menasehati serta kerjasama dalam menghadapi persoalan dalam hidup. Semua persoalan harus diselesaikan berdua dan selalu pasrah kepada Allah. Kata Imam Baihaki, ان ذ كرالله شفاء ,(ingat pada Allah adalah obat), dan  وان ذكرالناس داء (ingat pada manusia adalah penyakit).

5.   5.      Nasehat  sebagai peralatan yang dibawa dalam perjalanan.

Agama adalah nasehat maka kembali kepada ajaran agama Islam dalam menghadapi setiap persoalan, sehingga mudah terselesaikan. Maka dalam kehidupan rumah tangga, sepenuh apapun perasaan cinta suami pada istri atau sebaliknya, kesalahpahaman dan perselisihan [baik kecil maupun besar] mesti ada. Suami dan istri harus saling mengingatkan, saling menasihati dengan sabar antara keduanya untuk mencapai kebaikan (dan bernasehatlah dalam kebaikan dan kesabaran)  atau mungkin kita butuh nasehat-nasehat orang tua, ustadz, tokoh masyarakat, atau orang yang lebih berpengalaman, sebagai obat pencerahan untuk mencapai tujuan hidup. Maka, setelah mendapatkan nasehat-nasehat akan tumbuh saling percaya, saling memaafkan, dan menghargai kesalah fahaman yang terjadi. Sikap inilah yang dinamakan Takarrum  atau sikap saling menghargai.

6.   6.     Suami sebagai Nahkoda yang Handal/ Berkompeten.

Suami harus pandai memainkan peranan, dapat menjadi panutan, cerdas melihat situasi, agar penumpang atau orang yang bersamanya merasa aman, tenang dan nyaman. Seorang suami harus memiliki ikhtiar dalam menjalankan perannya, sehingga seburuk apapun situasi dan kondisi yang dihadapinya, harus tenang, sabar, dan berserah diri pada Allah  Maka perumpamaan seorang suami, seperti seorang nahkoda yang menghadapi cuaca yang buruk. Dia harus tetap tenang untuk mencapai tujuan, maka secara perlahan-lahan tapi pasti dia akan lalui badai tersebut dan seluruh penumpang pasti akan menghormati dan menghargainya. Penghargaan itu akan datang dengan sendirinya, mungkin saja berupa ucapan terima kasih, mungkin ciuman, pelukan, bahkan dengan kepasrahan diri penumpang dan penumpang tersebut tiada lain adalah istri. Sikap inilah yang  dinamakandengan istilah  Tala’ub

7.    7.     Ikhtiar, Doa dan Tawakal/Kepasrahan, sebagai Bekal yang Cukup.

Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, kita harus banyak berikhtiar/ berusaha dan berdo’a  Karena ikhtiar/ usaha atau bekerja tanpa do’a akan sia-sia, dan begitu juga sebaliknya do’a tanpa usaha atau bekerja adalah mimpi atau angan-angan belaka. Suami harus berusaha mencari nafkah untuk menghidupi istrinya. Suami dan istri harus dapat bekerja sama untuk melindungi perjalanan yang panjang, seorang suami tahu kebutuhan istri dan begitu sebaliknya istri tahu kebutuhan suami. Dengan demikian, akan terbangun sikap saling menghargai dan toleransi dalam berumah tangga. Sifat inilah yang  dinamakan Tasamuh.

Semoga bekal Tujuh (7) Mutiara Berharga untuk menciptakan Keluarga SAMARA ini bermanfaat tidak hanya untuk Para Pengantin Baru, tetapi juga bermanfaat untuk kita Para Pengantin Lama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSEP PERNIKAHAN DALAM PANDANGAN ISLAM

NASEHAT INDAH GUNA MENJAGA KEHARM0NISAN DALAM KELUARGA

BERSAMA KELUARGA TERCINTA DI SURGA DUNIA DAN SURGA AKHIRAT