Syawal, Momen Keluarga Muslim Meningkatkan Amal

SYAWALAN

Syawal, Momen Keluarga Muslim 

Meningkatkan Amal

(Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)

Dengan penuh rasa kekhawatiran (Al-Khauf) dan rasa penuh pengharapan (Ar-Roja’), tamu Agung yang penuh kemuliaan, bulan suci Ramadan sudah meninggalkan kita. Perasaan “Al-Khauf” menyelimuti hati kita karena khawatir seluruh amal ibadah kita selama bulan Ramadhan tidak diterima oleh Allah SWT mengingat banyaknya kelalaian diri kita dan keikhlasan hati di dalam diri yang boleh jadi masih bernilai rendah. Di balik itu, ada perasaan “Ar-Roja” yang sangat berharap bahwa Allah SWT akan menerima seluruh rangkaian ibadah kita selama bulan Ramadhan ada bersama-sama kita. Sungguh, Ramadhan bulan yang Suci dan penuh kemuliaan serta keistimewaan.

Demikian halnya dengan momentum ‘Idul Fitri yang penuh dengan keistimewaan pula, kita dan keluarga pun telah melaluinya dengan berbagai amal ibadah. Bersegera memberikan zakat fitrah sebelum momentum 1 Syawal tiba,melaksanakan shalat ‘Idul Fitri di lapangan terbuka untuk syi’ar Islam, mendengarkan khotbah dengan seksama, saling bermaafan, bersilaturahmi dengan sanak keluarga dan handai taulan serta sahabat/kerabat, dan aktivitas amal baik lainnya.

Saat ini kita tengah berada pada bulan Syawal. Bulan yang Allah SWT istimewakan karena di dalamnya ada beberapa aktivitas tertentu yang Allah berikan karunia berupa pahala yang besar. Sudah sepatutnya situasi ini harus kita manfaatkan dengan sebaik mungkin, di tengah semangat pendekatan diri (taqarub) kita kepada Allah SWT yang masih bergelora. Dengan menjalankan ibadah pada momentum Syawal ini, kita dapat meraih pundi-pundi pahala dan menuai banyak keberkahan dalam kehidupan. 

Sesungguhnya, Syawal adalah bulan istimewa bagi umat Islam. Dalam bahasa Arab, kata “Syawal” berasal dari kata syala yang artinya naik atau meninggi. Pada Syawal ini, kedudukan dan derajat umat Islam meninggi di sisi Allah Swt. karena telah mampu melewati bulan ujian dan ibadah selama bulan Suci Ramadhan.

Hakikat Syawal juga merupakan bulan pembuktian nilai ketaqwaan seorang hamba. Bulan ini menjadi momentum untuk membuktikan apakah umat Islam mampu mempertahankan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya sebagaimana yang telah mereka lakukan saat tamu Agung bulan Ramadhan berada di tengah-tengah mereka. Setelah sebulan lamanya umat Islam ditempa dengan rangkaian ibadah shaum Ramadhan, malam harinya memperbanyak salat sunah, qiyamul lail, tadarus, belajar ilmu keislaman, bermuhasabah/ tafakur, maupun ibadah-ibadah lainnya, maka kualitas kebaikan seorang hamba tentunya akan meningkat dengan sendirinya.

Sesungguhnya Rasulullah SAW, melalui bimbingan wahyu Allah SWT telah menjadikan bulan Syawal yang mengiringi bulan Ramadhan sebagai momentum yang tepat untuk mengawali dan menjaga konsistensi ketaatan umatnya pasca Ramadhan. Beliau telah mensyariatkan beberapa aktivitas amaliah serta menjelaskan tentang keutamaannya dan besarnya fadilah serta ganjaran dari ibadah Shaum di bulan Syawal. Hal inilah yang menjadikan bulan Syawal menjadi salah satu bulan yang istimewa.

Oleh karena itu, merupakan hal penting yang harus diketahui oleh keluarga muslim agar tidak membiarkan momentum bulan Syawal berlalu begitu saja di tengah-tengah aktivitas kehidupan mereka. Terlebih jika dilakukan bersama-sama dengan seluruh anggota keluarga, tentunya akan makin menguatkan ikatan kekeluargaan dan keimanan serta ketaqwaanseluruh anggota keluarga yang ada.

Amalan apa sajakah yang telah disyariatkan Allah SWT untuk dilakukan pada bulan Syawal ini yang akan memberikan pahala tambahan bagi keluarga muslim?  Tentunya begitu banyak amalan kebaikan yang bisa kita kerjakan saat Syawal ini untuk guna menguatkan nilai ketaatan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, antara lain:

Pertama: Melaksanakan Shaum agau Berpuasa enam di bulan Syawal.

Keistimewaan bulan Syawal yang pertama adalah shaum 6 hari pada bulan Syawal. Saum 6 hari pada Syawal ini biasanya dilakukan mulai hari kedua Syawal, karena pada hari pertama, yaitu saat hari raya Idulfitri diharamkan untuk melaksanakan ibadah shaum/Puasa. Setelah menjalani shaum selama satu bulan penuh pada bulan Ramadan, shaum 6 hari pada bulan syawal ini menjadi pelengkap atau penyempurna amalan pada bulan Ramadhan.

Sesunguhnya, bagi Umat Islam yang menjalankan ibadah shaum pada bulan Syawal akan mendapatkan pahala layaknya telah menjalankan ibadah shaum selama satu tahun penuh. Shaum Syawal sudah bisa dimulai pada tanggal 2 Syawal. Keutamaan saum Syawal terdapat dalam hadis yang diriwayatkan Muslim. Hadis itu berasal dari Abu Ayyub Al Anshari yang pernah mendengar sabda Nabi Muhammad SAW:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barang siapa yang bersaum pada bulan Ramadan, kemudian diikuti dengan saum enam hari pada bulan Syawal, adalah (saumnya itu) seperti saum sepanjang tahun.” (HR Muslim).

Berdasarkan redaksi hadis Nabi SAW tersebut di atas maka mengerjakan shaum sunah enam hari pada bulan Syawal mengiringi saum fardhu pada bulan Ramadan diibaratkan seperti berpuasa sepanjang tahun berdasarkan perkiraan bahwa setiap kebajikan itu dibalas dengan sepuluh kali. Ini diperkuat lagi dengan sebuah hadis riwayat Tsauban, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Berpuasa sebulan (pada bulan Ramadan itu) disamakan dengan sepuluh bulan berpuasa dan berpuasa enam hari selepasnya (pada bulan Syawal) disamakan dengan dua bulan berpuasa, maka yang sedemikian itu (jika dicampurkan menjadi) genap setahun.” (HR Imam Al-Darimi).

Pada mo,mentum inilah sesungguhnya ayah dan ibu memiliki peran besar dalam mengajak keluarganya untuk melanjutkan amalan kebaikan yang biasa dilakukan saat bulan Ramadan pada bulan-bulan selanjutnya. Dimulai dengan berpuasa sunah pada bulan Syawal selama 6 hari, tentu saja kedua orangtua harus menjadi cornoh atau suri teladan bagi anak-anaknya.

Kedua: Merajut dan Memperkuat Tali Silaturahmi dengan kerabat.

Bersilaturahmi merupakan salah satu amal kebaikan yang dilakukan saat Syawal. Salah satu keistimewaan Syawal ini biasanya dilakukan dengan berbagai kegiatan seperti mudik ke kampung halaman dan saling bermaafan dengan keluarga, tetangga, dan handai taulan. Jadi tidak heran apabila Syawal begitu istimewa dengan menjadi salah satu bulan yang kebanyakan umat muslim berkumpul dan bersilaturahmi. Bahkan, menempuh perjalanan jauh pun dilakoni demi bisa bertemu dengan keluarga dekat dan kerabat. Bulan Syawal merupakan bulan yang penuh berkah dari Allah SWT dengan silaturahmi dan bermaaf-maafan antar sanak keluarga dan handai taulan serta sahabat yang dilaksanakan oleh seluruh umat Islam.

Harus pula kita sadari bahwa semangat silaturahmi merupakan amalan sunah yang pada momentum bulan Syawal merupakan upaya untuk menyambung dan memperkuat jalinan kekerabatan antar sanak keluarga, baik yang keluarga dekat maupun dengan keluarga jauh. Sesungguhnya, upaya menjaga dan mempererat tali silaturahmi merupakan kunci surga, sebagaimana hadis Nabi SAW, “Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahmi maka Syurga untukmu.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dalam salah satu riwayat, Rasulullah saw. juga menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan silaturahmi, guna menambah pemahaman umatnya,

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا

“Silaturahmi bukanlah yang saling membalas kebaikan. Akan tetapi, seorang yang berusaha menjalin hubungan baik meski lingkungan terdekat (relatif) merusak hubungan persaudaraan dengan dirinya.” (HR Bukhari).

Sedangkan keutamaan menyambung tali silaturahmi ini juga sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW


مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ، أخرجه البخاري.
“Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya ia menyambung silaturahminya (dengan kerabat).“ (HR Bukhari).

Oleh karenanya, tidak mengherankan jika bulan Syawal menjadi satu di antara bulan-bulan yang kebanyakan umat Islam bersilaturahmi. Silaturahmi merupakan amalan bulan Syawal yang relatif tidak terlalu sulit untuk dilakukan dan memberi pengaruh yang sangat baik bagi hubungan persaudaraan.

Ketiga: Tahniah (Saling memberi ucapan selamat).

Hari raya adalah hari yang penuh dengan suka citta atau rasa bahagia. Oleh karenanya, dianjurkan untuk saling memberikan selamat atas kebahagiaan yang diraih saat hari raya tiba. Di antara dalil kesunahannya adalah beberapa hadis yang disampaikan Al-Imam Al-Baihaqi, beliau dalam kitab Sunannya menukil beberapa hadis dan ucapan para sahabat tentang tradisi ucapan selamat pada hari raya.

Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah saw. berjumpa dengan hari Id (Idulfitri atau Iduladha, pen.), satu sama lain saling mengucapkan, “Taqabbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amalmu).”

Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadis ini hasan. Imam Ahmad  berkata, “Tidak mengapa (artinya: boleh-boleh saja) satu sama lain pada hari raya id mengucapkan, ‘Taqabbalallahu minna wa minka.'”

Salah seorang ulama, Harb mengatakan, “Imam Ahmad pernah ditanya mengenai apa yang mesti diucapkan (pada Idulfitri dan Iduladha), apakah dengan ucapan, ‘Taqabbalallahu minna wa minkum’?” Imam Ahmad menjawab, “Tidak mengapa mengucapkan seperti itu.” Kisah tadi diriwayatkan oleh penduduk Syam dari Abu Umamah. Demikianlah uraian singkat terkait dengan upaya meningkatkan iman taqwa kita melalui amalan pada momentum bulan Syawal. Wallahua’lam bisshowab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONSEP PERNIKAHAN DALAM PANDANGAN ISLAM

5 RESEP DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA ISLAMI

NASEHAT INDAH GUNA MENJAGA KEHARM0NISAN DALAM KELUARGA