Ciptakan Keluarga SaMaRa agar Bahagia di Dunia dan di Akhirat Masuk Surga Bersama
Ciptakan Keluarga SaMaRa agar Bahagia
di Dunia dan di Akhirat Masuk Surga
Bersama
(Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)
Sesungguhnya,
Rasulullah SAW diutus oleh Allah Swt untuk menyempurnakan akhlak manusia di
muka bumi ini. Misi yang terpenting dari Beliau adalah membentuk Akhlaqul
Karimah umat manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Rasulullah SAW
membawa risalah Islam dengan misi utama rahmatan lil ‘alamin dan sungguh tidak ada keraguan
sedikitpun pada risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW yang merupakan sosok
manusia pilihan Allah SWT yang menjadi penutup para Nabi di muka bumi ini. Salah
satu diantara risalah Rasulullah SAW yang sangat penting adalah menyangkut
persoalan tentang “Keluarga”. Keluarga termasuk lembaga terkecil yang berada dalam
suatu komunitas masyarakat, tetapi mempunyai peran yang sangat penting dalam
mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan sejahtera.
Sungguh
Agama Islam sangat besar perhatiannya dalam hal pembinaan keluarga, mulai dari
cara merencanakan pembentukan sebuah keluarga melalui jalinan pernikahan/ perkawinan,
pembinaan bagi para calon suami-istri, pembinaan keluarga, hingga masalah pembagian
hak waris (Hukum Faroid). Mengapa Islam
sangat besar perhatiannya kepada masalah kesejahteraan dan kerukunan keluarga? Jawabannya
adalah karena keluarga yang rukun dan sejahtera adalah dasar kehidupan sosial
yang sejahtera pula, dan menjadi dasar kerukunan masyarakat dalam suatu bangsa
atau negara. Kerukunan, kedamaian dan kesejahteraan dalam suatu keluarga akan
menjadi modal utama dalam menciptakan kerukunan, kedamaian dan kesejahteraan
warga/ masyarakat pada suatu bangsa atau negara. Terciptanya ketenangan,
kerukunan, kedamaian dan kesejahteraan serta rasa cinta dan kasih saying antar
anggota dalam keluarga inilah yang disebut dengan Keluarga Sakinah, Mawaddah
dan Rahmah (SaMaRa).
Namun
demikian, implementasi konsep keluarga SaMaRa pada kenyataannya menemui banyak
kendala, kesulitan dan persoalan dalam keluarga, sehingga tak jarang bahtera
rumah tangga yang mengalami konflik hingga berujung dengan perceraian di tengah
perjalanan dalam mengarungi samudera kehidupan berumah tangga.
Fenomena
ini merupakan indikasi gagalnya pembentukan keluarga SaMaRa dalam suatu
keluarga. Faktor penyebabnya memang cukup beragam. Namun demikian, pemicu utama
dari persoalan tersebut adalah lemahnya tingkat kesadaran suami-istri dalam
memahami segala perbedaan yang ada dalam karakter diri atau pribadi masing-masing.
Seharusnya
kesadaran suami-istri harus dijaga ketika mereka meneguhkan janji suci sejak
awal. Karena, menikah dan berkeluarga merupakan dambaan bagi semua orang.
Guna mengokohkan janji suci dalam berkeluarga, mari kita simak dengan seksama
bunyi Ayat Al-Qur’an yang terkait dengan keluarga, yaitu surat Ar-Ruum, ayat 21, At-Tahrim
ayat 6, dan Al-Anfal ayat 28 berikut ini.
Dalam
surat Ar-Ruum ayat 21, Allah berfirman,
وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ
اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً
ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya
ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa
kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.”
Melalui
Ayat tersebut dengan jelas Allah swt memberikan gambaran bahwa keluarga bahagia
dimulai dari adanya pernikahan antara laki-laki dan perempuan agar timbul
kecenderungan dan ketentraman dalam diri keduanya. Kemudian Allah meletakkan
rasa kasih dan sayang sehingga terbangun sebuah keluarga yang sakinah.
Berdasarkan
ayat di atas terlihat bahwa salah satu tujuan pernikahan dalam Islam adalah
mewujudkan keluarga yang sakinah (tenteram).
Tentunya guna terbentuknya keluarga sakinah itu paerlu didukung oleh dua faktor penting, yaitu: Pertama; adanya Mawaddah dan Kedua; adanya Rahmah dalam keluarga tersebut. Kedua kata itu sering diterjemahkan menjadi kasih dan sayang. Kedua kata ini (kasih dan sayang) hampir sama, dan sulit dibedakan. Namun, jika kita tela’ah tampaknya terdapat perbedaan antara keduanya. Untuk menela’ah nya kita harus menjabarkan arti dari “Sakinah” terlebih dahulu. Prof.Dr.Quraish Shihab memaparkan penjelasan sakinah dalam tafsirnya “A-Misbah”. Beliau menafsirkan kata “Sakinah” terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf sin, kaf, dan nun yang mengandung makna ketenangan, atau antonim dari guncang dan gerak. Berbagai bentuk kata yang terdiri dari ketiga huruf tersebut kesemuanya bermuara di atas. "Rumah" dinamai "maskan" karena ia adalah tempat untuk meraih ketenangan setelah sebelumnya penghuninya bergerak, bahkan boleh jadi mengalami keguncangan diluar rumah. “Pisau” yang berfungsi menyembelih binatang dinamai “sikkin” dari akar kata yang sama dengan sakinah karena pisau tersebut adalah alat yang menghasilkan ketenangan bagi binatang, setelah sebelumnya ia bergejolak.
Profil
Keluarga Sakinah, tentunya merupakan suatu keluarga dambaan bahkan
merupakan tujuan dalam suatu perkawinan dan perasaan sakinah itu didatangkan
Allah swt. ke dalam lubuk hati para nabi dan orang-orang yang beriman, maka
untuk mewujudkan keluarga sakinah harus melalui usaha maksimal, baik melalui
usaha bathiniah (memohon kepada Allah swt), maupun berusaha secara
jasadiah dengan memperhatikan semua ketentuan baik yang datangnya dari Allah
swt. dan Rasul-Nya, maupun peraturan yang dibuat oleh para pemimpin dalam hal
ini pemerintah berupa peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Sementara
itu, Mawaddah
lahir dari sesuatu yang bersifat jasmani, seperti kecantikan dan kegagahan,
sementara rahmah lahir dari sesuatu yang bersifat rohani (hubungan batin).
Kedua hal ini terwujud dalam hubungan antara suami isteri. Pada pasangan yang
masih muda, Sang Suami yang masih tampak gagah dan Sang isteri pun masih terlihat
cantic. Dalam hal ini, faktor Mawaddah-lah yang dominan, sedang
pada pasangan yang sudah terlihat tua, ketika Sang Suami tidak gagah lagi dan Sang
isterinya tidak lagi cantik, maka yang lebih dominan adalah faktor Rahmah.
Sesungguhnya,
dalam surat ar-Ruum ayat 21 ini memberikan informasi bahwa tanda-tanda kekuasaan
Allah SWT yang telah memberikan naluri ketertarikan pada manusia rasa kasih
sayang dalam memperoleh ketenangan di hati mereka. Kecenderungan dan rasa
tentram suami kepada istri dan kedekatan batin istri dengan suaminya merupakan
hal yang bersifat fitrah dan sesuai dengan instingnya. Ayat ini merupakan
pondasi kehidupan yang diliputi suasana perasaan yang menyejukkan hati. Isteri
ibarat tempat suami bernaung, setelah perjuangannya seharian mencari ridzky
(ma’isyah), dan mencari penghiburnya adalah Sang Istri di rumah setelah
dihinggapi rasa letih dan lelah. Semua
keletihannya dan dan rasa lelahnya itu ditumpahkan ke tempat bernaung yaitu
sang istri yang menerima kedatangannya dengan penuh rasa suka, wajah yang ceria
dan senyum yang merekah.
Dengan
demikian dapat di simpulkan bahwa keluarga menurut Q.S Ar-Rum ayat
21 ini adalah keserasian dalam meletakkan rasa cinta dan rasa kasih sayang
dalam pasangan suami istri dan anggota sanak famili dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga tercipta keluarga yang Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah
(SaMaRa).
Berikutnya,
mari kita simak firman Allah swt dalam surat At Tahrim ayat 6, Allah berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ
وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ
غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman!
Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang
tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Berdasarkan
tafsir dari Imam Nawawi, ayat tersebut memerintahkan untuk memberikan
pendidikan kepada keluarga termasuk anak dengan melakukan amar ma’ruf nahi
mungkar. Sehingga kita sebagai bagian dari keluarga terhindar dari perbuatan
keji.Sosok seorang Suami dan Istri harus memperhatikan betul kualitas Iman dan Taqwa dalam dirinya dan Pendidikan Iman dan Taqwabagi putra-putrinya (Tarbiyyatul Aulad) agar di akhirat kelak tidak tergolong ke dalam Calon Penghuni Neraka.
Terakhir,
mari kita simak surat Al-Anfal ayat 28, Allah berfirman,
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ
فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan
anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah
pahala yang besar”.
Berdasarkan petikan ayat tersebut di atas maka sosok suami dan istri harus termotivasi untuk meraih pahala yang besar di sisi Allah SWT melalui optimalisasi dalam mewujudkaan keluarga Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah di dalam keluarga dengan memaksimalkan karunia ridzky dan harta kekayaan yang Allah swt telah berikan melalui penyaluran Zakat, Infaq dan Shodaqoh serta meningkatkan kualitas pendidikan iman dan taqwa bagi anak-anak mereka yang merupakan titipan dan ujian dari Allah swt. Jika Kleuarag SaMaRa tercipta , in syaa Allah Bahagia di Dunia dan di Akhirat Masuk Surga Bersama-sama.
Komentar
Posting Komentar