Perbaiki Hubunganmu dengan Allah, Niscaya Allah perbaiki Urusan Duniamu
Perbaiki
Hubunganmu dengan Allah, Niscaya Allah Perbaiki Urusan Duniamu
(Oleh: Dr.H.Sukarmawan,M.Pd.)
Terkadang
kita merasakan satu kondisi dimana kita
merasakan adanya kebuntuan yang membuat diri kita frustrasi. Kita merasa
seakan-akan orang lain tidak perduli dengan kondisi kita, bahkan kita merasa
bahwa orang lain tidak menghargai diri kita. Padahal kita telah melakukan semua
usaha agar diri kita dihargai oleh orang lain. Namun kenyataannya, orang lain tidak menghargai
keberadaan diri kita.
Terkait
dengan kondisi yang seperti ini, Abu Nu’aim rahimahullah dalam kitabnya, Al-Hilyah,
menyatakan bahwa dalam suatu riwayat dari Abdullah bin Aun rahimahullah bahwa pada
masa dahulu para ahli fikih saling berpesan dan mengirim surat di antara mereka
dengan isipesannya sebagai berikut:
“Barang
siapa yang beramal untuk akhiratnya, Allah akan memberi kecukupan bagi
kehidupan dunianya. Barang siapa yang memperbaiki hubungan pribadinya dengan
Allah, maka Allah akan memperbaiki apa yang tampak darinya. Barang
siapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, Allah akan memperbaiki
hubungannya dengan manusia.”
Abu
Hazim rahimahullah pun telah mengatakan, “Jika
seseorang memperbaiki hubungannya dengan Allah maka Allah akan memperbaiki
hubungan dengan sesamanya. Sebaliknya, jika jelek hubungan seseorang dengan
Allah maka Allah akan burukkan hubungan dia dengan orang lain. Demikian itu
karena berbuat baik kepada satu orang tentu lebih mudah daripada berbuat baik
kepada semua orang. Sungguh ketika hubunganmu dengan Allah baik maka semua
orang akan condong kepadamu. dan ketika hubunganmu dengan-Nya buruk maka semua
orang akan berpaling meninggalkanmu.”
Oleh
karena itu, ada baiknya jika kita lakukan muhasabah diri. Seberapa dekatkah
hubungan diri kita dengan Allah SWT? Seberapa baik kualitas hubungan diri kita
dengan yang Maha Menguasai alam semesta ini?
Marilah
sejenak kita renungkan bersama, firman Allah SWT dalam Surat Al-Ashr berikut
ini:
وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Artinya:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.
Surat
ini adalah salah satu surat yang memiliki keistimewaan di dalam Al Quran. Merespon
turunnya wahyu Allah SWT berupa QS.Al-Asr ini, Nabi Muhammad SAW telah memberikan
suri tauladan yang baik kepada kita.
Rasulullah
SAW telah mencontohkan sebuah sunah agar setiap kita mengakhiri obrolan,
diskusi, atau pertemuan dengan para sahabat,kolega, dan sanak family/keluarga agar menutup atau mengakhirinya dengan
membaca Surat Al-Ashr.
Pertanyaan
yang menarik adalah “Mengapa di dalam
sebuah majelis pertemuan, pengajian, diskusi atau musyawarah baik itu pertemuan
yang dilakukan secara langsung (offline) maupun melalui zoom meeting (online)
dianjurkan agar kita menutup majelis pertemuan tersebut dengan membaca surat
Al-Ashr ?
Jawaban
singkatnya adalah karena Surat Al-Ashr adalah sebuah nasihat dan pengingat
untuk kita semua tentang begitu banyaknya waktu yang telah kita habiskan dalam
sebuah pertemuan tersebut. Boleh jadi waktu yang telah berlalu itu kita sia-siakan,
ada kemungkinan tanpa kita sadari di dalam perbincangan selama pertemuan
tersebut, kita sempat membicarakan tentang keburukan atau kejelekan (aib) orang lain. Ada kemungkin
juga kita berkata bohong atau dusta secara tidak sengaja atau bahkan kita
bercanda dan bersenda gurau secara berlebihan hingga menyinggung dan menyakiti
perasaan orang lain..
Oleh
karena itulah, kebiasaan membaca Surat Al-Ashr di akhir pertemuan akan menjadi
pengingat atau nasihat bagi kita untuk menjaga diri kita dari semua hal negatif
tersebut. Untuk kesempurnaannya, jangan lupa setelah membaca Surat Al-Ashr,
kita iringi dengan mengucapkan permohonan ampunan kepada Allah SWT (istighfar),
mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT hamdallah, dan doa penutup majelis.
Sungguh
jika kita renungkan dengan seksama kandungan dalam surat Al-Ashr ini menjadi
pengingat dan nasihat yang sangat bernilai untuk kita dalam mengisi aktivitas kita sehari-hari.
Sungguh
Allah SWT telah bersumpah dan patut kita perhatikan bahwa tidaklah Allah
bersumpah kecuali tentang sesuatu yang besar nilainya. Ketika Allah bersumpah
di dalam Al-Quran berarti Allah sedang berfatwa tentang sesuatu yang sangat penting
nilainya bagi manusia. Jika kita perhatikan dengan seksama, saat Allah SWT
sedang memfatwakan sesuatu yang penting, selalu diawali dengan sumpah.
Saat
kita ingin menegaskan satu hal yang benar dan sangat penting dalam sebuah
perbincangan seringkali kita awali
dengan pernyataan sumpah. Misalnya, ”Sumpah saya melihat langsung kejadian
tersebut!” atau ”Sumpah itu benar milik saya”. Ungkapan sumpah atau apapun
istilah yang sejenisnya adalah bahasa kita untuk menyatakan bahwa yang
dikatakan adalah sesuatu yang benar dan sangat penting nilainya.
Oleh
karena itu, ketika Allah SWT telah bersumpah dengan pernyataan sumpah-Nya:
”demi masa atau demi waktu mengandung makna bahwa ”sesungguhnya manusia sedang benar-benar di dalam kerugian”.
Jika
kita telaah kandungan ayat kedua dalam QS. Al-Asr tersebutb mengisaratkan makna
bahwa banyak orang yang telah menghabiskan hidupnya hanya untuk hal-hal yang
sia-sia tanpa makna, dan tak berguna.. Jadi, kesimpulannya secara umum, pada
dasarnya kehidupan yang kita lalui itu banyak yang sia-sia dan tanpa makna dan
nilai guna.
Marilah
sejenak kita renungkan aktivitas hidup kita pada beberapa tahun yang lalu. Terasa
begitu melelahkan dan kehidupan terasa begitu berat. Kita banting tulang mencari
uang agar kebahagiaan itu dating tetapi setelah uang itu diperoleh, kebahagiaan
tak pernah mewarnai kehidupan.
Bahkan
tidak jarang mereka berpoya-poya dalam gelimang dosa. Berfoya-poya
menghamburkan uangnya dalam gelimang dosa dengan harapan kebahagiaan atau
kesenangan hidup diperolehnya. Alhasil, semakin mereka bergelimang dengan dosa,
ternyata mereka semakin merasa jenuh, hambar, bosan dan lelah. Hidup dirasakan
tak lagi indah dan tidak dirasakan kebahagiaan kecuali hanya sekadar kesenangan
sesaat saja. Inilah fenomena kehidupan sesorang yang menjauh dari Allah SWT
karena mereka memperturutkan hawa nafsunya.
Kriteria
manusia seperti itulah yang boleh jadi tertuang dalam firman Allah SWT ”manusia
itu sangat merugi”. Mengapa hanya
manusia saja? Karena manusia itu pada dasarnya memiliki hawa nafsu yang
terkadang tak terkendali, manusia suka berkeluh kesah, manusia itu tidak pernah
merasa puas hatinya atas semua keinginannya.
Sejenak
mari kita renungkan nasehat indah yang dituangkan oleh Ibnu Taimiyah
dalam Majmu’ Al Fatawa-nya, bahwa Sufyan bin ‘Uyainah pernah
berkata,
كَانَ
الْعُلَمَاءُ فِيمَا مَضَى يَكْتُبُ بَعْضُهُمْ إلَى بَعْضٍ بِهَؤُلَاءِ
الْكَلِمَاتِ
Para
ulama di masa lalu biasa menuliskan surat untuk para sahabat yang lainnya
dengan 3 untaian kalimat indah sebagai berikut:
Pertama:
مَنْ
أَصْلَحَ سَرِيرَتَهُ أَصْلَحَ اللَّهُ عَلَانِيَتَهُ
Barangsiapa yang memperbaiki amalan batinnya, Allah pun akan
memperbaiki amalan lahiriyahnya.
Kedua:
وَمَنْ
أَصْلَحَ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ أَصْلَحَ اللَّهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ
النَّاسِ
Barangsiapa yang memperbaiki hubungan
antara dirinya dengan Allah, Allah akan memperbaiki hubungannya dengan sesama
manusia.
Ketiga:
وَمَنْ
عَمِلَ لِآخِرَتِهِ كَفَاهُ اللَّهُ أَمْرَ دُنْيَاهُ
Barangsiapa yang beramal demi tujuan
akhirat, Allah akan mencukupkan urusan dunianya.
Dengan
demikian, dapat kita simpulkan bahwa jika hubungan seorang hamba dengan Allah
SWT terjalin dengan dengan baik maka Allah SWT akan memperbaiki urusan yang
tampak dalam kehidupan kita seperti urusan kehiduoan dunia, urusan harta benda,
urusan pekerjaan, urusan keluarga dan berbagai urusan duniawi.
Namun
sebaliknya, jika seorang hamba hubungannya dengan Allah SWT tidak terjalin dengan
baik, ia menjauh dari Allah, maka kehidupannya akan menemukan kebosanan,
kejenuhan, kesia-siaan, sampai akhirnya ia kebingungan untuk apa ia hidup di
dunia ini. Tidak ada artinya kehidupannya di dunia. Ketika kita jauh dari Allah
SWT meskipun kita memiliki kekayaan duniawi. Kita dekat dengan urusan-urusan
dunia, maka kita akan kehilangan arah. Kita merasa hidup tidak ada artinya dan
terasa hampa tak bermakna. Bahkan sampai terpikir di dalam hati untuk memilih
mati saja daripada hidup tak bermakna.
Manusia
sebenarnya berada dalam kerugian sehingga satu-satunya cara untuk memperbaiki
kehidupan kita yang mulai kehilangan arah itu, yakni kembalilah kepada Allah
SWT. Mendekatlah (Taqorrub) kepada Allah SWT, sujudlah di hadapan Allah. dengan
penyerahan diri secara totalitas. Mohonlah ampunan kepada-Nya. Renungkan
kebesaran/ keagungan-Nya.
Basahilah
lidah kita dengan kalimat dzikir, Perbanyak menyebut nama-nama Allah, minta lah
ampunan kepada Allah swt dan perbaikilah hubungan kita dengan Allah SWT. Niscaya
Allah SWT akan mengembalikan kualitas hidup kita. Allah SWT akan memperbaiki
urusan-urusan yang selama ini berantakan atau cerai berai karena kita telah menjauh
dari Allah SWT.
Perbaiki
Hubungan kita dengan Allah SWT
Boleh
jadi muncul pertanyaan dalam diri kita, bagaimana cara memperbaiki hubungan kita
dengan Allah SWT? Jawabannya, Mari kita paksakan diri kita untuk berbuat baik.
Paksakan diri kita untuk membaca Al Quran (Berinteraksi dengan Alquran).
Paksakan diri kita untuk berzikir guna mengingat Allah SWT. Paksakan diri kita
untuk senantiasa bermunajat memohon doa kepada Allah SWT. Paksakan diri untuk menunaikan
sholat di awal waktu. Harus kita Paksakan
diri kita untuk melakukan kebaikan atau kemaslahatan.
Jika kita
menginginkan agar hidup kita lebih berkualitas, kalau ingin aktivitas hidup kita baik, terarah, menyenangkan hati,
interaksi dengan keluarga semakin baik, semakin bahagia, maka lakukanlah
hal-hal yang tertuang dalam ayat ke-3 Surat Al-Ashr, yakni ”beriman dan mengerjakan kebajikan (beramal sholeh) serta saling
menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”
Kita
butuh teman, kita butuh lingkungan, kita butuh orang yang bisa memotivasi kita,
menasihati kita, mengingatkan kita, menguatkan kita, mensupport kita. Kita
butuh teman, kita butuh seseorang yang bisa menjaga kualitas qolbu kita.
Ketika
kita sedang lemah, dia menguatkan kita. Ketika kita galau, dia memantapkan hati
kita. Ketika kita bingung, dia memberi kita saran. Ketika kita dalam keadaan
ragu, dia meyakinkan kita. Kita butuh teman yang bisa mengajak kita kepada
kebaikan dan kesholehan.
Perkuat Hubungan Kita dengan Allah
Allah
DWT telah berfirman di dalam Alquran Surah ar-Ra'd 21
وَٱلَّذِینَ
یَصِلُونَ مَاۤ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦۤ أَن یُوصَلَ وَیَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ
وَیَخَافُونَ سُوۤءَ ٱلۡحِسَابِ
"Dan orang-orang yang menghubungkan
perkara-perkara yang disuruh oleh Allah supaya dihubungkan, dan yang menaruh
bimbang akan kemurkaan Tuhan mereka, serta takut kepada kesukaran yang akan
dihadapi semasa soaljawab dan hitungan amal (pada hari kiamat)"
Allah
swt memerintahkan kita menghubungkan apa yang disuruh kita hubungkan dan jangan
diputuskan hubungan kita dengan Allah dan Rasul-Nya, dengan keluarga dan kaum
kerabat, dengan tetangga dan seluruh masyarakat. Hablum minallah (hubungan
dengan Allah) dan hablum minannas (hubungan sesama manusia).
Perhatikan
pula firman AllahSWT dalam Surah Aali Imran ayat 112 :
ضُرِبَتۡ
عَلَیۡهِمُ ٱلذِّلَّةُ أَیۡنَ مَا ثُقِفُوۤا۟ إِلَّا بِحَبۡلࣲ مِّنَ ٱللَّهِ
وَحَبۡلࣲ مِّنَ ٱلنَّاسِ
"Mereka ditimpakan kehinaan (dari
segala jurusan) di mana sahaja mereka berada, kecuali dengan adanya sebab dari
Allah (hubungan dengan Allah) dan adanya sebab dari manusia (hubungan sesama
manusia)..."
Ayat
ini menunjukkan bahawa hubungan dengan Allah dan hubungan sesama manusia adalah
dua sisi mata uang yang tidak boleh dipisahkan. Inilah nilai keperibadian
mukmin yang sempurna. Oleh itu, untuk membina hubungan kita dengan Allah, kita
mempunyai kewajipan untuk menunaikan hak-hak Allah.
Sayidina
Abdullah Ibnu Mas’ud r.a pernah berkata:
مَا
دُمْتَ فِي صَلاةٍ فَأَنْتَ تَقْرَعُ بَابَ الْمَلِكِ ، وَمَنْ يَقْرَعْ بَابَ
الْمَلِكِ يُفْتَحْ لَهُ
“Engkau tengah mengetuk pintu Sang Raja
(Allah Tuhan sekelian alam) di sepanjang solat. Dan setiap orang yang mengetuk
pintu-Nya, nescaya akan dibukakan baginya jalan keluar”
Demikianlah
uraian singkat yang dapat penulis sampaikan untuk para pembaca artikel keluargasamara.com,
semoga bermanfaat dan bermaslahat.
Komentar
Posting Komentar