Jagalah Hati, Jangan Kau Kotori
Jagalah
Hati, Jangan Kau Kotori
(Oleh
: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)
Sebelum
Penulis mengulas isi artikel ini, alangkah baiknya jika terlebih dahulu kita
luangkan waktu sejenak untuk menyimak dan mengapresiasi serta merenungi Lirik
lagu yang berjudul “Jagalah Hati'' yang merupakan salah satu lagu populer yang
dinyanyikan oleh Grup Nasyid Snada. Lirik
lagu nan indah ini ditulis oleh Ustadz
Abdullah Gymnastiar atau yang akrab disapa Aa Gym yang memiliki
kekhasan dalam materi ceramahnya yaitu selalu bertemakan seputar Manajemen Qolbu. Berikut ini lirik lagu
“Jagalah Hati” Karya Aa Gym :
Jagalah
Hati
Jagalah
hati jangan kau kotori
Jagalah
hati lentera hidup ini
Jagalah
hati jangan kau nodai
Jagalah
hati cahaya Illahi
Bila
hati kian bersih
Pikiran
pun akan jernih
Semangat
hidup nan gigih
Prestasi
mudah diraih
Namun
bila hati keruh
Batin
selalu gemuruh
Seakan
dikejar musuh
Dengan
Allah kian jauh
Jagalah
hati jangan kau kotori
Jagalah
hati lentera hidup ini
Jagalah
hati jangan kau nodai
Jagalah
hati cahaya Illahi
Bila
hati kian suci
Tak
ada yang tersakiti
Pribadi
menawan hati
Dirimu
disegani
Namun
bila hati busuk
Pikiran
jahat merasuk
Akhlak
kian terpuruk
Jadi
makhluk terkutuk
Jagalah
hati jangan kau kotori
Jagalah
hati lentera hidup ini
Jagalah
hati jangan kau nodai
Jagalah
hati cahaya Illahi
Bila
hati kian lapang
Hidup
sempit terasa senang
Walau
kesulitan datang
Dihadapi
dengan tenang
Tapi
bila hati sempit
Segalanya
jadi rumit
Terasa
terus menghimpit
Lahir
batin terasa saki
Jagalah
hati jangan kau kotori
Jagalah
hati lentera hidup ini
Ketahuilah
bahwa di dalam tubuh kita ada segumpal daging yang sangat berarti bagi kehidupan
kita, baik untuk kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat nanti. Hati
atau Qolbu,walaupun hanya segumpal namun di sanalah intisari kehidupan manusia.. Semisal
alat kemudi pada kendaraan yang menentukan arah tujuan kendaraan, Qolbu atau
hati pun berfungsi mengarahkan hidup kita
agar selamat dunia dan akhirat. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim jika hati kita rusak maka rusaklah seluruh hidup kita. Baik secara
harfiah maupun kiasan. Dari An-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ
فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ
فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah
bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula
seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa
ia adalah hati (jantung).”(HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Jika
kita telaah makna Hati atau Qolbu, dalam
bahasa arab قلب tampaknya dapat dimunculkan dua makna
yang tersirat, yaitu : Pertama :Qolbu mengandung makna
bagian yang paling murni dan paling mulia dari sesuatu. Kedua
: Qobu atau hati bermakna mengubah dan membalik sesuatu dari satu posisi
ke posisi lain.
Kedua
makna tersebut tampaknya sesuai dengan makna hati secara istilah. Dimana hati
adalah bagian paling mulia dan murni dari seluruh bagian tubuh manusia,
sehingga benarlah kiranya sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam hadits di atas. Qolbu atau hati pun merupakan bagian
tubuh manusia yang paling rawan terkena fitnah syubhat dan pengaruh syahwat,
sehingga mudah diombang-ambingkan atau dibolak-balikkan melalui tipu daya atau
bisikan Syetan baik Syetan dari bangsa Jin maupun Syetan dari bangsa manusia (Minal
Jinnati wannaas).
Oleh
karena itu, kita harus senantiasa memohin perlindungan dari Allah swt dan
memohon agar Allah swt menetapkan hati kita senantiasa berada dalam ketaatan.kepada-Nya.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini :
Dari
‘Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhu, ia berkata
bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ قُلُوبَ
بَنِي آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ
يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
“Sesungguhnya
hati semua manusia itu berada di antara dua jari dari sekian jari Allah Yang
Maha Pemurah. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memalingkan hati manusia menurut
kehendak-Nya.” Setelah itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa;
“Allahumma mushorrifal quluub shorrif quluubanaa ‘ala tho’atik” [Ya
Allah, Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan
beribadah kepada-Mu] (HR. Muslim no. 2654).
Berdasarkan
referensi dari Firman Allah swt dan Hadits Nabi Muhammad SAW tersebut di atas
maka menjadi satu keharusan bagi kita untuk menjaga hati agar tetap jernih, dan
tidak ternodai atau terkotori oleh berbagai penyakit hati yang dipengaruhi oleh
gemerlap duniawi. Guna menjaga kebeningan dan kesehatan serta kebersihan hati
(Qolbu) kita maka harus kita ketahui hal-hal yang dapat merusak, mengotori atau
menodai hati kita.
Berikut
adalah 4 hal yang menyebabkan rusaknya hati menurut para ulama.
Pertama
adalah Banyak Bicara. Hal ini
sesuai dengan Sabda Nabi Muhammad SAW: “Siapa saja yang banyak bicaranya maka
banyak kesalahannya. Siapa yang banyak kesalahannya, maka sedikit wara’-nya.
Siapa saja yang sedikit wara-nya, maka mati hatinya. Siapa saja yang mati
hatinya, maka Allah haramkan surga untuknya.” Nabi
Isa ‘alaihissalam juga pernah berpesan, “Sedikitlah bicara kecuali dengan berdzikir. Sebab, banyak bicara hanya
akan mengeraskan hati.”
Banyak
bicara yang dimaksud dalam konteks inii adalah bicara tanpa makna atau sekedar
omong kosong atau bualan saja. Namun, jika bicara dengan maksud baik dan
memberi manfaat serta mengandung hikmah bagi yang mendengarkan pembicaraannya, tentunya
hal ini juga dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana dalam sebuah hadits
berikut ini:
“Siapa saja yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, maka katakanlah yang baik-baik atau diam,” (HR Malik). (Lihat: Ibnu
Abi ‘Ashim, al-Zuhd, Daru al-Rayyan: Kairo], 1408 H, hal. 38).
Kedua adalah Banyak
Makan. Selain banyak bicara, banyak makan juga ternyata bisa
merusak atau meracuni hati. Apalagi yang dimakan adalah makanan yang haram.
Para ulama mengatakan, di antara perkara yang dibenci Allah swt dan Rasul-Nya adalah
penuhnya perut dengan perkara makanan yang halal sekali pun. Artinya, kondisi
perut yang penuh dengan makanan halal pun sudah kurang baik, apalagi jika perut
kita terisi makanan yang haram. Salah satu larangan untuk memenuhi perut
dipesankan oleh Luqman al-Hakim kepada putranya, “Wahai anakku, jika perutmu
penuh, maka pikiranmu akan tidur, hikmah jadi tertutup, dan anggota tubuh akan
lemah dibawa ibadah.”
Ahli
hikmah mengatakan, “Siapa yang banyak
kenyang di dunia, maka ia akan banyak lapar di akhirat.” Nabi
Muhammad SAW pun telah berpesan, “Perut
bukanlah wadah yang siap diisi dengan apa saja yang menjadi keinginan kita.
Perut hanya bisa diisi secukupnya dan tidak boleh berlebihan karena perut
mempunyai batas kemampuan.” Hal ini
dijelaskan dalam hadits Nabi SAW, “Keturunan
Adam tidak dianggap menjadikan perutnya sebagai wadah yang buruk jika
memenuhinya dengan beberapa suap yang dapat menegakkan tubuhnya. Karena itu,
apa yang dia harus lakukan adalah sepertiga perutnya untuk makanan, sepertiga
untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk nafas,” (HR Ahmad).
Ketiga,
adalah Bergaul dengan Orang yang Buruk Akhlak
Jika seseorang
merasakan kualitas imannya masih rendah atau lemah, disarankan untuk tidak
bergaul dengan orang yang buruk akhlaknya. Mengapa demikian ? Jika bergaul
dengan mereka bisa jadi kita akan terpengaruh oleh akhlak buruknya tersebut.
Lain halnya jika iman sudah kuat dan yakin tidak akan terpengaruh, dengan niat
untuk memperbaiki akhlak orang tersebut, maka hal demikian tidaklah mengapa
bahkan langkah tersebut merupakan langkah yang terpuji
.
Nabi Muhammad SAW mengatakan, “Sesungguhnya
engkau akan dikumpulkan bersama orang-orang yang engkau cintai.” Jika kita
mencintai orang-orang saleh maka kelak kita akan dikumpulkan pula dengan
orang-orang saleh. Begitu juga sebaliknya”.
Luqman
al-Hakim pernah berpesan kepada putranya,
“Bergaullah dengan orang-orang Shaleh yaitu para hamba Allah. Sebab, dari
kebaikan-kebaikan mereka, engkau akan mendapatkan kebaikan. Boleh jadi, di
akhir pergaulan dengan mereka, rahmat Allah swt akan turun. Dan engkau mendapat
rahmat itu bersama mereka. Wahai anakku, janganlah engkau bergaul dengan
orang-orang buruk. Sebab, dengan bergaul dengan mereka, engkau tidak akan
mendapat kebaikan. Boleh jadi di akhir pergaulan dengan mereka, siksaan turun
kepada mereka. Dan engkau tertimpa siksaan itu bersama mereka.” (Ahmad ibn
Hanbal, al-Zuhd, (Darul Kutub al-‘Ilmiyyah: Beirut], 1999, hal. 87).
Keempat
adalah Banyak Memandang. Sumber
utama dari segala keburukan dan kemaksiatan adalah banyak memandang. Walaupun
tidak seluruhnya, namun pada umumnya berbagai keburukan dan kejahatan seperti
perzinahan, perkosaan, pencurian, pembunuhan, dan sebagainya, baik secara
langsung ataupun tidak langsung, dimulai dari pandangan. Apalagi di era
teknologi yang serba modern seperti saat ini, segala informasi dan gambar apa
saja mudah diakses. Pandangan-pandangan buruk itulah yang menyebabkan hati
menjadi kotor atau ternoda. Hati yang sudah kotor menimbulkan kemalasan,
kekikiran, lintasan pikiran yang memunculkan niatan-niatan jahat, kesombongan,
sikap keras hati dari menerima nasihat, dan jauh dari amal kebaikan.
Oleh
karena itu, menjaga pandangan sangatlah penting. Allah memerintahkan secara tegas
dan lugas di dalam Al-Quran Surat Al-Nur ayat 30:
قُلْ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ
يَغُضُّوْا مِنْ اَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوْا فُرُوْجَهُمْۗ ذٰلِكَ اَزْكٰى لَهُمْۗ
اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا يَصْنَعُوْنَ
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang
beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya;
yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka perbuat’,” (QS al-Nur [24]: 30).
Peringatan
dan pPerintah Allah swt agar menjaga pandangan ternyata tidak hanya dikhususkan
untuk kaum laki-laki saja tetapi juga untuk kaum perempuan atau wanita, bahkan
Allah swt memberikan penjelasan terkait cara berpapakaian kaum wanita untuk menutup
perhiasannya (Auratnya) sebagaimana
firman Allah swt dalam QS.Al-Nur ayat 31 :
وَقُلْ
لِّلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ اَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلَا
يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ
عَلٰى جُيُوْبِهِنَّۖ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ
اٰبَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اٰبَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤءِ
بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اَخَوٰتِهِنَّ
اَوْ نِسَاۤىِٕهِنَّ اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُنَّ اَوِ التَّابِعِيْنَ غَيْرِ
اُولِى الْاِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفْلِ الَّذِيْنَ لَمْ يَظْهَرُوْا عَلٰى
عَوْرٰتِ النِّسَاۤءِ ۖوَلَا يَضْرِبْنَ بِاَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ
مِنْ زِيْنَتِهِنَّۗ وَتُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
“Dan katakanlah kepada para perempuan yang
beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara
laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan
(sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan
laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka
menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu
beruntung”.
Semoga dari uraian yang in syaa Allah cukup
lengkap ini akan menambah motivasi diri dan inspirasi dalam menjaga kebersihan
atau kebeningan hati sehingga hati kita selamat (Qolbun Salim) dan terhindar
dari hal-hal yang dapat mengotorinya atau menodainya.
Komentar
Posting Komentar