Keshalihan Orang Tua Sangat Bermanfaat Bagi Keshalihan Anak-Anaknya
Keshalihan Orang Tua Sangat Bermanfaat Bagi Keshalihan Anak-Anaknya
(Materi Keempat:
Buku "Suami Istri Berkarakter Surgawi")
Oleh:Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.
Sesungguhnya amal dan kesalihan kedua orang tua
memiliki dampak positif terhadap kesalihan anak-anak mereka, baik di dunia
maupun di akhirat. Begitu pula halnya amal buruk dan berbagai dosa besar yang
dilakukan ayah maupun ibu, akan memiliki pengaruh buruk pada pendidikan buah
hati keduanya.
Keshalihan orang tua akan berpengaruh besar terhadap
pembinaan keimanan dan ketaqwaan anak. Orang tua dan anak bisa bersama-sama
membangun ketakwaan dan ketaatan pada Allah SWT.
Allah swt telah berfirman dalam QS.Thur ayat 21:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ
بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ
مِنْ شَيْءٍ ۚ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
"Dan
orang-orang beriman yang diikuti oleh keturunan mereka dengan keimanan, Kami
akan pertemukan keturunan mereka dengan mereka . Dan kami sedikit pun tidak
akan menyia-nyiakan amal mereka." (QS.Thur: 21)
Menanggapi kalimat "kami akan pertemukan keturunan mereka dengan mereka" dalam
firman Allah swt tersebut di atas, Ibnu Abbas berkata, "Allah akan mengangkat derajat keturunan manusia bersama orang
tuanya di surga nanti walaupun kedudukannya tidak setinggi orang tuanya, berkat
keshalihan orang tua”.
Oleh karena itulah, seorang salafus shalih berkata "Wahai annaku, ayah banyak melakukan
amal shalih ini adalah demi kebaikanmu."
Mari kita simak perkataan Said bin Musayyab, "Setiap kali saya Shalat dan teringat
anak saya, saya bertambah semangat untuk memperbanyak shalat. Sebab, ada
riwayat yang menyebutkan bahwa Allah hingga tujuh keturunan orang shalih.
Sebagaimana yang tersirat dalam firman Allah,
إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ
ۖ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ
"Sesungguhnya
penolongku adalah Allah yang telah menurunkan Al Kitab (Al Quran) dan Dialah
yang akan melindungi orang-orang shalih " (Al A'raf:196).
Bahkan para malaikat pun akan turut mendoakan seluruh
keluarga yang Shalih.Sebagaimana Firman Allah swt dalam QS.Al-Mukmin ayat 8:
رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي
وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ ۚ إِنَّكَ
أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
"Wahai
Tuhan kami, masukkanlah mereka juga ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau
janjikan dan orang-orang shalih dari bapak-bapak mereka, istri-istri dan
keturunan mereka, sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Luhur Lagi Maha
Bijaksana." (Al Mukmin: 8)
Sungguh dampak amal salih atau amal
buruk tersebut dapat terjadi
pada berbagai bentuk, begitu pula halnya dengan amal shalih atau amal yang
buruk dari orang tua gterhadap anak-anaknya, di antara dampaknya, adalah:
Pertama: Akan adanya keberkahan pada amal salih tersebut dan
pahala dari Allah Ta’ala. Di antara
bentuk keberkahan dari amal sa lih yang
dilakukan seorang hamba adalah Allah Ta’ala menganugerahkan
taufik kepada orang tersebut untuk senantiasa beramal kebaikan dan kemudahan
dalam melakukan berbagai ketaatan selanjutnya kepada–Nya. Sebaliknya, amal buruk dapat menjadi bencana dan hukuman
dari Allah Ta’ala bagi pelakunya.
Kedua:
Boleh jadi balasannya berupa kebaikan atau keshalihan yang tergambar pada
anak-anak mereka. Namun sebaliknya, boleh jadi juga dalam bentuk hukuman yang
terlihat pada anak-anak disebabkan amal buruk kedua orang tuanya.
Ketiga: Boleh jadi
akan Allah swt karuniakan berupa penjagaan Allah Ta’ala atas anak-anak mereka karena keshalihan mereka selaku
orang tua. Allah Ta’ala yang mengurusi perkara perkara (kebutuhan) mereka. Allah Ta’ala luaskan rizki mereka dan Allah juga yang senantiasa menjaga kesehatan jasmani anak-anak mereka.
Keempat: Dampaknya juga dapat berupa penyimpangan anak-anak
mereka dari jalan kebenaran akibat keburukan mereka selaku orang tua yang telah
banyak melakukan penyimpangan dari yang disyaria’atkan Allah swt .
Kelima: Berupa berbagai bencana, kesulitan hidup dan
timbulnya masalah demi masalah dalam keluarga akibat keburukan perilaku orang
tua dalam kesehariannya.
Oleh karena itu, hendaklah kita para orang tua
memperbanyak amal shalih
sehingga dampaknya pun akan tercermin pada anak-anak kita.
Coba renungkan firman Allah swt berikut ini:
وَأَمَّا
الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ
تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ
رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ
“Adapun
dinding rumah (yang ditegakkan Khidir) adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota
itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan (berupa lembaran
emas yang tertulis padanya ilmu) bagi mereka berdua. Ayah kedua anak tersebut
adalah seorang yang salih,
maka Tuhanmu menghendaki ketika mereka sampai pada masa kedewasaannya kemudian
mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu” (QS. Al Kahfi [18]: 82).
Sesungguhnya
ayat tersebut di atas mengisahkan tentang perjalanan Nabi Musa dan Khidir ‘alaihimassalam ketika melalui suatu perkampungan. Lalu
keduanya pun meminta hak-hak tamu
kepada penduduk kampung tersebut.
Namun mereka enggan menganggap Nabi Musa dan Khidir ‘alaihimassalam sebagai tamu.
Keduanya pun mendapati sebuah tembok yang miring dan hendak roboh. Lalu Khidir pun menegakkannya. Kemudian Nabi Musa ‘alaihissalam berucap kepadanya,
لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا
“Jikalau
kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu” (QS. Al Kahfi [18]: 77).
Kemudian Khidir pun memberikan alasan perbuatannya kepada Nabi
Musa ‘alaihissalam sebagaimana yang tercantum
dalam surat Al-Kahfi ayat 82 di atas. Jika kita simak dengan seksama dari peristiwa di
atas, maka terlihat bagaimana Allah Ta’ala menjaga harta anak
yatim tersebut yang disebabkan oleh kesalihan orang tuanya.
Apakah kita mengira atau berkeyakinan bahwasanya harta yang
dijaga Allah Ta’ala tersebut telah diperoleh dari harta atau dengan cara yang
haram? Sekali-kali tidak, sebab di antara dampak dari sebuah kesalihan
orang tua adalah mereka tidak
akan mau mengumpulkan harta kecuali dari sumber dan cara perolehan yang halal.
Demikian pula Allah Ta’ala pun akan menjaga harta tersebut karena diperoleh
dengan cara yang halal.
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, telah disebutkan (5:
187) [1] bahwa kedua anak tersebut dijaga karena keshalihan
kedua orang tuanya. Namun tidak disebutkan bahwa kedua orang tua (bapak ibu) dari
kedua anak inilah yang salih.
Sebab telah berlalu penjelasan bahwa yang salih
adalah keturuan ke tujuh di
atas kedua anak ini (kakek
buyut mereka).
Berdasarkan penafsiran ini dapat diambil faidah bahwa
kesalihan orang tua tidak hanya berpengaruh sebatas anak
mereka langsung. Namun, dapat
saja berpengaruh pada beberapa keturunan di bawahnya. .
Oleh
karena itu, sebagai orang tua, perbaikilah
makanan, minuman dan pakaian kita sehingga kita bisa menengadahkan kedua tangan untuk berdoa dengan tangan
yang bersih dan jiwa yang suci. Kita berharap bahwa Allah Ta’ala akan mengabulkan doa untuk anak-anak kita, memperbaiki keadaan mereka dan memberikan keberkahan
bagimu atas mereka.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
أيُّهَا النَّاسُ ، إنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ
إلاَّ طَيِّباً ، وإنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ
المُرْسَلِينَ . فقالَ تعالى : { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ
كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً } (المؤمنون :
51) ، وقال تعالى : { يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ
طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ } (البقرة : 172). ثُمَّ ذَكَرَ
الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أشْعثَ أغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إلَى
السَّمَاءِ : يَا رَبِّ يَا رَبِّ ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ
حَرَامٌ، ومَلبسُهُ حرامٌ ، وَغُذِّيَ بالْحَرَامِ ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ
لِذَلِكَ ؟
“Wahai
sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu Maha baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya
Allah memerintahkan orang-orang beriman dengan sesuatu
yang (juga) Dia
perintahkan untuk para rasul. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ
وَاعْمَلُوا صَالِحاً
“Wahai
para Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah
amal yang salih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS.
Al Mukminun [23]: 51)
Allah Ta’ala juga befirman,
يَا أيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ
مَا رَزَقْنَاكُمْ
“Wahai
orang-orang yang beriman, makanlah makanan yang baik-baik dari apa yang Kami berikan kepada kalian.” (QS. Al Baqarah
[2]: 172)
Rasulullah SAW pun telah menceritakan bahwa ada
seorang pria yang menjalani perjalanan panjang, dengan rambut kusut dan berdebu menengadahkan kedua tangannya
ke langit, ‘Ya Rabbi, Yaa Rabbi …’ Namun makanannya dari yang haram, minumannya
dari yang haram, bajunya dari yang haram dan perutnya dikenyangkan dari yang
haram. Maka bagamaimana mungkin Allah kabulkan doanya?” (HR. Muslim no. 1015)
Apakah layak bagi kita, wahai para Ayah/Bunda, mengangkat kedua tangan kita, berdoa kepada Rabb kita untuk kebaikan anak-anak dan keturunan kita, padahal tangan kita dikotori darah orang-orang yang tidak
bersalah, atau dikotori dengan kezhaliman maupun penipuan terhadap orang-orang yang tidak
bersalah? Apakah layak kita berdoa dengan bibir yang dikotori oleh makanan yang
haram, kedustaan, namimah, ghibah, caci maki terhadap kehormatan orang lain
atau bahkan yang lebih parah hati dan pikiran kita telah dikotori oleh
kesyirikan? Apakah kita mengira doa kita yang menggunakan pakaian yang diperoleh dari jalan
yang haram dan perut yang dikenyangkan dari sumber dan cara perolehan yang
haram akan dikabulkan oleh Allah Ta’ala?
Oleh karena itu, wahai ayah dan bunda, sudah
seharusnya kita tingkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah
swt serta beramal shalih agar Allah Ta’ala mengabulkan doa kita untuk kebaikan dan keshalihan anak-anak dan
keturunan kita. Sesungguhnya Keshalihan Orang Tua Sangat Bermanfaat Bagi Keshalihan
Anak-Anaknya.
Komentar
Posting Komentar