MARI KITA RAIH KEMULIAAN, DI PENGHUJUNG RAMADHAN
MARI KITA RAIH KEMULIAAN, DI PENGHUJUNG
RAMADHAN
(Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)
Syukur Alhamdulillah, tanpa terasa Kita telah
memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan, bahkan kini kita sudah berada di
penghujung Ramadhan 1444 H ini. Patut kiranya kita ketahui bahwa terdapat
amalan sunnah yang sering dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam pada momentum tersebut. Momentum 10 hari di akhir Ramadhan merupakan
momen yang paling baik untuk memperbanyak amal istimewa di sisi Allah dan
Rasulullah.
Tentunya Kita semua telah mengakui bahwa
sosok Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam merupakan uswatun hasanah
(suri teladan yang baik) bagi seluruh umat Islam.
Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman Q.S. Al-Ahzab [33]: 21.
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ
حَسَنَةٌ۬
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu….”
Oleh karena itu, kita patut mensuritauladani kebiasaan
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang telah mencontohkan kepada umatnya
agar lebih bersungguh-sungguh dalam beramal shaleh dan beribadah di penghujung
bulan Ramadhan. Baik amalan itu perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang wajib
maupun amalan sunnah. Salah satu amalan yang wajib kita kerjkan bahkan kita
harus tingkatkan kualitas ibadahnya di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, adalah puasa.
Ibadah puasa tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga saja. Akan tetapi,
puasa yang berkualitas, sebagaimana yang termaktub di dalam Al-Quran dan
Al-Hadis.
Selanjutnya menjaga shalat lima waktu, dengan
mengupayakan jauh sebelum waktu sholat tiba, kita sudah berada di masjid,
jangan sampai adzan dikumandangkan oleh muadzin kita masih bersantai-santai
bahkan terkadang banyak orang yang dengan sengaja meninggalkan shalat lima
waktu.
Amalan yang juga tidak kalah penting adalah Berbakti
kedua orang tua. Hukum mentaati kedua orangtua adalah wajib atas setiap
muslim dan haram hukumnya mendurhakai keduanya. Tidak diperbolehkan sedikit pun
mendurhakai dan menyakiti orang tua. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman Q.S. Al-Ahqaf ayat 15.
وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ بِوَٲلِدَيۡهِ إِحۡسَـٰنًاۖ
“Kami perintahkan kepada manusia supaya
berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,”
Amal yang wajib harus kita lakukan pada bulan
Ramdhan ini adalah berbakti kepada orang tua, kemudian amalan yang wajib lainya
adalah Zakat fitrah merupakan amalan yang dilaksanakan sebelum salat
Idul Fitri pada keesokan harinya. Zakat fitrah merupakan zakat yang diwajibkan
kepada setiap umat muslim sebagai santunan kepada orang-orang miskin, juga
sebagai tanda berakhirnya bulan Ramadan dan sebagai penyempurna ibadah puasa
yang telah dijalankan selama sebulan penuh.
Adapun amalan sunah yang bisa kita lakukan di
akhir Ramadhan adalah mengahirkan sahur, bersegera berbuka apabila sudah
waktunya, shalat terawih, shalat malam, baca Al-Quran, itikaf dan masih banyak
lagi amalan sunah yang bisa kita kerjakan di 10 hari terakhir Ramadhan.
Sesungguhnya ada dua alasan mengapa Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam lebih bersungguh-sungguh dan penuh semangat untuk beramal
di akhir-akhir Ramadhan. Pertama, karena setiap amalan
dinilai dari akhirnya. Kedua, supaya berpeluang memperoleh
kemuliaan dari lailatul qadar.
Lailatul qodar merupakan momentum yang sangat
berharga di bulan Ramadhan karena nilai pahalanya yang sungguh luar biasa.
Ibadah fardhu di bulan Ramadhan, nilai pahalanya dilipat gandakan 70 kali
dibanding ibadah fardhu di luar bulan Ramadhan. Barangsiapa melaksanakan ibadah
tepat pada malam Lailatul Qadar, maka nilai pahalanya lebih baik dari pada
melaksanakan ibadah selama 1000 (seribu) bulan atau sekitar 83 tahun di luar
malam Lailatul Qadar.
Patut pula kita ketahui bahwa 10 hari
terakhir Ramadhan adalah penentuan apakah amalan yang kita lakukan selama di
bulan Ramadhan baik atau buruk.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam:
وَإِنهمَا الأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا
“Dan hanyalah amalan itu tergantung pada
penutupnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Terkait dengan hal tersebut di atas, Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Yang
menjadi ukuran adalah sempurnanya penutupan, bukan kurangnya permulaan.”
Dan Ibnu Rajab rahimahullah pun berkata, “Wahai
hamba-hamba Allah, sungguh bulan Ramadhan telah bertekad untuk pergi, dan tidak
tersisa waktunya kecuali sedikit, maka siapa yang telah berbuat baik di
dalamnya hendaklah ia sempurnakan, dan siapa yang telah menyia-nyiakannya
hendaklah ia menutupnya dengan amalan yang lebih baik.”
Oleh karena itu, marilah kita tingkatkan
semangat (Ghiroh) dalam beribadah di Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan ini bagaimana
yang telah dicontohkan oleh Rasullah Shallallahu Alaihi Wasallam, dalam salah
satu sabdanya:
إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ
مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ – مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ
“Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau
bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya),
menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan
istri-istrinya untuk beribadah.” (H.R. Bukhari no. 2024 dan Muslim no.
1174).
Berdasarkan Hadits di atas dapat kita ketahui
tentang keutamaan beramal sholih di 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan.
Sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dalam ibadah daripada
hari-hari lainnya di bulan Ramadhan. Ibadah yang dimaksudkan di sini mencakup
shalat, dzikir, dan tilawah Al Qur’an.Dalam
Hadits tersebut juga menunjukkan adanya anjuran
untuk umembangunkan keluarga yaitu istri dan anak-anak supaya mendorong mereka
melakukan shalat malam. Lebih-lebih lagi di sepuluh hari terakhir pada bulan
Ramadhan. Membangunkan keluarga di sini merupakan anjuran di sepuluh hari
terakhir bulan Ramadhan, namun anjuran tersebut juga tentunya dianjurkan untuk
hari-hari lainnya. Karena keutamaannya disebutkan dalam hadits yang lain, Nabi
SAW bersabda:.
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى
وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِى وَجْهِهَا الْمَاءَ رَحِمَ اللَّهُ
امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ
فِى وَجْهِهِ الْمَاءَ
“Semoga
Allah merahmati seorang laki-laki yang di malam hari melakukan shalat malam,
lalu ia membangunkan istrinya. Jika istrinya enggan, maka ia memerciki air pada
wajahnya. Semoga Allah juga merahmati seorang wanita yang di malam hari
melakukan shalat mala, lalu ia membangungkan suaminya. Jika suaminya enggan,
maka istrinya pun memerciki air pada wajahnya.” (HR. Abu Daud no. 1308 dan An Nasai no.
1148).
Sesungguhnya, Sufyan Ats Tsauri telah berkata,
“Aku sangat suka pada diriku jika
memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan untuk bersungguh-sungguh dalam
menghidupkan malam hari dengan ibadah, lalu membangunkan keluarga untuk shalat
jika mereka mampu.”
Di akhir tuisan sederhana ini, Penulis
berharap semoga Allah memberikan kemudahan kepada diri kita untuk bersemangat
dalam beribadah di akhir-akhir Ramadhan serta mendapatkan malam kemulian yaitu malam
lailatur qodar yang memiliki nilai pahala lebih baik daripada aktivitas
beribadah seribu bulan. Mari Kita Raih Kemuliaan di Penghujung
Ramadhan. Wallahu’alam bisshowab.
Komentar
Posting Komentar