Pasangan Hidup Berkarakter Surgawi Jangan Hanya Sebatas Mimpi (Pengantar Materi)
Pasangan Hidup Berkarakter Surgawi
Jangan Hanya Sebatas Mimpi
(Pengantar
Materi)
(Oleh:Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)
Pada
postingan Blog www.keluargasamara.com kali ini, Penulis ingin mengulas
secara lugas tentang isi Buku istimewa Karya Syekh Muhammad
Mutawalli Asy-Sya’rawi
yang berjudul “Suami
Istri Berkarakter Surgawi”.
Buku tersebut terdiri dari 4 bab dengan ketebalan 430 halaman, memang membutuhkan
keseriusan dan kesungguhan serta motivasi yang tinggi didukuang oleh keterampilan
Membaca Cepat (Speed Reading) serta Membaca Pemahaman (Reading Comprehension) yang
memadai. Oleh karena itulah, Penulis berinisitaif untuk mengulas secara lugas
dan luas atau menyeluruh (Comprehensive) dalam beberapa bagian agar Para
Pembaca dapat memahami isi buku tersebut secara utuh. Pada tulisan yang pertama
ini sengaja Penulis memulainya dengan Pengantar Materi yang Penulis berikan
judul “Pasangan Hidup Berkarakter Surgawi Jangan Hanya Sebatas Mimpi”
Ada
pepatah yang berbunyi “Tak kenal maka tak
sayang”. Oleh karena itu, agar kita dapat menyayangi Penulis Buku “Suami Istri Berkarakter Surgawi” karena
Allah swt., sehingga kita dapat menyenangi hasil karya Beliau dengan semangat
tinggi untuk membaca hasil karyanya, maka alangkah baiknya jika kita mengenal
lebih dahulu sosok Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi berikut ini.
Sosok Ulama Dunia yang memiliki nama lengkap Syekh Muhammad Mutawalli
Asy-Sya’rawi ini adalah satu dari sekian ulama dunia
yang cukup berpengaruh pada abad ke-20, baik dalam bidang keagamaan, sosial,
maupun politik internasional, khususnya wilayah Timur Tengah.
Karier Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi (Ulama yang dilahirkan pada 16 April 1911 M)
di dunia Islam ini bermula dari dunia Pendidikan yang Beliau tekuni.
Beliau dipercaya menjadi dosen ilmu syariah di Universitas Ummu al- Quro pada tahun
1950 M.
Profesinya sebagai pengajar di universitas kenamaan Islam ini mengangkat
posisinya dengan kelebihan keilmuan dan kecerdikannya dalam pergerakan politik
membuat Syekh Sya’rawi
cukup terkenal di Mesir dan pemerintah saat itu yang
dipimpin Jamal Abdul Nasser.
Ketenarannya ini berkat dukungannya yang kuat
terhadap kebijakan Mesir pada saat itu yang menentang penuh
dominasi Israel di kawasan Timur Tengah dan Palestina.
Berkat dukungannya terhadap Pemerintah Mesir pada
November 1976, ia pun sempat diangkat menjadi menteri wakaf dan
urusan Al-Azhar pada pemerintahan Anwar Sadat, yang dikenal meneruskan garis
perjuangan Jamal Abdul Nasser.Jabatan sebagai menteri hanya ia pegang selama
tidak kurang dari dua tahun hingga Oktober 1978. Namun, selama kariernya
sebagai menteri wakaf, Beliau telah menginisiasi lahirnya Bank
Islam pertama di Mesir. Pada tahun 1987, Beliau terpilih sebagai anggota dari Arabic Language
Complex, sebuah akademi para ahli yang fokus mengembangkan bahasa Arab di Mesir.
Dalam kesempatan lain, Beliau pun banyak
menghabiskan waktu mengajarkan Islam dan ilmu tafsir dengan berbagai program di
televisi dan radio. Kesempatan ini bahkan diberikan siaran seluas-luasnya pada
era Presiden Hosni Mubarak sehingga membuat Syekh Sya’rawi
semakin populer sebagai ulama tafsir terkemuka di Mesir.
Berbagai fatwanya pun menjadi rujukan umat
Islam Mesir pada
saat itu, di antaranya, ia mengharamkan jual beli organ untuk transplantasi. Pengaruh Syekh Sya’rawi
dalam setiap pidatonya memainkan peran penting dalam menggerakkan masyarakat Mesir menentang
berbagai gerakan liberal dan sekuler di Negara Piramida ini. Bahkan,
pidato-pidatonya menjadi acuan bagi pergerakan di beberapa wilayah Timur Tengah
pada saat itu.
Kepiawaian ulama asal Desa Daqadus,
Distrik Mith Ghamr, Provinsi Daqahlia, Republik Arab Mesir, ini tak terlepas dari
pendidikan keagamaan yang sangat kuat sejak dini.
Ia dikenal cerdas sejak kecil. Ia berhasil menghafal Alquran pada usia 11 tahun
hingga ia lulus pendidikan dasar di madrasah yang berlokasi di
Zagaziq pada 1923 M, lalu Beliau melanjutkan pendidikan di sekolah yang sama. Di madrasah inilah kemampuannya
dalam menimba ilmu mulai terlihat. Minat serta kemampuannya dalam bidang sastra
dan syair-syair Arab berkembang sangat baik. Kemampuannya ini mendapatkan
tempat tersendiri di antara para sahabat karibnya sehingga Sya’rawi cukup
populer di antara rekan-rekannya.
Teman-teman Beliau akhirnya memberikan amanat kepada Beliau sebagai
ketua persatuan siswa sastra di sekolahnya. Pada usia remaja saat menginjak
masa pendidikan tinggi, sang ayah mengharapkan dirinya berkuliah di Universitas
Al-Azhar di Kairo. Harapan besar sang ayah ini mengalahkan keinginannya untuk
tetap bersama keluarga di kampung halaman. Beliau pun meminta syarat kepada
orang tuanya untuk memberikan sejumlah kitab dan
literatur sastra, sains, Alquran, tafsir, dan keagamaan lainnya. Permintaannya
ini untuk memenuhi rasa haus keilmuannya sekaligus agenda tersembunyi untuk
mengendurkan niat sang ayah menyekolahkannya di Universitas Al-Azhar.Ternyata, strategi
Sya’rawi tidak mengendurkan niat ayahnya untuk memenuhi semua permintaannya. Bahkan,
semua permintaan Sya’rawi dipenuhi. Jawaban ayahnya ini sekaligus tantangan
bagi dirinya untuk terus menimba ilmu seluas-luasnya di Universitas Al-Azhar
Kairo. Akhirnya, pada 1937, Beliau pun resmi terdaftar sebagai mahasiswa
perguruan Islam tertua di dunia tersebut. Beliau memilih belajar di fakultas
bahasa arab.
Tampaknya Dunia kampus semakin mengasah naluri keulamaannya. Selain
aktif belajar, ia juga aktif dalam dunia pergerakan. Ini terlihat pada 1919 M
ketika pecah revolusi di Al-Azhar menentang penjajahan Inggris di Mesir.
Syekh Sya’rawi
bersama rekan- rekannya berdemons trasi dan berorasi menolak penjajahan Inggris
atas Mesir.Pada 1934 M, ia pun sempat
men jadi ketua persatuan mahasiswa dan membuatnya menjadi target penang kapan
kolonial Inggris berkali-kali.Ia lulus dari Al-Azhar pada 1940.
Pengaruh Syekh Sya’rawi ini sangat terlihat saat ia
akhirnya wafat pada 17 Juni 1998 di Giza, Mesir. Lebih dari satu juta orang
dalam keadaan duka mengantarkan jenazahnya dan memadati jalan-jalan di Kota
Kairo.Ia meninggalkan Istri dan tiga orang putra serta dua orang putri dan juga
puluhan karya tulis ilmiah di berbagai bidang ilmu. Salah satu yang paling
populer berjudul Tafsir asy-Sya’rawi. Berbagai penghargaan ia terima semasa
pengabdian nya. Di antaranya, doktor honoris causa pada bidang sas tra dari
Universitas Manshurah dan Universitas Al-Azhar Daqahlia. Kemudian, anggota
komite tetap untuk konferensi keajaiban ilmu dalam Alquran dan sunah
nabawi.Kiprah dan karyanya ini terus dikenang oleh umat Islam dunia hingga
kini.
Hingga Beliau pun mendapat gelar Imam
ad-Duat, Punggawa Para Dai.
Meski dikenal sebagai ulama yang piawai multidisiplin ilmu, Beliau dikenal
kepakarannya dalam menafsirkan Alquran. Metode penafsirannya sangat familier di
kalangan masyarakat secara luas, dari kalangan cendekiawan, birokrat, hingga
rakyat jelata. Salah satu buah karya Beliau adalah sebuah Buku istimewa yang
patut menjadi referensi wajib bagi setiap Keluarga Muslim yang berjudul “Suami Istri Berkarakter Surgawi”. Berikut
ini Pengantar Materi yang akan Penulis ulas setelah para Pembaca mengenal sosok
Sang Penulis Buku tersebut, yang telah Penulis uraikan tersebut di atas.
Harus Anda
sadari bahwa salah satu sumber kebahagiaan adalah memiliki pasangan hidup yang Shaleh/
Shalehah. Mengapa harus demikian ? Coba bayangkan, bagaimana jadinya, jika
pasangan hidup Anda adalah sosok yang akhlaknya buruk, malas dalam beribadah,
memiliki sifat pemarah, egois, kurang bersyukur, hampa rohani, wajahnya selalu kusam
dan muram. Barangkali, itulah adzab dunia yang dipercepat untuk Anda. Alangkah
tidak enaknya menjalani aktivitas kehidupan dengan type pasangan yang seperti
itu. Tapi sebaliknya, pasangan hidup yang shaleh/ shalehah adalah sumber
kebahagiaan Anda. Dengan keshalehannya, Allah berkenan memberikan
sentuhan-sentuhan keberkahan yang jauh melampaui dugaan Anda. Rezeki yang penuh
manfaat, lahirnya buah hati yang cerdas, keluarga selalu harmonis, nikmat
selalu terasa cukup bahkan berlebihan adalah sedikit dari berkah-berkah
keshalehan itu.
Dalam Buku
“Suami Istri
Berkarakter Surgawi”. Dengan judul aslinya “Sifat az-zauj ash-shalih wa az-zaujah ash-shalihah” Karya Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi yang diterjemahkan oleh Ust,Abu
Barnawa,Lc. ini membahas tentang sifat-sifat dan karakter suami
shaleh dan istri shalehah.
Sudah
pasti setiap keluarga, khususnya profil Keluarga Muslim, memiliki impian dan
dambaan mempunyai pasangan hidup yang shaleh dan shaleha atau memiliki sifat
yang berkarakter surgawi . Untuk mewujudkan itu, Allah Ta'ala telah
mengilhamkan kepada manusia sebuah tata cara, sistem kehidupan manusia yang
detail dan lengkap melalui Al-Qur'an. Ibarat mesin yang dilengkapi dengan Buku
Panduan atau petunjuk pemakaian, manusia pun diberikan manual book-nya oleh
Sang Pencipta dengan diturunkannya Al-Qur'an. Apabila petunjuk itu dipahami dan
dijalankan dengan sebenar-benarnya, insya Allah aktivitas kehidupan keluarga
akan berjalan dengan damai dan selamat di dunia maupun di akhirat kelak.
Harus
diakui bahwa terkadang konsep atau teori berbeda jauh dengan hasil praktek atau
implementasinya. Namun demikian, kita semua harus berikhtiar atau berusaha
untuk berada dalam posisi paling dekat dengan apa yang digariskan oleh Allah
Ta'ala dalam A-Qur'an. Sesungguhnya pernikahan adalah salah satu cara yang
digariskan oleh Allah untuk menjaga keberlangsungan hidup dan kekhalifahan
manusia di bumi. Oleh karenanya, dibuatlah aturan pernikahan yang sesuai dengan
fitrah dan tujuan utama pernikahan itu sendiri. Kita akui bahwa pernikahan
adalah tempat untuk mempertemukan kecenderungan dua jenis manusia dalam satu lembaga
yang kokoh, yaitu rumah tangga. Diharapkan orang-orang yang berkumpul di
dalamnya merasa nyaman, tenang, dan tenteram.
Jadikanlah
pernikahan menjadi rumah terhangat yang paling menyenangkan bagi setiap
anggotanya. Suami dan istri melabuhkan lelahnya di rumah, anak-anak pertama
kali membagi suka-dukanya kepada saudara kandung dan orangtuanya. Ayah dan ibu
menjadi penerang jalan bagi anak-anaknya. Anak-anak menjadi cahaya penyejuk
bagi orangtua. Ciptakan di dalam kehidupan keluarga rasa kasih sayang yang menjadi dasar tumbuhnya
benih-benih kebaikan, produktivitas, dan kemaslahatan bagi masyarakat.
Sebagaimana firman Allah Ta'ala
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ
أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ
إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
"Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (QS
Ar-Rum : 21)
Hanya
saja terkadang tujuan mulia ini sering mengalami ketidaksesuaian antara harapan
dengan kenyataannya (Dasein >< Dasolen) . Fakta yang
ada , sering jauh panggang dari api. Kondisi yang yang seringkali terjadi Suami
yang abai tanggung jawab. Istri yang tidak memahami posisinya. Orangtua yang
tidak bersahabat dan enggan mendengarkan curahan hati dan aspirasi anak-anaknya.
Anak yang durhaka kepada orangtuanya. Betapa banyak jiwa yang menangis karena
terabaikan oleh darah dagingnya sendiri. Sungguh pemandangan yang mengiris
hati. Ini terjadi karena para suami dan istri tidak sepenuhnya mengerti apa
yang diilhamkan Allah Ta'ala di dalam wahyu-Nya dan sunnah Rasulullah-Nya,
tidak menggigitnya kuat-kuat dengan gigi gerahamnya. Karena di tangan para
suami dan istri inilah diletakkan dasar-dasar dalam membangun keluarga yang
tenteram, penuh cinta dan kasih sayang.
Sesunggunya,
Suami dan istri yang harus mengerti apa yang ditunjukkan Islam untuk mencapai
keluarga yang tenteram. Sebagaimana Muhammad Mutawalli Asy-Sya'rawi telah
menuangkan pemikirannya dalam kitabnya ' Shifat
Az-Zauj wa Az-Zaujah Ash-Shalihah'(Suami Istri Berkarakter Surgawi).
Beliau mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam adalah contoh
yang paling ideal dalam tataran praktek dan aplikasi sistem pernikahan dan
kekeluargaan.
Berdasarkan
catatan sejarah yang direkam dalam Hadits Nabi dan termaktub dalam Alqur’an (terutama
dalam QS. At-Tahrim dan At-Thalaq), meski rumah tangga Rasulullah adalah rumah
tangga yang ideal, namun konflik seperti yang biasa terjadi dalam rumah tangga
kita juga terjadi dalam rumah tangga Rasulullah SAW. Nabi dan istri-istrinya
adalah manusia yang memiliki fitrah yang sama dengan kita. Akan tetapi, begitu
banyak pelajaran (Hikmah) yang dapat kita petik dari kehidupan keluarga
Rasulullah SAW, terkait dengan sikap dan perilaku Rasulullah dalam menjalankan
peran Beliau sebagai Kepala Rumah Tangga, sebagai suami dari istri-istri Beliau
dan sebagai Ayah dari Putra-Putri Beliau.
Dari
sanalah kita selalu belajar untuk menjadi yang terbaik dalam tujuan pernikahan.
Dengan menjalaninya sepenuh hati dan semaksimal potensi, kita menjadi agen
dalam misi manusia di muka bumi. Tidakkah itu ibadah yang luar biasa? Allah
menjanjikan surga-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. Jika kita
adalah suami atau istri yang mencintai pasangan, ingin menikah kembali di surga
kelak, berikut karakter suami dan istri yang diajarkan Rasulullah untuk menjadi
sebuah kebiasaan, atau menjadi suami istri berkarakter surgawi . Seperti apa
sosok suami dan istri yang berkarakter Surgawi? Jawabannya akan Penulis ulas
pada postingan artikel islami berikutnya. In syaa Allah….
Komentar
Posting Komentar