HIKMAH PETUNJUK DAN KESESATAN Rahasia Allah dalam Menurunkan Adam ke Bumi (Bagian Keenam)
HIKMAH PETUNJUK DAN KESESATAN
Rahasia Allah dalam
Menurunkan Adam ke Bumi
(Bagian Keenam)
Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.
Seandainya pernyataan dan janji iblis kepada
Adam a.s. bukanlah sebuah kesombongan, maka orang-orang Arab yang dengan bahasa
mereka Al-Qur'an diturunkan, tidak akan memahami makna takabur. Mungkin orang
yang pikirannya lemah dan pengetahuannya kurang akan berkata bahwa iblis tidak
sampai ke surga, hanya godaannya yang sampai ke sana. Maka, ini adalah
kata-kata yang menyerupai kondisi orang yang mengatakan dan meyakininya. Sesungguhnya
Allah swt telah berfirman, "Dan
Iblis bersumpah kepada keduanya," tidak sejalan dengan pendapat orang
tersebut. Karena sumpah itu bukan godaan, tetapi ia adalah pembicaraan langsung
dengan lisan. Dan ini tidak terjadi kecuali ada dua pihak yang berada pada satu
tempat, bukan hanya satu orang. Di antara bukti yang menunjukkan bahwa bisikan
iblis berupa pembicaraan langsung (mukhaathabah) adalah firman Allah SWT,
فَوَسْوَسَ
إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ
لَا يَبْلَىٰ
"Kemudian
setan membisikkan pikiran jahat kepadanya dengan berkata, 'Wahai Adam, maukah
saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan
binasa" (QS.Thaahaa:
120)
Sesungguhnya dalam ayat ini, Allah SWT telah memberitahukan
bahwa iblis berkata kepada Adam a.s.. dan ini menunjukkan bahwa iblis membisiki
Adam a.s. secara langsung, bukannya memasukkan godaannya ke dalam relung hati
Adam a.s. tanpa kata-kata. Barangsiapa mengklaim bahwa ayat ini perlu
ditakwilkan tanpa adanya dalil, maka pendapatnya itu tidak boleh diterima. Dan
sekali lagi bahwa bisikan adalah ucapan atau suara yang terdengar.
Ar-Ru'bah Ibnu-Ajjaj telah berkata, "Ucapan pelan yang berdoa dengan ikhlas
kepada Tuhan." Al-A'syaa berkata, "Engkau
mendengar gemerincing lembut suara perhiasan di kala dia pergi Seperti suara
pohon 'Asyraq yang ditiup angin." Orang-orang berpendapat bahwa
perkataan iblis kepada Adam a.s. dan Hawa, "Tuhan
kamu tidak melarang kamu berdua memakan pohon ini", menunjukkan bahwa
iblis menyaksikan mereka berdua dan pohon itu. Tatkala Adam a.s. keluar dari
surga, tidak lagi tinggal di dalamnya, Allah SWT berfirman,
أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَنْ تِلْكُمَا الشَّجَرَةِ
وَأَقُلْ لَكُمَا إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُبِينٌ
"Bukankah Aku telah melarang kamu berdua
dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, 'Sesungguhnya setan itu adalah
musuh yang nyata bagi kamu berdua." (QS. al-A'raaf: 22)
Berdasarkan firman-Nya di atas, Allah SWT
tidak mengatakan 'dari pohon ini' seperti ucapan Iblis kepada Adam a.s.. Ini
disebabkan Adam a.s. waktu itu tidak berada di surga dan tidak melihat pohon
tersebut. Allah SWT berfirman,
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ
الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ ۚ
"Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan
yang balk dan amal saleh dinaikkanNya." (QS. Faathir: 10)
Berdasarkan ayat di atas, Sangat jelas bahwa
Allah SWT mengatakan dengan tegas bahwa yang akan naik kepada-Nya adalah
perkataan yang baik dan amal saleh. Inilah yang dikatakan sebelumnya bahwa
hanya yang suci dan baik yang bisa masuk ke tempat suci dan disucikan. Kita
berlindung kepada Allah atas ucapan bahwa bisikan iblis itu suci, disucikan
atau baik, tetapi sebaliknya bisikan iblis adalah buruk, zalim, keji, dan
najis. Maha Tinggi dan Maha Besar Allah SWT dari hal tersebut. Seperti halnya
perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang kafir yang tidak sampai kepada Allah
SWT Yang Maha Suci karena perbuatan itu hina dan buruk, maka demikian halnya
dengan bisikan iblis. Sebagaimana firman Allah swt,
كَلَّآ اِنَّ كِتٰبَ الْفُجَّارِ لَفِيْ سِجِّيْنٍۗ
"Sekali-kali
jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam
sijjiin." (QS. al-Muthaffifiin: 7)
Diriwayatkan dari Nabi saw. bahwa Adam a.s.
tidur dalam surganya, padahal menurut ijma' orang-orang muslim, penghuni di
surga yang abadi tidak tidur karena tidur adalah satu kematian, sebagaimana
dikatakan dalam Al-Qur'an. Dan orang yang tidur adalah orang yang mati, atau
laksana orang mati. Sedangkan, kematian adalah sebuah perubahan kondisi,
padahal surga bebas dari perubahan. Mereka mengatakan bahwa Ummu Haritsah
berkata kepada Rasulullah," Wahai
Rasulullah, sesungguhnya Haritsah telah terbunuh dalam peperangan bersamamu.
Jika dia berjalan menuju surga, maka saya akan bersabar dan berbaik sangka.
Tetapi jika dia berjalan menuju ke tempat lain, menurut engkau apa yang harus
saya lakukan?" Maka Rasulullah saw. bersabda, "Apakah kau kira surga itu cuma satu? Surga itu banyak."
Maka Rasulullah saw. mengabarkan bahwa Allah SWT memiliki banyak surga, jadi
mungkin saja Adam a.s. ditempatkan dalam salah satu surga selain surga abadi.
Mereka mengatakan bahwa walaupun riwayat yang menyebutkan bahwa surga Adam ada
di India tidak disahkan oleh para perawi dan penukil khabar serta atsar, tapi
yang diterima akal dan didukung oleh makna lahir ayat Al-Qur'an adalah bahwa
surga Adam a.s. bukan surga abadi. Bagaimana bisa dikatakan bahwa surga itu
adalah surga abadi, padahal Allah SWT yang berfirman kepada para malaikat,
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." (QS. al-Baqarah: 30)
Bagaimana Allah SWT memberitahukan kepada
para malaikat bahwa Dia hendak menjadikan seorang khalifah di atas bumi,
kemudian Dia menempatkannya di surga, tempat kekekalan? Sedangkan surga itu hanya
dimasuki oleh orang yang kekal di
dalamnya, sebagaimana ia dinamakan Daarul-Khuld
(tempat kekekalan). Allah SWT telah menamakan surga tersebut dengan beberapa
nama yang telah disebutkan dengan penamaan secara umum, yang tidak ada
pengecualian di dalamnya. Jika surga dikatakan sebagai tempat kekekalan, maka
obyek nama ini tidak boleh berkurang sama sekali.
Demikianlah beberapa argumentasi orang-orang
yang mengatakan bahwa surga Adam a.s. bukan surga yang abadi. Atas dasar ini,
maka penempatan Adam dan keturunannya di dalam surga tidak bertentangan dengan
keberadaan mereka di dalam tempat cobaan dan ujian. Dengan demikian, hal-hal
yang kalian sebutkan bisa terjadi di surga ini. Komentar/jawaban kami untuk hal
di atas adalah sebagai berikut. Ada dua pendapat manusia seputar permasalahan
surga Adam a.s.. Kami telah menyebutkan kedua pendapat tersebut serta
dalil—dalil keduanya. Maka, berikut ini akan kami jelaskan kebenaran
dalil-dalil atas hal-hal yang telah kami sebutkan sebelumnya, juga akan kami
jelaskan beberapa argumentasi pendukung lainnya.
Pertama-tama kami akan menyebutkan pendapat
orang-orang yang mengatakan bahwa surga Adam a.s. adalah surga abadi yang
dijanjikan Allah SWT kepada orang-orang bertakwa, disertai dalil-dalil mereka
serta jawaban terhadap orang-orang yang mengatakan bahwa surga itu bukan surga
yang abadi. Setelah itu kami akan menyebutkan pendapat kelompok kedua,
dalil-dalil mereka, dan jawaban mereka terhadap lawan-lawan mereka, tanpa
memihak atau mendukung salah satu dari kedua pendapat tersebut, sebab itu
bukanlah tujuan kami. Tujuan kami hanyalah menyebutkan beberapa hikmah dan
kemashlahatan yang menyebabkan Adam a.s. dikeluarkan dari surga dan ditempatkan
di atas bumi, tempat cobaan dan ujian. Sasaran di balik itu adalah untuk memberikan
jawaban kepada orang yang mengatakan bahwa hikmah Allah SWT menolak jika Adam
a.s. berada di surga dan Allah membiarkannya melakukan dosa sehingga membuatnya
keluar darinya. Juga untuk memberikan jawaban terhadap orang yang mengatakan
bahwa tidak ada faedah dalam kejadian itu.
Selain itu, jawaban terhadap orang yang
mengatakan bahwa Allah SWT tidak memiliki hikmah dalam keluarnya Adam a.s. dari
surga, dan bahwa itu terjadi karena kehendak-Nya belaka. Ketika maksud Tuhan
itu terjadi, baik itu surga yang abadi maupun bukan, maka kami menjelaskan
pendapat kami berdasarkan kedua kemungkinan tersebut. Kami akan membantah
secara singkat terhadap mereka yang mengatakan bahwa surga Adam a.s. bukanlah
surga yang kekal, tidak akan mencapai tujuan dan tidak akan menghilangkan
penyakit.
Oleh karena itulah, kami menempuh cara ini
agar pendapat mereka terbantah dengan semua pendapat umat ini. Setelah memohon
pertolongan kepada Allah SWT, bertawakal, dan berserah diri kepada-Nya, maka
kami katakan, "Apa yang kalian
katakan bahwa surga yang pernah ditempati Adam a.s. bukan surga yang abadi
tetapi surga yang lain, adalah permasalahan yang menjadi perselisihan umat ”.
Pandangan atau pendapat yang paling masyhur
di kalangan ulama dan orang awam bahwa surga tersebut adalah surga yang abadi,
yang disediakan untuk orang-orang bertakwa. Beberapa ulama salaf juga telah
menegaskan hal ini. Orang-orang yang mendukung pendapat ini, mendasarkan
argumentasi mereka kepada sebuah riwayat Imam Muslim dalam kitab Shahihnya dari
Abu Malik al-Asyja'i, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah r.a., dari Abu Malik,
dari Rab'i bin Kharrasy, dari Hudzaifah r.a.. Abu Hurairah dan Hudzaifah
berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Allah Azza wa Jalla mengumpulkan
manusia hingga surga didekatkan kepada mereka. Lalu mereka mendatangi Adam dan
berkata, 'Wahai Bapakkami, mintalah
supaya surga dibukakan untuk kami.' Adam menjawab. 'Kalian tidak dikeluarkan
dari surga kecuali karena satu kesalahan Bapak kalian Adam." (HR
Muslim)
Hadits tersebut di atas menunjukkan bahwa
orang-orang meminta Adam a.s. untuk memohon Tuhan membukakan surga yang pernah
ia tempati. Mereka juga berargumentasi bahwa yang menunjukkan hal itu adalah
firman Allah SWT,
وَقُلْنَا يَا آدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ
الْجَنَّةَ
"Allah berfirman, 'Hai Adam tinggallah
engkau dan istrimu di surga!' (QS. al-Baqarah: 35)
Sampai pada ayat 36,
وَقُلْنَا اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ
ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ
"Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi
musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan
hidup sampai waktu yang ditentukan." (QS. al-Baqarah: 36)
Dan firmannya 'Turunlah kamu!' dan
seterusnya, menunjukkan bahwa mereka sebelumnya tidak berada di bumi. Allah SWT
juga menggambarkan surga yang ditempati Adam a.s. tersebut dengan beberapa
sifat yang tidak ada dalam surga duniawi. Allah SWT berfirman,
إِنَّ
لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعْرَىٰ
وَأَنَّكَ
لَا تَظْمَأُ فِيهَا وَلَا تَضْحَىٰ
"Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan
di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa
dahaga dan tidak pula akan ditimpa panas matahari di dalamnya." (QS. Thaahaa: 118-119)
Hal yang disebutkan pada ayat tersebut di
atas tidak terjadi di dunia. Karena meskipun seseorang di dunia berada pada
kedudukan yang paling tinggi, dia pasti mengalami rasa lapar, haus, tidak
berpakaian, dan terkena sengat sinar matahari. Juga seandainya surga Adam a.s.
itu di dunia, niscaya Adam a.s. mengetahui kebohongan iblis dalam ucapannya,
فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ
أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَىٰ
"Maukah kamu saya tunjukkan pohon khuldi,
dan kerajaan yang tidak akan binasa?" (QS. Thaahaa: 120)
Sesungguhnya, Adam a.s. tahu bahwa dunia ini
fana dan kerajaannya tidak abadi. Dalam kisah Adam a.s. dalam surah al-Baqarah,
sesungguhnya sangat jelas bahwa surga tempat asal dia dikeluarkan berada di
atas langit. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an, "Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat, 'Sujudlah
kalian kepada Adam,' maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia enggan dan
takabur. Dan dia adalah termasuk golongan orang-orang kafir. Kami berfirman,
"Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga itu, dan makanlah makanan
mana saja yang engkau sukai dan janganlah engkau dekati pohon ini yang
menyebabkan kamu termasuk orangorang zalim.' Lalu keduanya digelincirkan oleh
setan dari surga itu, lalu dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfiman,
'Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain dan bagi
kamu ada tempat keamanan di bumi dan kesenangan hidup sampai waktu yang
ditentukan.'" (al-Baqarah: 34-37)
Ayat di atas menggambarkan proses kejatuhan
Adam, Hawa, dan iblis dari surga. Oleh karena itu, dalam ayat di atas kata
ganti yang digunakan adalah kata ganti plural (kalian). Dikatakan bahwa kata
ganti tersebut adalah untuk mereka dan ular, namun ini memerlukan riwayat yang
benar, sebab dalam kisah Adam dan Iblis tidak disinggung sama sekali tentang
ular. Ada juga yang mengatakan bahwa firman Allah SWT tersebut adalah untuk
Adam dan Hawa saja, walaupun menggunakan kata ganti plural, seperti dalam
firman-Nya, "Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh
mereka itu." (QS. Al-Anbiyaa : 78)
Ada juga yang mengatakan bahwa kata ganti
tersebut ditujukan kepada Adam dan Hawa beserta keturunannya. Akan tetapi semua
pendapat ini lemah, kecuali pendapat pertama karena antara pendapat yang tidak
memiliki dalil dengan makna yang tampak dalam ayat sangat jauh bertentangan.
Maka, jelaslah bahwa iblis termasuk obyek perkataan Allah SWT tersebut, dan dia
juga termasuk yang dikeluarkan dari surga. Kemudian Allah SWT berfirman, "Kami berfirman, 'Turunlah kamu semua dari
surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa yang
mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak ada
pula mereka bersedih hati.'" (QS.al-Baqarah: 38)
Komentar
Posting Komentar