HIKMAH PETUNJUK DAN KESESATAN Rahasia Allah dalam Menurunkan Adam ke Bumi (Bagian Kelima)
HIKMAH PETUNJUK DAN KESESATAN
Rahasia Allah dalam
Menurunkan Adam ke Bumi
(Bagian Kelima)
Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.
Sungguh orang-orang yang tertipu, yang menjual
dan menukar tempat mereka di surga dengan harga dan sesuatu yang hina dan
rendah. Sedangkan, orang-orang yang mendapatkan taufik menjual diri (Raga dan Jiwa)
dan harta mereka untuk Allah SWT, dan menjadikan segala yang mereka miliki
sebagai biaya untuk menebus surga. Sehingga, mereka memperoleh laba dari
perniagaan ini dan memperoleh kemenangan yang sangat besar. Allah SWT
berfirman,
إِنَّ
اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ
الْجَنَّةَ
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari
orang-orang beriman diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk
mereka." (QS. at-Taubah:
111)
Sesungguhnya, Allah SWT tidak mengeluarkan
Adam a.s. dari surga, kecuali untuk mengembalikannnya dalam kondisi yang paling
sempurna, sebagaimana di dalam sebuah perumpamaan dikatakan bahwa Allah SWT
berfirman kepada Adam a.s., "Wahai
Adam, janganlah engkau terkejut dengan perkataan-Ku 'keluar dari surga', karena
untukmulah Aku ciptakan surga itu. Sesungguhnya Aku tidak membutuhkannya dan
tidak membutuhkan suatu apapun. Aku Maha Pemurah. Aku tidak bersenang-senang di
dalamnya. Aku Maha Memberi makan dan Aku tidak membutuhkan makan. Aku Maha Kaya
dan Maha Terpuji. Akan tetapi, turunlah engkau ke tempat persemaian. Jika
engkau telah menabur benih lalu benih itu tumbuh dan berdiri tegak di atas
batangnya kemudian menghasilkan buah, maka saat itu kemarilah engkau. Lalu Aku
akan membayar setiap biji yang sangat engkau butuhkan dengan sepuluh kali lipat
sampai tujuh ratus kali lipat, dan terus hingga kelipatan-. kelipatan yang
sangat banyak. Sesungguhnya Aku lebih mengetahui kemaslahatanmu daripada dirimu
sendiri dan Aku Maha Agung lagi Maha Bijaksana."
Ada yang berpendapat bahwa rahasia-rahasia
yang telah disebutkan di atas dan yang
semisalnya, hanya berlaku jika surga yang pernah ditempati Adam a.s. dan ia
diturunkan darinya adalah surga yang kekal, yang siapkan untuk orang-orang
bertakwa dan orang-orang mukmin pada hari kiamat kelak. Dengan demikian,
rahasia diturunkan dan dikeluarkannya Adam a.s. dari sana menjadi tampak. Akan tetapi, ada sekelompok orang, di
antaranya Abu Muslim, Mundzir bin Sa'id al-Baluthi dan lainnya, yang berkata
bahwa surga itu adalah surga yang ada di suatu tempat tinggi di bumi ini,
bukannya surga yang pada hari kiamat dipersiapkan Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya
yang beriman.
Mundzir bin Sa'id menyebutkan pendapat tersebut
dalam tafsirnya dari beberapa orang. Dia berkata, "Sekelompok orang berpendapat bahwa firman Allah SWT kepada Adam
a.s., 'Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga', adalah surga abadi yang
akan ditempati orang-orang mukmin pada hari kiamat. Sedangkan, sebagian yang
lain berpendapat bahwa itu adalah surga lain yang diciptakan dan disiapkan
sebagai tempat Adam a.s., bukan surga yang abadi. Ini adalah pendapat yang
memiliki banyak bukti-bukti pendukung, karena surga yang dimasuki orang mukmin
pada hari kiamat adalah salah satu tempat di akhirat. Dan surga itu hanya
dimasuki pada hari akhirat, sedangkan itu belum terjadi. Allah SWT telah
menjelaskan kepada kita dalam kitab-Nya tentang sifat-sifat surga itu. Dan,
mustahil Allah SWT menggambarkan sifat sesuatu, lalu sesuatu itu tidak seperti
apa yang Dia gambarkan. Maka, hal ini merupakan sebab mengapa Allah SWT
memberitahukan kondisi surga tersebut."
Orang-orang berkata, ini masih perkataan Mundzir
bin Sa'id, bahwa mereka mendapati Allah SWT menggambarkan surga yang
dipersiapkan untuk orang-orang bertakwa sesudah hari kiamat adalah yang
ditempati Adam a.s., padahal Adam a.s. tidak tinggal di sana. Mereka berkata
bahwa surga itu adalah surga yang kekal, padahal Adam a.s. tidak kekal di
dalamnya. Mereka berkata bahwa Allah SWT menjelaskan surga itu adalah tempat
ganjaran bukannya tempat ujian, padahal Adam a.s. telah diuji di dalamnya
dengan kemaksiatan dan fitnah. Mereka berkata bahwa Allah SWT telah menjelaskan
di dalam surga itu tidak ada kesedihan, dan orang-orang yang memasukinya akan
berkata, "Segala puji bagi Allah
yang telah menghilangkan beban kesedihan," padahal Adam a.s. telah
bersedih di dalamnya.
Kita tahu bahwa Allah SWT menamakan surga itu
dengan tempat keselamatan (Daarus-salaam),
sedangkan Adam a.s. tidak selamat dari kekurangan yang ada di dunia. Allah SWT
juga menamakannya sebagai tempat untuk menetap selamanya (Daarul-Qaraar), padahal Adam a.s. tidak terus menetap di dalamnya.
Allah SWT berfirman kepada orang yang memasukinya,
لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُم مِّنْهَا
بِمُخْرَجِينَ
“Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan
mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya”. (QS. al-Hijr: 48)
Sedangkan, Adam a.s. telah keluar karena
kemaksiatan yang ia perbuat. Allah SWT berfirman, "Mereka tidak merasa
lelah di dalamnya." (al-Hijr: 48) Adam a.s. telah kelelahan karena
melarikan diri ketika dia melakukan kemaksiatan dan menutupi dirinya dengan
dedaunan surga, padahal kelelahan ini adalah yang dinafikan Allah dari surga
abadi.
Allah SWT mengabarkan bahwa di dalamnya tidak
terdengar ucapan sia-sia dan dosa, padahal Adam a.s. telah melakukan dosa dan
mendengarkan sesuatu yang lebih besar daripada ucapan sia-sia, yaitu diperintah
berbuat maksiat kepada Tuhannya. Allah SWT mengabarkan bahwa tidak ada ucapan
sia-sia dan kedustaan di dalamnya, padahal iblis telah memperdengarkan
kedustaan kepada Adam a.s.. Iblis juga bersumpah atas kedustaan tersebut
setelah memperdengarkannya kepada Adam a.s..
Allah SWT telah memberitakan dalam Kitab-Nya
bahwa Dia menamakan minuman yang ada di surga dengan nama minuman yang bersih, sebagaimaan
firman Allah swt:
وَسَقَاهُمْ
رَبُّهُمْ شَرَابًا طَهُورًا
“dan Tuhan memberikan kepada
mereka minuman yang bersih."(QS. al-Insaan: 21),
Minuman yang bersih dimaksudkan minuman yang
bersih dari segala sifat tercela, padahal Adam a.s. tidak bersih dari
sifat-sifat tersebut. Allah SWT juga menamakannya 'tempat kebenaran', padahal iblis telah mendustai Adam a.s. di
dalamnya, sedangkan 'tempat kebenaran' tidak ada dusta di dalamnya. Dan, Allah
SWT juga menamakannya 'tempat yang
tinggi', yang di dalamnya sama sekali tidak ada perubahan dan pergantian
sebagaimana yang disepakati orang-orang muslim. Dan, surga berada pada tempat
yang paling tinggi. Sesungguhnya Allah SWT berfirman,
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
"Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (QS. al-Baqarah:
30)
Dia tidak mengatakan, "Sesungguhnya Aku akan menjadikannya di surga, tempat
kembali." Maka, para malaikat berkata,
قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا
وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ
"Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah." (QS. al-Baqarah: 30)
Dan dengan ketaatan para malaikat, mereka
tidak mungkin mengatakan kepada Allah SWT bahwa Allah tidak tahu. Akan tetapi,
para malaikat tersebut berkata,
قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ
الْحَكِيمُ
"Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami
ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana"." (QS. al-Baqarah: 32)
Hal ini merupakan indikasi bahwa Allah SWT
telah mengajarkan kepada mereka bahwa keturunan Adam a.s. akan melakukan
kerusakan di atas bumi. Jika tidak demikian, bagaimana mereka mengatakan apa
yang mereka tidak tahu. Sedangkan Allah SWT telah berfirman, dan firman-Nya itu
maha benar,
لَا يَسْبِقُونَهُ
بِالْقَوْلِ وَهُمْ بِأَمْرِهِ يَعْمَلُونَ
"Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan
perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya." (QS. al-Anbiyaa": 27)
Sudah barang tentu para malaikat tidak akan mengatakan
dan tidak berbuat sesuatu kecuali yang diperintahkan oleh Allah SWT. Allah
berfirman,
مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
"Dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan." (QS.at-Tahriim:
6)
Sesungguhnya, Allah SWT telah memberitahukan
kita bahwa iblis berkata kepada Adam a.s.,
هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ
لَا يَبْلَىٰ
"Maukah
saya tunjukkan kepada kamu pohon khuidi dan kerajaan yang tidak akan
binasa?" (QS. Thaahaa: 120)
Seandainya Allah SWT telah menempatkan Adam
pada surga yang abadi dan kerajaan yang tidak binasa, bagaimana dia tidak
membantah nasehat iblis dan mengingkari ucapannya dengan berkata, "Bagaimana engkau menunjukkanku kepada
sesuatu yang aku ada di dalamnya, dan sesuatu itu telah diberikan kepadaku
serta aku telah memilihnya?" Mengapa
Adam a.s. tidak menaburkan debu ke wajah iblis dan mencelanya? Sebab,
seandainya iblis dengan ucapannya itu bermaksud menyesatkan Adam a.s., maka dia
sebenarnya menghina Adam a.s.. Karena menjanjikan kepada Adam a.s. jika ia
melakukan maksiat, maka iblis akan memberinya sesuatu yang dia ada di dalamnya,
bukan sesuatu yang lebih baik dari tempat itu.
Perkataan seperti itu hanya ditujukan kepada orang-orang
gila yang tidak berakal. Karena, imbalan yang dijanjikan kepadanya dengan
berbuat maksiat kepada Allah SWT telah ia peroleh, yaitu kekekalan dan kerajaan
yang tidak lekang oleh waktu. Dan ketika Allah SWT menempatkan Adam a.s. di
surga, Allah tidak memberitahu Adam a.s. bahwa dia kekal di dalam surga.
Seandainya Adam a.s. kekal di dalam surga itu, pasti dia tidak akan terpengaruh
oleh ucapan iblis dan tidak menerima nasehatnya. Akan tetapi, karena dia tidak
berada di dalam surga yang kekal, maka dia tertipu dengan apa yang
diiming-imingkan iblis untuk makan buah khuldi. Seandainya Allah SWT telah
memberitahu Adam a.s. bahwa dia berada di dalam surga yang abadi, maka apabila
dia meragukan pemberitahuan Tuhan tersebut, dia disebut sebagai orang kafir,
bukan menyebutnya sebagai orang yang berbuat maksiat. Hal ini, karena orang
yang meragukan berita Allah SWT adalah orang kafir, sedangkan orang yang
melakukan selain perintah Allah dan dia meyakini pemberitahuan Tuhan disebut
orang yang berbuat maksiat (al- 'aashi).
Sesungguhnya, Allah SWT hanya menamakan Adam
a.s. sebagai orang yang berbuat maksiat, bukan orang kafir. Orang-orang
berpendapat ini masih perkataan Mundzir bin Sa'id, bahwa seandainya Allah SWT
menempatkan Adam a.s. di dalam surga yang abadi, yang suci dan hanya dimasuki
oleh orang suci dan disucikan, maka mengapa iblis yang kotor, terlaknat,
tercela, dan hina dapat mencapai surga sehingga dia dapat menggoda Adam a.s.
Iblis adalah makhluk fasik yang telah membangkang dari perintah Tuhannya.
Sedangkan, surga bukanlah tempat orang-orang fasik dan sama sekali tidak akan
dimasuki oleh orang yang fasik. Surga adalah tempat orang-orang bertakwa,
sedangkan iblis bukan makhluk yang bertakwa. Jika setelah dikatakan kepada
iblis dalam surah al-A'raaf ayat 13,
قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ
تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ
"Turunlah
kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di
dalamnya", dia mendapat kelapangan untuk naik ke surga di langit ke
tujuh, setelah Allah SWT memurkai dan menjauhkannya karena keangkuhan dan
kesombongannya, maka ini bertentangan dengan firman Allah SWT dalam surah
al-A'raaf tersebut. Wallahua’lam Bisshowab.
Komentar
Posting Komentar