Temukan Hatimu di Tiga Tempat ini

 

kontemplasi diri


Temukan Hatimu di Tiga Tempat ini

(Oleh : Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)

Semua yang ada dalam diri kita haruslah kita jaga, mulai dari sikap atau perbuatan kita, perkataan atau lisan kita, hingga hati kita. Asumsi yang salah, bila beranggapan bahwa hanya rupa atau lahiriyah saja yang diperhatikan. Ketahuilah bahwa Allah tidak memandang kepada rupa, harta, pangkat dan jabatan seseoran, melainkan ketaqwaan seorang hamba melalui kebersihan hatinya (Qolbun Salim) dan amal ibadahnya.

Simaklah dengan seksama Hadits berikut ini :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-  إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564).

Setelah kita ketahui bahwa Allah SWT hanya melihat para hamba-Nya pada kualitas hati dan amalan hamba-Nya, maka sudah sepatutnya kita harus selalu berusaha untuk menjaga hati dan amalan agar bersih dan terhindar noda atau kotoran yang mendorong kita pada perbuatan dosa atau kemaksiatan. Menjauhkan diri dari berbagai sifat tercela, menjaga lisan dari segala kerusakan, serta menjaga akidah agar senantiasa istiqomah di jalan-Nya adalah langkah-langkah untuk menjaga hati dan amalan. Mari kita renungkan, bagaimana dengan keberadaan hati kita. Masih adakah hati dalam diri kita ? Jangan-jangan hati dalam diri kita telah hilang karena terlihat dari indikasi perilaku kita yang malas beribadah, tidak ada getaran hati saat mendengarkan tilawah Alqur’an, dan kita asyik dalam gelimang dosa. Jika kondisi demikian maka segeralah cari keberadaan hati kita dan jagalah hati dengan baik.,

Terkait dengan keharusan menjaga hati, Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah berkata :

اطلب قلبك في ثلاثة مواطن عند سماع القرآن وفي مجالس الذكر وفي أوقات الخلوة فان لم تجده في هذه المواطن فسل الله أن يمن عليك بقلب فانه لا قلب لك

“Carilah hatimu di tiga tempat ini ; di saat engkau mendengarkan Al Qur’an, di saat engkau berada di majlis dzikir (majlis ilmu) dan di saat engkau menyendiri bermunajat kepada Allah. Jika engkau tidak temukan hatimu di sana, maka mintalah kepada Allah agar Memberimu hati karena sesungguhnya engkau sudah tak punya hati lagi” (Al Fawaid 1/148)

Allah swt pun dengan jelas memberikan informasi kepada kita terkait dengan kriteria orang yang beriman  yang ditandai dengan kondisi hatinya, sebagaimana Firman Allah swt :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal”(QS Al Anfal 2)  

قُلْ آَمِنُوا بِهِ أَوْ لَا تُؤْمِنُوا إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ سُجَّدًا () وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ

وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآَيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا

“Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat- ayat  dari Rabb mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang- orang yang tuli dan buta”. (QS Al Furqon 73)

Senada dengan pernyataan , Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah,  Abdullah bin Mas’ud ra. pernah berkata, “Carilah hatimu di tiga tempat: saat mendengarkan Al-Qur’an, dalam majelis zikir, dan saat sedang menyendiri. Jika kamu tidak menemukannya juga, ketahuilah bahwa kamu tidak memiliki hati, dan mintalah kepada Allah agar memberi hati yang baru.”

 

Nasehat Ibnu Mas’ud di atas sangat cocok untuk kita yang merasa gersang atau kering qolbunya, hampa, dan seakan hidup tanpa tujuan. Mungkin saja hati kita perlu “diinstal ulang atau diupgrade” agar hidup kita lebih bermakna.

 

 Bagaimana cara meninstal atau mengupgrade hati agar kita bisa menemukan kembali hati kita yang telah hilang dalam diri kita ? Caranya dengan tiga hal berikut:

 

1. Membaca dan mendengarkan Al-Qur’an

Sebagai muslim, Allah telah menganugerahi kita Al-Qur’an untuk pegangan hidup. Janganlah ada keraguan dalam hati kita terkait dengan ayat-ayat yang terdapat di dalamnya, sebagaimana Allah berfirman:

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ

Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; (ia merupakan) petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa (QS. Al-Baqarah [2]: 2).

 

Jika kita merasa kehilangan petunjuk hidup, mungkin saja Al-Qur’an di rumah kita sudah lama tidak dibuka dan dibaca kembali. Besar kemungkinan kita hanya membaca Al-Qur’an saat sedang shalat saja, itu pun tanpa meresapi makna yang terkandung di dalamnya. Padahal Al-Qur’an bukan saja berisi riwayat atau sejarah dan hukum-hukum Islam, tapi juga mengandung banyak pesan dan kalimat yang menyejukkan hati kita. Maka dari itu, Allah menyatakan :

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ مَّوْعِظَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَشِفَاۤءٌ لِّمَا فِى الصُّدُوْرِۙ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ

Wahai manusia, sungguh telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi sesuatu (penyakit) yang terdapat dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang mukmin (QS. Yunus [10]: 57).

 

Di era teknologi saat  ini kita dimudahkan dengan adanya terjemahan Al-Qur’an, sehingga kita bisa lebih mudah memahami artinya. Meskipun begitu, kita juga tetap harus membaca Al-Qur’an dalam bahasa Arab untuk mendapatkan pahalanya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا

“Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka baginya kebaikan yang dilipatgandakan menjadi sepuluh” (HR. Tirmidzi no. 2910).

 

Selain dengan membaca Al-Qur’an, kita juga bisa menenangkan hati kita dengan mendengarkan bacaan Al-Qur’an yang dibacakan oleh orang lain. Sebagaimana Rasulullah yang juga senang mendengar bacaan Al-Qur’an dari orang lain. Rasulullah SAW pernah meminta Ibnu Mas’ud untuk membaca Al-Qur’an. Ibnu Mas’ud bertanya, “Wahai Rasulullah, saya membaca Al-Qur’an di hadapanmu, padahal Al-Qur’an turun kepadamu?”

“Karena sungguh aku senang mendengarkannya dari orang lain,” jawab Rasulullah  SAW (HR. Bukhari no. 4582).

 

2. Mengingat Allah dan ikut majelis zikir

Saat hati kita resah dan gundah, tidak ada tempat kembali yang paling sempurna kecuali Allah. Maka, cara terbaik untuk menghidupkan hati adalah dengan mengingat-Nya. Allah berfirman:

فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ

Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu (QS. Al-Baqarah [2]: 152).

Berzikir atau mengingat Allah adalah ibadah yang paling mudah dilakukan kapan saja dan di mana saja. Kalau dalam 24 jam sehari kita tidak sempat mengingat Allah, maka itu adalah hal yang perlu dipertanyakan. 

Apakah pikiran kita terlalu sibuk dengan pekerjaan dan hal remeh-temeh lain, sampai-sampai kita melupakan Allah yang memberi kita kehidupan dan makan?

Mungkin saja hidup kita terasa berat karena kita tidak meluangkan waktu untuk berzikir kepada-Nya. Padahal, Allah berfirman:

اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ

Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram (QS. Ar-Ra'd [13]: 28).

Rasulullah


juga mengibaratkan orang yang suka berzikir dengan yang tidak seperti orang yang hidup dan yang mati. Beliau ﷺ bersabda:

مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُ مَثَلُ الْحَىِّ وَالْمَيِّتِ

Perumpamaan orang yang mengingat Tuhannya dengan yang tidak mengingat, seperti orang yang hidup dengan yang mati (HR. Bukhari no. 6407).

 

3. Meluangkan waktu menyendiri untuk  bermuhasabah atau berkontemplasi diri

Rasulullah pernah menyebutkan ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah di hari Kiamat. Salah satunya adalah orang yang mengingat Allah saat menyendiri dan menangis karenanya (HR. Muslim no. 1031).

Kita sebagai makhluk sosial memang tidak bisa lepas dari orang lain. Namun, ada kalanya kita harus meluangkan waktu dengan menyendiri dan menjauh dari keramaian orang. Menurut Ibnu Mas’ud, salah satu cara untuk “menemukan” hati kita adalah dengan menyendiri.

 

Saat sedang sendirian, kita bisa lebih fokus memikirkan tentang kehidupan yang telah Allah berikan. Kita bisa lebih mawas diri dan berkontemplasi tentang kesalahan-kesalahan kita, atau bagaimana hubungan kita dengan Allah dan orang lain.

 

Sayyidah Aisyah ra. menceritakan bahwa Rasulullah  suka menyendiri untuk berkontemplasi. Aisyah berkata, “Rasulullah mendapat wahyu lewat mimpi baik yang datang seperti cahaya Subuh. Dan Allah menjadikannya suka untuk menyendiri.” (HR. Bukhari no. 3). Imam Ibnu Hisyam bahkan menuliskan dalam As-Sirah An-Nabawiyyah bahwa Rasulullah  biasa menyendiri  di Gua Hira selama sebulan setiap tahun. Begitulah tiga cara untuk “menemukan” hati kita menurut Ibnu Mas’ud, yaitu dengan mendengarkan Al-Qur’an, mengikuti majelis zikir, dan menyendiri. Semoga kita bisa “menemukan” kembali hati kita di tiga tempat tersebut. Wallahua’alam bisshowab..

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSEP PERNIKAHAN DALAM PANDANGAN ISLAM

NASEHAT INDAH GUNA MENJAGA KEHARM0NISAN DALAM KELUARGA

5 RESEP DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA ISLAMI