HIKMAH PETUNJUK DAN KESESATAN Rahasia Allah dalam Menurunkan Adam ke Bumi (Bagian Keempat)
Rahasia
Allah dalam Menurunkan Adam ke Bumi
(Bagian Keempat)
Oleh:
Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.
Sesungguhnya
Allah SWT menghendaki penciptaan surga dengan derajatnya yang bertingkat-tingkat
dan Adam a.s. beserta keturunannya yang akan mengisinya. Allah SWT juga
menempatkan mereka di dalam surga sesuai dengan amal perbuatan mereka. Oleh
karena itu, sebagai konsekuensi dari kehendak Allah itu tersebut, Allah swt
menurunkan Adam a.s. dan keturunannya ke muka bumi yang merupakan tempat mereka
untuk beramal dan berjuang.
Allah
SWT telah menciptakan Adam a.s. dan anak cucunya sebagai khalifah di muka bumi,
sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi." (QS.al-Baqarah: 30).
Begitu
juga dengan firman Allah dalam QS.al-An’am ayat 165:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ
"Dan Dialah yang menjadikan kamu
penguasa-penguasa di bumi." (QS.al-An'aam: 165)
Hal
senada juga Allah swt firmankan di dalam QS.al-A’raf ayat 129:
وَيَسْتَخْلِفَكُمْ
فِي الْأَرْضِ
"Dan menjadikan kamu khalifah di
bumi." (QS.al-A'raaf: 129)
Dengan
demikian, Allah SWT berkehendak untuk memindahkan Adam a.s. dan keturunannya
dari kekhalifahan di muka bumi, menjadi pewaris surga yang abadi. Melalui
ilmu-Nya, Allah SWT telah mengetahui bahwa karena kelemahan dan keterbatasan
pandangan manusia, terkadang mereka lebih memilih sesuatu yang dapat ia nikmati
dengan segera namun tidak bernilai, daripada sesuatu yang datangnya tertunda
namun sangat bernilai dan berharga. Kondisi terjadi disebabkan jiwa manusia
lebih senang kepada sesuatu yang dapat mereka peroleh dengan segera di dunia daripada
sesuatu yang akan mereka peroleh di akhirat kelak. Hal ini merupakan
konsekuensi diciptakannya manusia dengan tabiat tergesa-gesa serta diciptakan
dengan sifat suka terburu-buru.
Oleh karena
itu, Allah SWT mengetahui bahwa salah satu sifat manusia adalah lemah. Maka,
hikmah Allah SWT menghendaki untuk memasukkan mereka ke dalam surga, agar
mereka mengetahui secara langsung nikmat yang disiapkan untuk mereka. Sehingga,
mereka lebih merindukan dan menginginkannya, serta lebih semangat untuk
mendapatkannya. Mengingat cinta, rindu, dan keinginan untuk mendapatkan sesuatu
terjadi karena seseorang telah membayangkan sesuatu tersebut.
Sesungguhnya,
barangsiapa yang secara langsung menyaksikan dan merasakan keindahan serta
kenikmatan akan sesuatu, maka dia tidak bisa bersabar untuk menggapainya. Semua
ini terjadi karena jiwa manusia sangat perasa dan perindu. Apabila ia telah
merasakan nikmatnya sesuatu, maka ia akan terus merindukannya. Oleh karena itu,
jika seorang hamba telah merasakan manisnya keimanan, dan keindahan iman telah
menyatu dengan kalbunya, maka akan kokoh kecintaannya kepada-Nya dan selamanya
tidak akan goyah oleh sesuatu apa pun.
Dalam
sebuah hadits shahih riwayat Bukhari yang berstatus marfu' dan diriwayatkan
dari Abu Hurairah disebutkan bahwa Allah Azza wa Jalla bertanya kepada para
malaikat, "Apa yang diminta oleh
hamba-hamba-Ku dari-Ku?" Para malaikat menjawab, "Mereka meminta
surga-Mu." Allah bertanya, "Apakah mereka pernah melihatnya?"
Mereka menjawab, "Tidak." Allah bertanya kembali, "Bagaimana
jika mereka pernah melihatnya?" Mereka menjawab, "Niscaya mereka
lebih menginginkannya lagi."
Oleh
karena itu, hikmah Allah SWT menghendaki untuk memperlihatkan surga itu kepada
Adam a.s., bapak mereka. Allah swt menempatkan Adam a.s. di surga, kemudian Allah
swt mengisahkan kisahnya kepada keturunan Adam a.s.. Dengan demikian, seakan-akan
mereka telah menyaksikannya dan ada bersama Adam a.s. di dalamnya. Maka, orang
yang tercipta untuk surga dan surga tercipta untuknya segera memenuhi seruan Allah
swt dan segera menuju ke surga.
Sesungguhnya,
tidak ada sesuatu yang bersifat sementara dapat memalingkannya, tetapi dia
segera mempersiapkan diri untuk menuju ke sana. Ibarat seseorang yang tinggal
di suatu tempat, kemudian ditawan oleh musuhnya, maka ketika ia merasa bahwa
tempat tersebut adalah kampung halamannya yang asli, niscaya ia senantiasa
merindukannya dan tidak dapat tenang hingga ia kembali ke sana.
Seorang
penyair berkata, "Pindahkan hatimu
kepada cinta yang engkau kehendaki Karena cinta hanyalah untuk kekasih yang
pertama Betapa banyak tempat di bumi yang (pernah) ditempati oleh seseorang
Namun selamanya kerinduannya hanyalah untuk yang pertama." Dalam syair
lain dengan makna yang senada dikatakan, "Marilah
kita menuju surga 'Aden, Karena di sanalah tempat asalmu dan di sana ada tempat
berlindung Akan tetapi kami ini adalah tawanan musuh, Apakah menurut kamu kami
dapat kembali ke tanah asal kami dengan selamat.?"
Rahasia
besar dari semua hal di atas adalah bahwa Allah SWT dalam hukum dan hikmahNya,
telah menetapkan bahwa tujuan-tujuan yang ingin dicapai manusia tidak dapat
mereka peroleh kecuali melalui wasilah yang telah dijadikan Allah sebagai
sarana yang mengantarkan kepada tujuan-tujuan tersebut. Di antara tujuan-tujuan
yang ingin dicapai oleh manusia adalah nikmat yang tertinggi, terbaik, dan
termulia. Semuanya itu tidak dapat dicapai kecuali dengan sebab yang telah
ditetapkan Allah SWT, yang mengantarkan mereka ke tujuan tersebut.
Jika
tujuan-tujuan yang derajatnya jauh berada di bawah tujuan-tujuan termulia
tersebut , seperti makanan, minuman, pakaian, anak dan harta di dunia, yang semuanya
remeh dan tidak kekal, hanya dapat diperoleh dengan sebab-sebab tertentu,
bagaimana mereka bisa mengklaim bahwa tujuan yang termulia itu dapat diperoleh
tanpa adanya sebab? Sebab-sebab ini tidak dapat diperoleh kecuali di tempat
berjuang dan bercocok tanam. Dengan demikian, penempatan Adam a.s. dan
keturunannya di bumi, di mana terdapat sebab-sebab yang mengantar kepada
kedudukan tertinggi, merupakan bagian dari kesempurnaan nikmat-Nya kepada
mereka.
Rahasia
di balik penempatan Adam a.s. dan keturunannya di bumi juga adalah, bahwa Allah
menjadikan kerasulan, kenabian, kecintaan, takliim (pembicaraan langsung),
kewalian, dan 'ubudiah sebagai kedudukan dan kesempurnaan yang tertinggi bagi
makhluk-Nya. Oleh karena itulah, Allah SWT menempatkan mereka ke sebuah tempat,
yang di dalamnya Allah swt memilih para nabi, mengutus para rasul, mengambil
kekasih, dan berbicara langsung dengan Musa. Juga memilih di antara mereka para
syuhada, hamba setia dan orang-orang khusus yang Allah swt cintai dan juga
mencintai-Nya. Ditegaskan kembali, ditempatkannya mereka di bumi merupakan
bagian dari kesempurnaan nikmat dan kebaikan dari-Nya.
Sesungguhnya,
Allah SWT juga menampakkan kepada makhluk-Nya pengaruh dan berlakunya hukum
nama-nama-Nya terhadap mereka, sebagaimana yang dikehendaki oleh hikmah,
rahmat, dan ilmu-Nya. Maka, di antara rahasia diturunkannya Adam dan
keturunannya ke bumi adalah bahwa Allah SWT memperkenalkan wujud-Nya kepada
makhluk-makhluk-Nya melalui perbuatan-perbuatan-Nya, nama-nama-Nya,
sifatsifat-Nya, dan apa yang Dia lakukan terhadap para wali dan
musuh-musuh-Nya. Dia memuliakan para wali-Nya dan menghinakan serta menyesatkan
musuh-musuh-Nya. Dia mengabulkan doa, memenuhi kebutuhan, menghilangkan
kesusahan, menyingkirkan bala, serta mencurahkan berbagai kebaikan dan
keburukan dengan ketentuan-Nya, sebagaimana yang Dia kehendaki. Ini semua
merupakan bukti terbesar bahwa Dia adalah Tuhan dan Pemilik mereka. Dan, itu
semua membuktikan bahwa tiada tuhan selain Allah SWT, Dia Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana, Maha Mendengar, dan Maha Melihat. Dialah Tuhan yang haq, sedangkan
yang lainnya adalah batil.
Sesungguhnya,
bukti-bukti ketuhanan dan keesaan-Nya sangat banyak di muka bumi ini.
Bukti-bukti itu bervariasi dan muncul dari segala penjuru. Sehingga, hamba-hamba-Nya
yang mendapatkan taufik mengetahui dan mengakui keesaan-Nya. Sedangkan,
orang-orang yang tersesat mengingkari dan menyekutukan-Nya karena kezaliman dan
kekafiran mereka. Dengan demikian, orang yang binasa adalah karena sebab yang
jelas, dan orang yang selamat adalah karena sebab yang jelas pula. Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. Barangsiapa yang melihat dan merenungkan
tanda-tanda serta pengaruh kekuasaan-Nya yang terlihat dan terdengar di buka
bumi, maka dia pasti mengetahui kesempurnaan hikmah-Nya dalam penempatan Adam
a.s. dan keturunannya di bumi ini untuk jangka waktu tertentu. Karena Allah SWT
menciptakan surga untuk Adam a.s. dan keturunannya, dan menjadikan malaikat
sebagai pelayan mereka di dalamnya. Akan tetapi, hikmah-Nya menghendaki untuk
menciptakan suatu tempat bagi mereka, yang di dalamnya mereka mengumpulkan
bekal menuju tempat yang juga tercipta untuk mereka. Sedangkan, mereka tidak
akan mencapai tempat tersebut (surga) kecuali dengan bekal dari dunia. Allah
SWT berfirman tentang dunia,
وَتَحْمِلُ
أَثْقَالَكُمْ إِلَىٰ بَلَدٍ لَمْ تَكُونُوا بَالِغِيهِ إِلَّا بِشِقِّ الْأَنْفُسِ
ۚ إِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ
"Dan ia memikul beban-bebanmu ke
suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya melainkan dengan
kesukaran-kesukaran yang melelahkan diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. "(QS.an-Nahl: 7).
Ayat
di atas menjelaskan kondisi perpindahan dari suatu negeri ke negeri lain di
bumi ini. Lalu bagaimana dengan perpindahan dari dunia menuju tempat yang
kekal? Allah swt telah mengingatkan tentang bekal yang harus dipersiapkan,
sebagaimana firman-Nya:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ
Komentar
Posting Komentar