Lelah yang Lillah akan Bernilai Ibadah dan Membawa Berkah
Lelah yang Lillah akan Bernilai Ibadah dan Membawa Berkah
(Oleh : DR.H.Sukarmawan,M.Pd.)
Munculnya judul artikel ini berawal dari
ucapan istri Penulis saat melihat ekspresi Penulis sepulang dari kantor dengan ekspresi yang
memperlihatkan rasa Lelah. Istri Penulis dengan nada lembut berujar, “ In syaa
Allah jika Lelah didasari Lillah akan bernilai Ibadah dan bisa mendatangkan
Berkah”. Pernyataan istri Penulis inilah yang kemudian menginspirasi Penulis
untuk menulis artikel ini. Penulis menyadari bahwa rasa Lelah sepulang kerja akan
bernilai ibadah dan mendatangkan berkah jika didasari olen niat karena Allah (Lillah)
Merasa Lelah saat melakukan suatu pekerjaan
itu adalah hal yang wajar dan manusiawi. Hanya saja, jangan sampai kita lupakan
untuk senantiasa berdoa kepada Allah swt agar lelah yang kita rasakan saat atau setelah
bekerja bukan hanya sekedar lelah, namun akan bernilai ibadah di mata Allah. Tentunya
akan sangat menyenangkan bila lelah yang kita rasakan di dunia ternyata membawa
kebahagiaan nanti di akhirat. Oleh karena itu, berdoalah agar hati selalu di
penuhi dengan rasa syukur dan sabar atas pekerjaan yang kita lakukan. Jika rasa
syukur dan sabar selalu tertanam di hati, maka selelah apapun pekerjaan yang
kita kerjakan tentunya tidak akan membuat kita mengeluh.
Setiap orang pasti merasakan lelah setelah
bekerja, hanya saja ada yang menampakkan kelelahannya dan ada pula yang menyembunyikannya.
Biarkan lelah itu datang, karena itu manusiawi. Lelah karena mencari nafkah itu
berkah. Lelah itu diperlukan bagi orang-orang yang ingin terus maju. Hal yang
lebih penting dan menjadi motivasi diri, lelah karena mencari nafkah itu bisa
bernilai ibadah.
Dikatakan akan bisa bernilai ibadah karena
tidak semua lelah mencari nafkah bernilai ibadah. Kerja banting tulang, siang
dan malam demi mendapat rupiah tidak akan bernilai ibadah jika bekerja hanya
mencari dunia hingga melupakan kewajibannya sebagai hamba Allah swt untuk
melaksanakan Sholat 5 Waktu, maka cara bekerja seperti inilah yang tidak bernilai
ibadah.
Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita perhatikan agar peluang ibadah
itu melekat dalam lelah kita setelah sekian jam kita bekerja.:
Pertama :Berbisnislah atau bekerjalah di
tempat yang baik dan benar. Ukuran baik dan benar tentu
bukan yang bergaji besar atau memberi keuntungan besar. Baik dan benar itu
bermakna pekerjaan atau bisnisnya tidak bernilai haram. Bisnisnya tidak merusak
atau mengeksploitasi alam hingga merugikan pihak lain dan usaha atau nisnisnya
tidak ilegal.
Kedua : Cara bisnis atau kerjanya haruslah benar. Apabila
Anda bekerja terikat jam kantor, maka upayakan datang sebelum jam kantor
dimulai dan pulangnya setelah jam kantor usai. Jangan menjadi karyawan yang
datang telat, pulang cepat tapi gaji ingin tepat terkadang menginginkan
kenaikan berlipat.
Budayakan bekerja dengan kinerja dan prestasi
kerja tinggi agar gaji atau uang yang
kita bawa pulang ke rumah memang layak kita bawa. Jangan beri makanan atau
sesuatu yang bernilai haram kepada anggota keluarga kita. Cintai anggota
keluarga kita dengan terbiasa memberikan sesuatu dari penghasilan yang Halal
dan Thoyib.
Ketiga :Bekerja atau berbisnislah karena
mengharap Ridhdari Allah swt. Allah Subhanahu Wa Ta’ala sangat
mencintai orang yang rajin mencari nafkah. Bahkan Rasulullah pernah mencium
tangan salah seorang sahabatnya, Saad bin Mu’adz, dengan mengatakan, “Tangan ini dicintai Allah dan Rasulnya dan
tidak akan disentuh api neraka.”
Mengapa Nabi Shalallahu ‘Alayhi Wasallam
mengatakan demikian ? Jawabannya karena di tangan sahabat Beliau tersebut ada
tanda-tanda bahwa ia pekerja keras demi menafkahkan anggota keluarganya. Dalam hadits
nabi yang sangat terkenal, ada di dalam shahih bukhari serta terdapat juga di
kitab Arba’in Nawawi.yang berbunyi :
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا
لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا
أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Artinya: “Sesungguhnya
perbuatan itu hanya tergantung kepada niat, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang
(tergantung) apa yang diniatkan; Barang siapa niat hijrahnya karena dunia yang
ingin digapainya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka
hijrahnya adalah kepada apa dia diniatkan“.
Berdasarkan tersebut di atas kita dapat
mengambil hikmah bahwa kerja atau usaha kita agar tidak hanya mendapatkan lelah
saja, maka kita harus meniatkan segala pekerjaan kita untuk ibadah. Ibadah itu
bukan hanya sholat, puasa, haji, zakat, shodaqoh, dan ritual ibadah lainnya. Bekerja
juga termasuk ibadah. Memberi nafkah kepada keluarga juga ibadah. Dari mana
kita bisa shodaqoh, zakat, berangkat haji, beli baju untuk sholat, kalau tidak
bekerja? Nah, dengan meniatkan segala pekerjaan untuk ibadah, lillah, insya
Allah semuanya akan terasa ringan. Lelah tidak akan terasa lelah, karena kita
sadari, semuanya lillah.
Rasa lelah agar menjadi lillah mengandung
makna harapan kita,
semoga Lelah kita dalam berusaha atau bekerja, berubah menjadi ibadah dengan
orientasi kita hanya untuk dan karena Allah. Seperti dalam doa kita di awal sholat: “Inna sholaatii, sesungguhnya
sholat kita, Wanusuki, dan ibadah kita. Wamahyaaya, dan hidup kita, Wamamaatii, dan
mati kita Lillahi rabbil ‘alamin, hanya untuk Allah Tuhan
sekalian alam. Namun demikian, Allah swt mengingatkan kita agar tidak lupa
terhadap kebutuhan kita selama di dunia. Sebagimana Firman-Nya :
وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ
نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi” (QS. Al Qashshash: 77).
Konteks ayat tersebut di atas mengandung makna bahwa Allah swt pun memerintahkan kita agar tidak hanya fokus akhirat lalu melupakan dunia.
Bagaimana cara mengubah Lelah menjadi Lillah dalam
Bekerja agar bernilai Ibadah dan mendatangkan berkah ? Cara mengubah lelah
menjadi lillah yaitu dengan melakukan pekerjaan secara ikhlas dan diniatkan
untuk mencari ridho Allah semata. Semua yang diniatkan hanya untuk Allah pasti
memiliki manfaat dan kebaikan bagi pelakunya. Salah satu manfaat yang dapat
dirasakan yaitu, pekerjaan seberat apapun akan terasa ringan jika dilakukan
dengan ikhlas. Selain itu, Allah juga akan memberi kemudahan untuk
menyelesaikan segala masalah yang ada.Manfaat penting lainnya adalah Lelah yang
didasari Lillah maka akan bernilai Ibadah dan membawa Berkah.
Komentar
Posting Komentar